Makalah Kemitraan Berbasis Masyarakat Dalam Program Penanggulangan Tuberkulos


KATA PENGANTAR


Puja serta puji syukur kehadiratan Allah SWT yang telah memberi nikmat serta berkah kesehatan, kesempatan yang tidak terhingga bagi kami, hingga kami bisa menuntut ilmu di kampus kami tercinta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Mama. Shalawat serta salam selalu tercurah pada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan hidayah sehingga kami senantiasa dalam arahan yang lurus, jalan yang diridhohi Allah SWT. 
Terima kasih kepada semua rekan yang telah membantu dalam pembuatan makalah “Kemitraan Berbasis Masyarakat Dalam Program Penanggulangan Tuberkulos”. Kami berharap kiranya makalah kebidanan ini dapat bermanfaat bagi kami, bagi mahasiwi kebidanan STIKES HARAPAN MAMA, serta bagi berkembangnya ilmu kebidanan dimasa yang akan datang. Mohon maaf yang besar jika terdapat kesalah pada penulisan dan penyampaian materi. Kami sangat berharap atas saran dan kritik yang membangun agar materi ini jauh lebih baik.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      Medan, 17 november 2014


                                                                PENYUSUN



DAFTAR  ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................
            DAFTAR ISI........................................................................................
BAB II.  TINJAUAN  TEORITIS...........................................................
            2.1 Pengertian ............................................................................
            2.2 Prinsip-prinsip Kemitraan.....................................
2.3 Mitra program penanggulangan TB...............................................
2.4 Tujuan pembentukan paguyuban .....................
2.5 3 Kegiatan dan peran dalan program penanggulangan TB..................................
           


BAB III.  PENUTUP.......................................

                        3.I Kesimpulan

DAFTAR  PUSTAKA

BAB II

1.2  Pengertian dan prinsip Kemitraaan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secar individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut :
a)      Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
b)      Saling mempercayai dan saling menghormati
c)      Tujuan yang jelas dan terukur
d)      Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.

2.2   prinsip-prinsip kemitraan adalah
1) Persamaan atau equality
2) Keterrbukaan atau transparancy dan
3) Saling menguntungkan atau mutual benefit.
Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap yaitu
·         tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri,
·         tahap kedua kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah dan
·         tahap ketiga adalah membangu kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor.

 lintas bidang dan lintas organisasi yang mencakup :
 a) unsur pemerintah,
 b) unsur swasta atau dunia usaha,
 c) unsur LSM dan organisasi masa dan
d) unsur organisasi profesi.
Dalam program penanggulangan tuberkulosis dikenal adanya kemitraan melalui pembentukan Gerakan Terpadu Nasional (Gerdunas) TB, yang telah dicanangkan oleh Menter Kesehatan RI pada tanggal 24 Maret 1999.
  
 2.3   Mitra program penanggulangan TB
Program penanggulangan tuberkulosis di Jawa Timur denga strategi DOTS secara operasional telah dilaksanakan dan pencapaian angka indikator-indikator program dari tahun ke tahun terus menunjukkan trend yang meningkat. Meskipun demikian dalam pelaksanaannya dijumpai permasalahannya utama yaitu adanya kegagalan pengobatan penderita dan masih rendahnya penemuan penderita tuberkulosis baru.
Salah satu penyebab utama ketidakberhasilan pengobatan adalah karena tidak teraturnya penderita minum obat. Ketidateraturan minum obat terutana sebagai akibat dari peran pengawas minum obat (PMO) yang kurang efektif, disamping penyebab lainnya misalnya timbulnya efek samping, menderita penyakit penyerta, kerterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan yang sulit, tingkat pengetahuan penderita yang masih kurang sehingga kurang memahami pentingnya berobat secara teratur dan sikap petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan.
Selanjutnya untuk masalah masih belum tingginya cakupan pengobatan tuberkulosis atau masih rendahnya penemuan penderita adalah karena masih kurangnya jejaring pengobatan atau kerjasama di sektor kesehatan sendiri khususnya pemberi pelayanan kesehatan atau unit pelayanan kesehatan (UPK). Selain itu masih kurangnya sosialisasi program pada masyarakat.
Salah satu pendekatan yang harus dilakukan untuk memecahkan kedua masalah utama tersebut diatas adalah perlunya dibangun kemitraan yang efektif sesuai dengan yang dibutuhan untuk kelancaran program penanggulangan tuberkulosis di Jawa Timur.
Paguyuban Penderita Tuberkulosis Kec. Sumberjambe
Salah satu pendekatan kemitraan yang berbasis komunitas dalam program penanggulangan tuberkulosis telah dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur yaitu dengan adanya peran serta masyarakat melalui Paguyuban Penderita Tubekulosis Kec. Sumberjamber.
Kecamatan Sumberjambe adalah salah satu kecamatan di Kab. Jember dan terletak di sebelah utara Kota Jember dengan jarak tempuh + 35 km yang berada di dataran tinggi di kaki Gunung Raung. Jumlah penduduknya sekitar 53.806 jiwa, dengan sebagian bekerja sebagai petani maupun buruh perkebunan. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, penduduk lebih banyak berobat ke Puskesmas Sumberjambe. Penyakit menular yang sering ditemukan adalah diantaranya penyakit Campak dan tuberkulosis (TB)

Untuk pelayanan pengobatan tuberkulosis, Puskesmas Sumberjambe secara khusus mengumpulkan hari pemberian obat anti tuberkulosisi (OAT) pada hari yang sama sehingga sesama penderita sering bertemu dan saling tukar menukar informasi terutama tentang penyakit yang diderita dan pengalaman berobatnya. Adanya pemahaman bahwa penyakit tuberkulosis yang dideritanya merupakan penyakit menular sehingga dapat menularkan kepada orang lain dan dulunya dirinya sendiri secara tidak sengaja tertulari. Selain itu adanya rasa senasib diantara sesama penderita TB yang berobat secara teratur di Puskesmas Sumberjambe Kec. Sumberjambe Kab. Jember.

            Setelah dinyatakan sembuh, para mantan penderita ini merasa ikut bertanggung jawab karena sebagai sumber penularan sehingga ikut membantu mencari penderita yang dicurigai tertular TB dan ikut membantu sebagai pengawas minum obat.

 2.4  Tujuan pembentukan paguyuban
Tujuan dari paguyuban penderita tubekulosis ini adalah membantu menurunan angka kesakitan TB sehingga TB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kec. Sumber-jambe Kab. Jember. Adapun tujuan secara khusus yaitu :
  1. Sebagai wadah komunikasi diantara mantan penderita maupun penderita TB untuk tetap berobat sampai sembuh
  2. Secara perorangan membantu penemuan suspek penderita TB
  3. Secara perorangan membantu sebagai pengawas minum obat.
  4. Sebagai langkah awal wadah pengembangan usaha untuk peningkatan penghasilan dari penderita atau mantan penderita TB yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.

2.5    3 Kegiatan dan peran dalam program penanggulangan tuberculosis
 Kegiatan uatam dari paguyuban ini adalah
 1) pertemuan rutin 3 bulanan,
2) Penemuan suspek di masyarakat dan
3) Sebagai Pengawas minum obat
 Setelah melalui pertemuan telah diadakan pemilihan yang secara sepakat dipilih Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan wakil sekretaris. Jumlah seluruhnya pengurus dan anggota yang terdaftar sebanyak 80 orang dimana semuanya adalah penderita yang masih berobat dan yang sudah sembuh setelah menjalani pengobatan tuberkuloisis. Pengurus dan anggota paguyuban relatif berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
 Pada awalnya dana kegiatan pertemuan dibantu sepenuhnya oleh Puskesmas Sumbejambe yang berasal dari dana PKS BBM. Bila selanjutnya tidak ada dana PKS BBM ini, maka akan mempengaruhi pelaksanaan program dari paguyuban ini terutama dalam membantu program penanggulangan tuberkulosis khususnya di Kec. Sumbejambe. Dengan demikian perlu disarankan untuk mencari donator lain atau dana operasional ke Dinas terkait sampai paguyuban ini bisa secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan dana operasionalnya. Sebagai upaya untuk mandiri tersebut, masing-masing anggota dapat berkontribusi dana secara sukarela sesuai kesepakatan

            Sebelum secara resmi terwadahi dalam paguyuban ini yaitu mulai tahun 2004, para anggota sudah banyak membantu pelaksanaan program penang-gulangan  Tuberkuloisis. Peran aktifnya terutama dalam sosialisasi program, pengawasan pengobatan dan penemuan suspek. Pada gambar 1 terlihat adanya peningkatan penemuan yang berarti serta turunnya penderita yang drop out. Pada tahun 2005 ini dilaporkan bahwa suatu ketika paguyuban ini pernah membawa 5 (lima) orang yang dicurigai sebagai penderita TB ke Puskesmas Sumbejambe dan setelah dilakukan pemeriksaan, ke lima orang tersebut penderita TB BTA positif.
Adanya paguyuban ini telah  membantu UPK (Unit Pelaksana Teknis) Puskesmas Sumberjambe dalam program penanggulangan Tuberkulosis, dimana pencapaian program sangat baik. Penemuan penderita baru TB BTA (+) pada tahun 2004 telah mencapai 80% dan angka kesembuhan pada tahun 2003 > 85%. Hasil ini jauh lebih baik dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2003 dimana penemuan penderita baru TB BTA positif hanya mencapai 28%.
            Pencapaian yang telah baik ini, jika dipertahankan selama 5 tahun berturut-turut akan memberikan dampak pada penurunan angka kesakitan TB di Kec. Sumberjambe pada khususnya.


BAB III

 3.1 Kesimpulan
 Model kemitraan berbasis masyarakat atau paguyuban penderita penyakit tuberkulosis ini perlu dikembangkan ke daerah lainnya terutama daerah dengan resiko tinggi penularan, dengan  mempertimbangkan budaya, tingkat sosial yang ada tentunya. Untuk melanggengkan keberadaan paguyuban ini perlu dijaga komitmen yang tinggi dari para anggota yaitu kesepakatan melaksanakan kegiatan utama untuk terus membantu penemuan penderita suspek TB dan sebagai pengawas minum obat. Selanjutnya dibuat kesepa   katan usaha penin
gkatan penghasilan pengurus dan anggota melalui usaha kecil dan menengah (UKM) disamping mengajak pihak swasta atau donator yang tidak terikat.


Daftar Pustaka

Depkes RI, 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta, Cetakan ke 8.
Fahrudda, Ansarul, 2005, Paguyuban Penderita TB Paru Kec. Sumberjambe Kab. Jember (Suatu Model Peningkatan Penemuan Penderita TB dan Pengawas Minum Obat Berbasis Masyarakat), Laporan supervise PTO-East Java, Surabaya.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.









Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Kemitraan Berbasis Masyarakat Dalam Program Penanggulangan Tuberkulos"

Post a Comment