ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI RUANGAN SINABUNG RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang mana karena berkat dan lindungannya, penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul ” Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. J dengan Kasus Isolasi Sosial Menarik Diri di Ruangan Sinabung Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara ”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan diploma III Akademi Keperawatan Medistra Lubuk Pakam. Dalam laoporan ini penulis banyak mendapatkan pengarahan dan bimbingan serta bantuan langsung maupun tidak langsung. Akhirnnya penulis menyelesaikan laporannya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepeda terhormat :
1.      Bapak Dr. DF Sitompul, Spkj, selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Medan
2.      Bapak Drs. Supriadi, S.Kep.,Ns, selaku pembimbing di RSJ Sumut
3.      Ibu Lince S.Pd, S.Kep.,Ns, selaku koordinator kemahasiswaan di RSJ Provsu
4.      Ibu Nurhaida, S.Pd, SST, selaku pembimbing penulisan laporan kasus yang telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulisan sampai selesainya
5.      Ibu Tati Murni Karo-karo, S.Kep.,Ns. Selaku pembimbing di Kampus Medistra Lubuk Pakam.
6.      Seluruh staf RSJ daerah Provsu
7.      Kepada teman-teman yang bersedia memberikan ide yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan laporan ini.
Penulis juga menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan ini.


Medan,    November 2009


Penulis,



DAFTAR   ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................                 i
DAFTAR  ISI…………………………………………………..............            ii
BAB  I : PENDAHULUAN ...................................................................           1

BAB  II : TINJAUAN TEORITIS
                  A. Pengertian ......…………………...………………………                  2
                  B. Tahap – Tahap Perkembangan  .........................................            2
                  C. Intervensi   ........................................................................                  8

BAB III : TINJAUAN KASUS
                  A. Pengkajian   .......................................................................            9
                  B. Analisa Data   ....................................................................            17
                  POHON MASALAH  ...............................................................        18
                  DIAGNOSA KEPERAWATAN .............................................        18
                  INTERVENSI  ..........................................................................        18
                  IMPLEMENTASI  ...................................................................         19

BAB IV : PEMBAHASAN
                  A. Tahap Pengkajian ................................................................          24
                  B. Tahap Diagnosa Keperawatan  .............................................        24
                  C. Perencanaan  .......................................................................          25
                  D. Tahap pelaksanaan  ..............................................................         25
                  E. Tahap evaluasi .....................................................................          25

BAB V :  KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan ........................................................................          26
B.     Saran-Saran ........................................................................          26

DAFTAR PUSTAKA   .............................................................................        27



BAB I

PENDAHULUAN

Bidang kesehatan adalah aspek penting bagi pembangunan, salah satunya adalah kesehatan jiwa. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tuntutan dalam memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam sehingga individu mengalami problem kejiwaan.
Berdasarkan data statistic diperkirakan angka skizofrenia paranoid mencapai 0,5 % - 1 % per tahun dimana sekitar 15 % penderita yang dirawat di Rumah Sakit adalah tipe skizofrenia paranoid. Pria lebih banyak yang menderita skizofrenia dari pada wanita dan kebanyakan berusia kurang dari 30 tahun.
Proses keperawatan adalah metode yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan klien pada semua batasan pelayanan kesehatan. Melalui evaluasi dokumentasi keperawatan di Rumah Sakit Umum di temukan bahwa kemampuan  menggunakan proses keperawatan rata-rata kurang dari 60 % yang memenuhi kriteria. Kondisi ini tidak mengurangi semangat perawat untuk membuktikan bahwa proses keperawatan meningkatkan mutu asuhan keperawatan, tanggung jawab perawat, otonomi perawat, dan kepuasan perawat.
Proses keperawatan di rumah sakit jiwa mengalami masalah yang sama dengan rumah sakit umum, yaitu ditemukan kurang dari 40 % proses keperawatan yang memenuhi kriteria. Ini karena melaksanakan proses keperawatan masih dianggap sebagai beban.
Perawat perlu menyadari bahwa klien adalah merupakan manusia yang unik dan utuh yang terdiri dari aspek bio-psiko, sosiokultural dan spiritual sehingga perawat yang berpedoman pada perawatan kesehatan jiwa secara umum dan menyeluruh. Sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan jiwa dan mencegah terjadinya penyakit / gangguan jiwa, mengurangi, memulihkan dan serta melaksanakan program rehabilitasi. Oleh karena itu, penulis membuat studi kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. J Dengan Kasus Isolasi Sosial Menarik Diri di Ruang Sinabung Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara “.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseoarang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain sekitarnya.
Kesejahteraan manusia berorientasi secara sosial, dan untuk meningkatkan kepuasan hidup. Individu harus mampu menciptakan hubungan interpersonal yang sehat / positif. Hubungan interpersonal dikatakan sehat apabila individu dapat terlibat dalam suatu hubungan intim dengan orang lain, sementara ia tetap dapat mempertahankan identitasnya.
Untuk membina hubungan yang sehat adakalanya individu harus dapat menangguhkan kebutuhannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan orang ataupun kebutuhan hubungan itu sendiri.

B.     Tahap – Tahap Perkembangan
Pada dasarnya perkembangannya dalam berhubungan bersamaan dengan tahap tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dewasa. Oleh karena itu, setiap tugas perkembangan dalam siklus tumbuh kembangnya harus dapat dilalui dengan baik. Agar kemampuan membina saling ketergantungan dan keintiman dalam berhubungan dapat memperoleh kepuasan.

  • Masa bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis maupun psikologinya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan dikemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.

  • Masa kanak-kanak
Anak mulai mengambangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi, atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi, kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependent. Orang tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk sekolahh dimana ia harus berlajar cara berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.

  • Masa praremaja dan remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman sejenis, yang mana hubungannya ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis, dan bisanya hubungan dengan lawan jenis akan terbina dengan baik, apabila hubungan dengan teman sejenis dapat dinilai dengan baik.

  • Masa dewasa muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta pertahankan hubungan interdependent antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality)

  • Masa dewasa pertengahan
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan sktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang interdependent antara orang tua dengan anak.

o   Masa dewasa akhir
Idividu akan mengalami brebagai kehilangan,baik kehilangan keadaan fisik,kehilangan orang tua,pasangan hidup,teman maupun pekerjaan atau peran.Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan kepada orang lain akan meningkat namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.

Contoh: Peran sebagai kakek atau nenek pada saat ini sangat berarti tinggi.
Dengan adanya berbagai kehilangan di atas dapat membuat individu menarik diri dan rendah diri – kemampuan individu dalam menerima berbagai kehilangan tersebut akan menghindarkan individu menjadi frustasi, namun perlu dukungan dari keluarga maupun lingkungan.

Rentang respon berhubungan dapat berfluktuasi dari respon berhubungan adaptif sampai maladatif.

Respon Adaptif                                                                                Respon Maladatif           
 


Menyendiri                                 Merasa sendiri                                     Manipulasi
Otonomi                                     Menarik diri                                        Impulasi
Bekerjasama                               Tergantung pada                                 Mengembangkan
Saling tergantung                       Orang lain                                           diri



Faktor Predis Posisi
Beberapa faktor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
1.      Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memeliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat di penuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu / pengasuh kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.

2.      Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku.
Sikap bermusuhan / hostilitas
Sikap mengancam dan menjelek – jelekkan anak.
Ekspresi emosi yang tinggi
Orang tua atau anggota keluarga sering berteriak, marah untuk persoalan kecil / spele, sering menggunakan kekerasan fisik untuk mengatasi masalah, selalu mengkritik, mengkhayalkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tidak memberi pujian atas keberhasilan anak .

3.      Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan.
Contoh : Individu yang berpenyakit kronis, terminal, menyandang cacat atau lanjut usia.
Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan seseorang untuk tidak keluar ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi sosial.

4.      Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden tertinggi skizofrenia di temukan pada keluarganya yang anggota keluarga menderita skizofrenia.

  

Faktor Presipitas
Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor Internal maupun eksternal meliputi.
1.      Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti : perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara . 
2.      Stressor Giokimic
Teori dopamin
Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia
3.      Stressor biologic dan lingkungan sosial.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan, maupun biologis.
4.      Stressor psikologis
Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stres. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase sinibiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
o   Hubungan ibu dan anak
Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan kecemasannya pada anak, misalnya dengan tekanan suara yang tinggi, hal ini membuat anak bingung, karena belum dapat mengklasifikasikan dan mengartikan pasien tersebut
o   Dependen versus Interdependen
Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat menimbulkan konflik, di satu sisi anak ingin mengembangkan kemandiriannya.



            Strategi Koping
            Strategi koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing – masing tingkah laku adalah sebagai berikut:
1.      Tingkah laku curiga : Proyeksi
2.      Dependency : Reaksi formasi
3.      Menarik diri : Regresi, represi, dan isolasi
4.      Curiga, waham, halusinasi, proyeksi, denial
5.      Manipulatif : Regresi, represi, dan isolasi
6.      Ikizofrenia : Displacement, proyeksi, introjeksi, kondensasi, isolasi, represi dan regresi

C. Intervensi
Sp 1. 
  1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial (teman yang disukai, teman yang tidak disukai)
  2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
  3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
  4. Mengajarkan px cara berkenalan dengan orang lain
  5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan catatan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
Sp 2
  1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
  2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
  3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai satu kegiatan harian
Sp 3
  1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
  2. Memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih
  3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
HUBUNGI ADMIN UNTUK LANJUTANNYA :sorsir.123@gmail.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI RUANGAN SINABUNG RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA"

Post a Comment