BAB II
PEMBAHASAN
KELOMPOK SOSIAL
A. Jenis-Jenis Kelompok Sosial
Kelompok sosial dapat di golongkan
pula dalam bermacam-macam jenis. Suatu penggolongan utama telah membedakan
primary group dan secondary group (Charles H. Cooly) atau kelompok primer dan kelompok
sekunder.
1.
Kelompok
primer
Kelompok primer sendiri adalah
kelompok yang interaksi sosialnya lebih instensif dan lebih erat antar
anggotanya daripada kelompok sosial sekunder. Kelompok sekunder ini juga bisa
di sebut sebagai kelompok face-to-face group, yaitu kelompok sosial yang sering bertatapan muka dan saling
mengenal dari dekat. Dalam kehidupan, kelompok primer mempunyai peran besar
sekali karena di dalam kelompok primer manusia di didik sebagai makhluk sosial.
Contohnya adalah keluarga , rukun tetangga, dan sebagainya.
2.
Kelompok
sekunder
Dalam kelompok sekunder sendiri
berbeda dengan kelompok primer, yaitu interaksi dalam kelompok sekunder terdiri
atas saling hubungan yang tidak langsung, jauh dari formal, dan kurang bersifat
kekeluargaan. Hubungan dalam kelompok ini biasanya lebih objektif. Peranannya
sendiri yaitu untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam masyarakat dengan
bersama objektif dan rasional. Contoh dari kelompok sekunder adalah partai
politik dan serikat pekerja.
3.
Kelompok
formal dan kelompok informal
Terdapat pula pembagian kelompok
sosial ke dalam kelompok formal dan kelompok informal. Inti perbedaannya adalah
bahwa kelompok informal tidak berstatus resmi dan tidak di dukung oleh
peraturan-peraturan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga tertulis seperti
kelompok formal. Dalam kedua kelompok ini juga mempunyai tugas masing-masing
serta pedoman tinggkah laku anggotanya.
jenis-jenis kelompok meliputi :
1. Kelompok formal :
organisasi militer, perusahaan, kantor kecamatan.
Kelompok non-formal : arisan, geng, kelompok belajar, teman-teman
bermain golf.
2. Kelompok kecil : dua
sahabat, keluarga, kelas.
Kelompok besar : divisi tentara, suku bangsa, bangsa.
3. Kelompok jangka pendek :
panitia, penumpang sebuah kendaraan umum, orang-orang yang membantu memadamkan
kebakaran atau menolong korban kecelakaan lalu lintas.
Kelompok jangka panjang : bangsa, keluarga, tentara, sekolah.
4. Kelompok kohesif
(hubungan erat antaranggota) : keluarga, panitia, rombongan umroh, geng, sahabat.
Kelompok tidak kohesif : penonton bioskop, pembaca majalah,
pengunjung pusat pertokoan, jamaah shalat jum’at.
5. Kelompok agresif :
pelajar tawuran, penumpang bus mengeroyok pencopet, lynching mob (kelompok yang
mengeroyok korban sampai mati), demonstran, pengunjuk rasa, penonton sepak bola
(yang agresif).
Kelompok konvensional (menaati peraturan) : jamaah haji, jamaah
shalat jum’at, penonton bioskop, pengendara kendaraan di jalan raya, pengunjung
resepsi perkawinan, penonton konser musik klasik.
Kelompok ekspresif (menyalurkan perasaannya) : penonton sepak bola
yang tidak agresif, massa peserta rapat umum partai politik, massa remaja
penggemar cover boy (yang berteriak-teriak histeris melihat idolanya).
6. Kelompok dengan
identitas bersama : keluarga, kesatuan militer, perusahaan, sekolah,
universitas.
7. Kelompok
individual-otonomus : masyarakat kota besar, perusahaan dengan sistem manajemen
barat.
Kelompok kolektif-relational : masyarakat pedesaan, perusahaan
dengan manajemen timur (misalnya perusahaan jepang), keluarga besar. Kelompok
ini mempunyai identitas kelompok yang kuat.
8. Kelompok yang
berbudaya tunggal (adat, tata susila, agama, hukum atau norma lainnya yang
seragam) : masyarakat pedesaan tradisional, perusahaan, organisasi militer,
keluarga yang berasal dari lingkungan budaya yang sama.
Kelompok berbudaya majemuk : masyarakat perkotaan, partai politik,
keluarga antaretnik atau antaragama.
9. Kelompok laki-laki :
tim sepak bola, pasukan komando, geng laki-laki, jamaah shalat jum’at.
Kelompok perempuan : tim sepak bola wanita, polisi wanita, korps
wanita ABRI, LBH untuk wanita, gerakan feminis, gerakan wanita karya, himpunan
mahasiswi, ikatan pengusaha wanita. Kelompok berdasarkan jenis kelamin ini
biasanya dibentuk karena kurangnya penghargaan jika kaum wanita bergabung pada
kelomok campuran pria-wanita.
10. Kelompok konsumen
(dalam hal sumber daya tergantung pada pihak lain) : yayasan lembaga konsumen,
persatuan penggemar mobil VW, kelompok ibu rumah tangga.
Kelompok produsen, pengusaha atau profesi (mandiri dalam pengalaman
dan otoritas) : asosiasi kayu, persatuan hotel dan restoran, ikatan dokter,
ikatan sarjana ekonomi.
11. Kelompok persahabatan :
arisan, teman bermain, kumpulan sahabat, kelompok golf, alumni SMA.
Kelompok yang terlibat dalam tujuan bersama : perusahaan, yayasan,
instansi pemerintah.
B. Ciri-Ciri Kelompok Sosial
Kelompok
sosial dapat digolong-golongkan ke dalam bermacam-macam jenisnya. Charles
H.Cooly membedakan kelompok berdasarkan susunan dan organisasi, yaitu primary
group (kelompok primer) dan secondary-group (kelompok sekunder).
a. Ciri-ciri kelompok primer
1. Dalam kelompok primer terdapat interaksi
sosial yang lebih erat antara anggota-anggotanya. Dalam kelompok itu ada
hubungan face to face antara anggota-anggotanya, yaitu hubungan yang
benar-benar kenal satu sama lain. Maka kelompok primer ini sering disebut: face
to face group.
2. Sering hubungannya bersifat irrasional dan
tidak didasarkan atas pamrih. Di dalam kelompok primer manusia selalu mengembangkan
sifat-sifat sosialnya seperti mengindahkan norma-norma, melepaskan kepentingan
sendiri demi kepentingan kelompok dan sebagainya.
Contohnya: keluarga, kelompok belajar, kelompok
sepermainan, kelompok se-agama, dan sebagainya.
Sifat
interaksi dalam kelompok-kelompok ini kebanyakan bercorak kekeluargaan dan
lebih berdasarkan simpati.
b. Ciri-ciri kelompok sekunder
1. Kelompok ini terbentuk atas dasar kesadaran
dan kemauan dari para anggotanya. Interaksi dalam kelompok sekunder terdiri
atas saling hubungan yang tidak langsung berjauhan dan formal, kurang bersifat
kekeluargaan. Hubungan-hubungan tersebut biasanya lebih objektif.
2. Peranan atau fungsi kelompok sekunder dalam
kehidupan manusia adalah untuk mencapai salah satu tujuan tertentu dalam
masyarakat dengan bersama, secara objek dan rasional, misalnya: organisasi
partai politik, perhimpunan, serikat kerja, dan sebagainya.
Disamping
kelompok primer dan sekunder, juga ada kelompok yang berbeda dengan kelompok
primer dan sekunder. Oleh Kimball Young (seorang ahli ilmu jiwa sosial)
kelompok ini disebut: “massa society”. Kebanyakan kelompok yang disebut ini
berasal dari kelompok sekunder yang mengalami perkembangan lebih hebat. Adapun
ciri-cirinya:
1. Rasional, hubungan satu sama lain
berdasarkan perhitungan untung rugi. Akibatnya hubungan itu menjadi impersonal,
jadi alat pemuas kebutuhan saja.
2. Adanya spesialisasi peranan yang sangat
ekstrem, misalnya dokter tidak boleh mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang lain.
3. Timbul perasaan kurang tentram dan kurang
erat hubungan antara anggota-anggotanya. Manusia setiap saat seolah-olah merasa
diancam oleh manusia lain, dan ancaman ini dirumuskan makin lama makin hebat,
akibatnya juga kurang tentram. Oleh karena itu jiwa manusia dalam massa society selalu tegang, takut dan tidak mendapatkan
kepuasan hidup.
Terdapat
pula pembagian kelompok sosial kedalam informal group( kelompok tidak resmi)
dan formal group (kelompok resmi). Atau kelompok informal dan kelompok formal.
1. Kelompok tidak resmi (informal)
Ciri-cirinya:
-
Tidak mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga tertulis.
-
Mempunyai pedoman-pedoman tingkah laku
anggota-anggotanya, tetapi tidak dirumuskan secara tegas dan tertulis.
-
Bersifat tidak kekeluargaan. Bercorak
pertimbangan-pertimbangan rasional dan obyektif.
2. Kelompok resmi (formal)
Ciri-cirinya:
-
Mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
tertulis.
-
Mempunyai pedoman-pedoman tingkah laku yang dirumuskan
secara tegas dan tertulis.
-
Bersifat tidak kekeluargaan, bercorak
pertimbangan-pertimbangan rasional dan objektif.
Selanjutnya dalam anggota suatu kelompok sering terdapat perasaan
ikatan, dan perasaan dalam kelompok atau in-group. Sebaliknya terhadap orang
luar terdapat perasaan yang disebut perasaan luar kelompok atau out group.
c. Hubungan in-group dengan out group
Sebenarnya persoalan tentang in-group dan out-group ini bukan merupakan
persoalan penting selama tidak terjadi persaingan, yang terutama mengenai
tujuan, maka hal ini dapat menimbulkan perasaan takut dan khawatir antara
kelompok yang satu terhadap kelompok yang lain.
Oleh karena itu dapat kita lihat bahwa
hubungan in-group dan out-group terdapat dua proses hubungan yang keduanya
bersifat sosial, yaitu:
1. Bersifat Cooperation
Cooperation terjadi
karena adanya kerja sama yang disebabkan adanya faktor-faktor yang menunjukkan
kesamaan yang memungkinkan anggota yang satu membantu anggota yang lain. Jadi
meskipun mempunyai tujuan yang sama, belum tentu termasuk cooperation, kalau
tidak disertai kerja sama.
2. Bersifat Opposition
Hal ini
dapat berwujud conflict dan competation. Conflict suatu perjuangan manusia/group untuk mencapai
tujuan yang sama, dan tidak dikerjakan secara kerja sama. Di dalam conflict
individuI/kelompok yang bersangkutan ada kontak hubungan langsung dengan
pihak lawan dan lawan adalah merupakan hal yang primer baginya. Sebab selama
lawan ini belum bisa dihancurkan, tidak mungkin tujuan individu/kelompok itu
bisa tercapai.
Berbeda
dengan competation(kompetisi), disini tidak perlu adanya hubungan
langsung dengan pihak lawan. Tujuan utama dari masing-masing individu/kelompok
adalah untuk mencapai hasil yang ingin dicapai. Sedangkan kelompok yang menjadi
lawan merupakan arti yang kedua (sekunder) baginya.
Tentu saja
sering terjadi bahwa 2 bentuk oposisi ini bercampur, sehingga suatu macam
oposisi sukar dibedakan apakah oposisi itu digolongkan konflik atau kompetisi.
Selain konflik dan kompetisi masih terdapat dua proses lainnya yang disebut
diferensiasi dan stratifikasi.
1. Diferensiasi
Timbul karena adanya perbedaan peranan antara individu yang satu dengan
individu yang lain dalam kelompok, misalnya adanya perbedaan tugas, perbedaan
penduduk dan sebagainya, baik dalam lapangan politik, ekonomi, sosial, bahkan
dalam lingkungan kekeluargaan pun terdapat perbedaan peranan, misalnya peranan
laki-laki sebagai ayah dan perempuan sebagai ibu.
2. Stratifikasi
Terjadi di segala lapisan masyarakat, bahkan orang yang masih sederhana
pun terjadi stratifikasi, hanya saja jarak tingkatan yang satu dengan yang lain
tidak begitu tampak. Misalnya pada masyarakat primitif mengenal adanya dukun,
kepala suku, dan lain-lain.
a. Stratifikasi terbuka
Anggota kelompok yang satu ada kemungkinan besar untuk berpindah ke
kelompok yang lain. Misalnya dalam keadaan memaksa suatu kelompok bisa turun ke
kelompok yang lebih bawah atau sebaliknya.
b. Stratifikasi tertutup
Kemungkinan pindah dari golongan yang satu ke golongan yang lain kecil
sekali, sebab sistem ini didasarkan atas keturunan, jadi misalnya golongan
Brahmana, maka keturunan-keturunannya pasti masuk golongan Brahmana, demikian
juga sebaliknya dari golongan sudra.
Ditinjau dari segi psikologis, stratifikasi terbuka bersifat lebih
dinamis (progressive) dan anggota-anggotanya mempunyai cita-cita hidup yang
lebih tinggi. Sedangkan stratifikasi tertutup bersifat lebih statis, dan bagi
golongan bawah kurang menunjukkan cita-cita yang tinggi.
C. Norma-Norma Kelompok dan Norma Sosial
1. Timbulnya kelompok
Kelompok terbentuk karena adanya komunikasi. Terjadinya kelompok karena
individu berkomunikasi dengan yang lain, sama-sama memiliki motif dan tujuan.
Dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam suatu hubungan fungsional satu
sama lain inilah membentuk suatu kelompok. Kelompok mungkin terbentuk secara
kebetulan atau tiba-tiba .
Keinginan orang untuk bergabung atau berkelompok, tinggal bersam, dapat
diterangkan dengan teori nilai tukar sosial, yang dikemukakan oleh Thilbaut dan
Kelley. Orang cenderung untuk senang berkelompok selalu berkaitan dengan
kesenangan yang diperoleh dan kerugian atau biaya yang harus dikeluarkan. Dalam
kontak sosial, penerimaan sosial nampak didalam individu diterima oleh anggota
lain. Pada zaman primitif atau pada permulaannya merupakan kelompok alam,
kemudian kelompok primer, kelompok sekunder akhirnnya timbul pembentukkan
kelompok.
Makin maju suatu masyarakat, makin kompleks keadaannya makin banyak
kebutuhan yang dituntut, timbullah berbagai kelompok yang menampung
berbagai-bagai spesialisasi kebutuhan. Masing-masing kelompok memilki isi dan
tujuannya tersendiri sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi. Masuknya
seorag kedalam kelompok itu disebabkan karena:
a. Paksaan : tahanan, narapidana, dan
sebagainya.
b. Otomatis atau dengan sendirinya: sebagai
anggota keluarga, kelompok masyarakat dan sebagainya.
Didalam
berbagai kelompok orang mengadakan berbagai peranan sosial sesuai dengan corak
kelompok masing-masing. Didalam masyarakat Indonesia seperti sekarang ini,
orang bebas memasuki kelompok sesuai dengan kebutuhan baik mengenai
kesukuannya, pendapatannya, atau keyakinannya. Ada juga kelompok yang
mendasarkan akan agama, keturunan, hobby, pandangan hidup, tempat tinggal dan
pekerjaan.
2. Proses dan Dasar Pembentukkan Kelompok
Proses
pembentukan kelompok adalah bagaimana suatu kelompok dapat terbentuk disertai
alasan-alasan dan tujuan pembentukan kelompok itu. Dan juga Proses pembentukan
kelompok adalah suatu keadaan yang dialami oleh seseorang dengan alasan untuk
mengelompokkan dirinya dengan sesamanya untuk mencapai suatu tujuan bersama,
dan tujuan itu mungkin tidak dapat dicapai sendiri dalam usahanya.
3. Dasar-dasar pembentukkan kelompok
Ada beberapa klarifikasi dasar pembentukkan
kelompok, yaitu :
a. Dasar psikologis
Pada dasarnya semua manusia bersifat sosial, dalam arti bahwa tidak
seorang pun di dunia ini yang ingin hidup menyendiri terpisah dari orang lain.
Mereka mengelompokkan dirinya dalam berbagai kelompok manusia bersifat sosial
mengandung pengertian pula bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu baru
mungkin terjadi di dalam hubungan sosial itu.
b. Dasar pedagogis
Dalam
mengarahkan keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuan dibutuhkan pribadi yang
bertanggung jawab, yang dalam hal ini disebut pimpinan yang dengan sadar
melihat arah perkembangan yang terjadi. Dengan ini disimpulkan pula bahwa dalam
kelompok akan mudah ditemukan alat pendidikan yang digunakan untuk
mengembangkan anggota sebagai pribadi atau sebgai anggota masyarakat.
c. Dasar didaktis
Kelompok
juga memiliki nilai dikdatis, yang digunakan sebagai alat untuk menjadi
perantara penyampaian materi yang baru kepada anggota dan melalui kerja
kelompok anggota dapat menguasai suatu materi dengan jalan diskusi, soal jawab
secara singkat, melengkapi dan sebagainya.
4.
Norma Kelompok
Norma kelompok ialah norma-norma tingkah laku yang
khas antara anggota-anggota kelompok. Namun ini bukan berarti norma rata-rata
mengenai tingkah laku yang sebenarnya terjadi dalam kelompok itu, melainkan
merupakan pedoman-pedoman untuk tingkah laku individu. Menurut Sherif, norma
kelompok ialah pengertian-pengertian yang seragam mengenai cara-cara tingkah
laku yang patut dilakukan anggota kelompok apabila terjadi sesuatu yang
bersangkut paut dengan kehidupan kelompok itu. Jadi norma-norma kelompok itu
berkenaan dengan cara-cara tingkah laku yang diharapkan dari semua anggota
kelompok dalam keadaan yang berhubungan dengan kehidupan dantujuan interaksi
kelompok. Pengertian norma di sini digunakan dalam arti norma ideal, normav
tentang bagaimana keadaan selanjutnya. Dalam pada itu norma kelompok memberi
pedoman mengenai tingkah laku mana dan sampai batas mana masih dapat di terima
oleh kelompok dan tingkah laku anggota yang mana tidak diperolehkan lagi oleh
kelompok. Misalnya kelompok dapat memiliki norma-norma mengenai batas-batas
tingkah laku yang solider terhadap anggota kelompok dan mengenai batas-batas
tingkah laku yang tidak solider.
Dalam kelompok resmi norma-norma tingkah laku ini
biasanya sudah tercantum dalam anggaran rumah tanggaatau anggaran dasarnya.
Bahkan norma-norma tingkah laku anggota suatu negara telah tertulis dalam
undang-undah atau buku hukum pidana atau hukum-hukum lainnya. Apabila dalam,
suatu kelompok terdapat penghargaan–penghargaan dan hukum-hukum tertentu atas
bermacam-macam tingkah laku, maka sudah dapat diambil kesimpulan, bahwa dalam
kelompok itu terdapat norma-normanya, walaupun kadang-kadang norma tersebut
tidak secara tertulis.
5. Pembentukan Norma Sosial
Norma-norma kelompok dan norma-norma
sosial tidak akan timbul dengan sendirinya, melainkan terjadi di dalam
interaksi sosial antara individu di dalam kelompok sosial. Norma sosial
senantiasa terjadi bersamaan dengan adanya interaksi manusia di dalam kelompok,
dengan kata lain: norma sosial adalah hasil dari pada interaksi sosial antara
anggota suatu kelompok. Dalam pada itu hendaknya pengertian kelompok itu
diartikan dalam arti seperti yang diuraikan Sherif, ialah kelompok bukan
berarti sejumlah manusia saja, melaikan sejumlah manusia yang di dorong oleh
tujuan bersama dengan insyaf bahwa tujuan itu sebaiknya dicapai dengan bekerja
sama, melaksanakan interaksi yang cukup intensif sehingga menimbulkan pembagian
tugas dan struktur guna mencapai tujuan bersama itu secara efektif dan dalam
pada itu juga mengenai norma-norma pedoman-pedoman tingkah laku anggota
kelompok.
Kelompok demikian itu juga tidak terbatas
oleh anggota tertentu, melaikan dapat meliputi dua atau lebih individu. Oleh
karena norma sosial merupakan interaksi dari pada kelompok, maka norma sosial
sebenarnya adalah sama dengan norma kelompok. Pengertian norma sosial
dirumuskan oleh Sherif sebagai pengertian umum yang seragam. (Antar anggota
kelompok) mengenai cara-cara tingkah laku yang patut di lakukan oleh anggota
kelompok apabila mereka berhadapan dengan situasi yang bersangkut paut dengan
kehidupan kelompok itu. Norma sosial merupakan pengertian yang meliputi
bermacam-macam hasil interaksi kelompok, baik hasil interaksi dari pada
kelompok-kelompok yang telah lampau, maupun hasil interaksi kelompok yang
sedang berlangsung. Termasuk padanya semua nilai-nilai dan harga-harga
sosial,adat istiadat, konvensi dan sebagainya.
Norma sosial adalah patokan-patokan
umum mengenai tingkah laku dan sikap individu anggota kelompok yang di
kehendaki oleh kelompok mengenai bermacam-macam hal yang berhubungan dengan
kehidupan kelopmpok yang melahirkan norma-norma itu. Dalam paada itu tidak
semua kelompok mempunyain norma-norma tingkah laku dan sikap-sikap mengenai
sitruasi yang dihadapi oleh anggota-anggota kelompok itu dalam interaksinya.
Bermacam-macam kelompok dapat memiliki bermacam-macam norma, bermacam-macam
situasi interaksi.
Biasanya makin tidak diikutinya
norma-norma kelompok, makin terjadi perubahan struktur dan usaha kelompok itu,
dan mungkin sekali kelompok mengalami desintegrasi atau masa transisi, dimana
norma-norma lama di buang dan diganti oleh norma-norma baru yang lebih sesuai
dengan usaha-usaha mencapai tujuan kelompok dalam situasi yang diohadapinya
sebaliknya makin ditaati norma-norma kelompok, makin solider dan makin kokoh
interaksi kelompok. Dengan kata lain, makin mendalamnya internalisation of group norma makin solider dan kokoh kelompok
itu.
6. Macam-Macam Norma Sosial
Adapun macam-macam norma sosial tersebut
1.
Norma
kelajiman (volkways) yaitu norma-norma yang di ikuti tanpa berpikir panjang
melainkan hanyalah di dasarkan atas tradisi/kebiasaan. Norma ini tidak
memerlukan sangsi/ancaaman hukuman untuk berlakunya. Pada umumnya orang yang
menyimpang dari kelaziman dianggap sinting, aneh, ditertawakan, diejek dan
sebagainya. Misalnya penyimpangan dalam acara makan, minum, berpakaian dan sebagainya
2.
Norma
kesusilaan (mores) kesusilaan ini biasanya dihubungkan dengan keyakinan
keagamaan. Barang siapa yang melanggar kesusilaan biasanya tidak ada hukunya.
Dia di isolasi/disingkir oleh masyarakat dan menjadi buah mulut masyarakat
3.
Norma
hukum, norma ini ada dua macam yang tertulis misalnya : hukum pidana, hukum
perdata dan lain-lain. Yang tidak tertulis misalnya : hukum adat. Orang yang
melanggarnya akan mendapat sangsi/hukuman. Biasanya negara menyediakan alat
pemerintah untuk memaksa anggota masyarakat agar tidak melanggar hukum itu.
Hukum ini biasanya lebih bersifat irrasional atas kepentingan masyarakat.
4.
Mode
(fashion)
Perbuatan ini biasanya di lakukan dengan tiru-tiru atau iseng-iseng
saja. mode ini di dalam masyarakat biasanya sangat cepat berkembang. Pada
dasarnya orang-orang mengikuti mode adalah untuk mempertinggi gengsinya menurut
anggapannya.
Winarno surachmad mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan norma
sosial tidak lain dari harapan yang di letakkan pada setiap anggota kelompok
untuk bertingkah laku menurut kelaziman kelompok sosial itu.Norma inilah yang
mengikat kesatuan kelompok. Tiap-tiap anggota di dalam kelompok mengakui,
memekai, mentaati bersama terhadap norma sosialnya. Perasaan satu kelompok atau
in group didasari adanya perasaan pengakuan satu norma yang sama. Antara
kelompok satu dengan yang lain berbeda
dalam hal norma sosialnya.
Dimasing-masing kelompok, norma
sosial bersifat:
1.
Tertulis,
yaitu dalam bentuk perarturan-peraturan tertulis, diatur secara tertulis sanksi
atas pelanggarannya.
2.
Tidak
tertulis, berupa kebiasaan-kebiasaan tradisi dan adat istiadat yang semuanya
tidak tertulis.
Pelanggaran terhadap norma yang
tertulis dikenai sanksi yang sudah di atur pada peraturan-peraturan tertulis.
Pelanggaran terhadap norma yang tidak tertulis memang tidak di atur secara
tertulis, tetapi tetap memiliki sanksi juga, kebanyakan bersifat tekanan psikis
misalnya di keluarkan dari keanggotaan kelompok, di asingkan, di sindir, dan
tekan-tekanan yang lain.
Perbedaan norma sosial antara kelompok
satu dengan yang lain di sebabkan:
1.
Pebedaan
geografis atau tempat tinggal: orang pantai,pegunungan, kota, desa dan
sebagainya.
2.
Perbedaan
status sosial: pedagang, pegawai, petani dan sebagainya.
3.
Perbedaan
tujuan kelompok: kelompok pelukis, sarjana kesenian, olahraga, usaha dan
sebagainya.
D.
KONSEPSI
TENTANG GROUP DAN PROSES GROUP
Apakah group itu?
Bagaimana proses daripada group itu?
Group ialah kumpulan dua orang atau
lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara menyolok. Disini perlu
dibedakan antara group dengan koleksi (pengumpulan). Dalam group terdapat hub
ungan psikologis, sedang didalam suatu perkumpulan masing-masing anggota tidak
ada hubungan psikologis satu sama lain, dan bila ada hubungan, maka hubungan
itu bersifat statis, misalnya:
-
Hubungan
antara tumpukan batu-batu
-
Hubungan
antara orang-orang di dalam bis
Group mempunyai hubungan yang
sifatnya dinamis, artinya hubungan didalam group merupakan hubungan yang hidup,
yang selalu berubah dan saling pengaruh dan mempengaruhi. Sehingga hanya
manusialah yang bisa membentuk group, sedangkan benda-benda mati atau hewan
tidak mungkin akan bisa membentuk group karna hubungan mereka bersifat statis,
tidak menuju kearah kemajuan. Group selalu berubah dan perubahan ini
mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan dari pada masing-masing anggota group.
Sebaliknya tingkah laku masing-masing anggota group itu juga berubah, akibat
perubahan group itu. Dan perubahan ini mempengaruhi kehidupan dalam group.
Jadi jelas bahwa norma group akan mempengaruhi perbuatan anggota
group.apabila norma itu berubah, tingkah laku individu pun akan berubah pula.
Kurt lewin: mengadakan percobaan dan menggolongkan tiga macam
kelompok dengan tiga macam pimpinan sebagai berikut:
1.
Pimpinan
yang demokratis: yaitu pimpinan yang mempunyai kebijaksanaan dimana
anggota-anggota kelompok diberi bimbingan dan kebebasan mendiskusikan
tugas-tugas yang akan dikerjakan. Pemimpin selalu aktif memberi
petunjuk-petunjuk didalam mengerjakan tugas-tugas mana yang perlu dikerjakan
yang dulu dan yang mana yang kemudian.
2.
Pimpinan
yang diktatoris: yaitu pimpinan dimana anggota-anggota tidak diberi hak suara.
Anggota mengikuti apa yang diperintahkan oleh pimpinan.
3.
Pimpinan
bebas: yaitu pimpinan benberi kebebasan pada anggota-anggota kelompok dengan
sebebas-bebasnya. Pimpinan hanya memberi petunjuk bila diminta saja, bila tidak
diminta tidak.
Biasanya dengan
adanya perubahan pimpinan berarti perubahan dalam kelompok, sebab tiap-tiap
pimpinan membawa norma-norma sendiri.ternyata dengan adanya perubahan sikap individu
dalam anggota kelompok dan ter4jadi juga perubahan interaksi individu yang satu
dengan yang lain. Misalnya: pada waktu kelompok A di pimpin secara demokratis,
pimpinan sering menggunakan perkataan: kita, sikap-sikap yang agresif tidak
tampak. Setelah dipimpin oleh seorang diktatoris, perkataan “ kita “ berkurang
dipakai dan diganti dengan “ aku “ dan timbul agresif dari anggota kelompok
itu. Jadi jelas bahwa perubahan sikap seseorang pimpinan akan mempengaruhi juga
perubahan proses dari pada group.
Hal ini menyebabkan pula adanya
perubahan-perubahan norma dan kelompok.
1.
Bagaimana
peranan sosial seseorang dalam suatu group?
Dalam peranan
sosial hubungan antara orang dengan orang di dalam kelompok selalu terikat oleh
situasi yang konkrit dan nyata. Situasi mana dapat membuka dan menutup
hubungan-hubungan yang lain. Tiap-tiap situasi tentu saja menentukan bentuk
tingkah laku tertentu dan menetukan pula bentuk peranan tertentu. Misalnya: A
dalam kantor mungkin dia sebagai kepala, sedangkan dirumah dia sebagai anggota
kepala keluarga dan mungkin dalam suatu organisasi hanya sebagai anggota biasa.
Jadi jelas bahwa si A melakukan peranan yang bermacam-macam, dan tiap-tiap
peranan ini menunjukkan bentuk tingkah laku yang tertentu dan dijalankan dalam
situasi yang tertentu pula.
Jadi pada
pokoknya didalam kehidupan bersama tiap-tiap orang memiliki peranan-peranan
tertentu dan peranan-peranan ini dapat didasarkan atas bermacam-macam faktor:
-dapat berdasar atas umur
-dapat berdasar jenis kelamin
-dapat berdasar kasta/tingkat/keturunan.
-dapat berdasar jabatan/lapangan
kerja
Pada umumnya
seseorang mengenal benar-benar tingkah laku perbuatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan status yang didukungnya. Inilah yang menyebabkan terjadinya
hubungan yang lancar di dalam masyarakat, sebab bila orang tidak tahu sama
sekali terhadap pola-pola tingkah laku yang harus di perbuat sesuai dengan
status yang didukungnya, maka kemungkinan besar akan terjadi salah paham antara
orang yang satu dengan yang lain
Misalnya : pelayan tokoh; dia akan
tahu tingkah laku sebagai pelayan toko dan statusnya menunjukkan adanya peranan
tertentu dan pola-pola tingkah laku yang mengatur kehidupannya dengan para
pembeli toko. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dikenal baik oleh pelayan toko
maupun pembeli, sehingga sedikit sekali terjadi salah paham, bahkan saling
bergantung dan saling mengisi.
2.
Apakah
peranan itu ?
Peranan adalah
suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan
berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.
Misalnya: dalam lapangan perusahaan,
peranan sosial dan pemimpin perusahaan ditentukan oleh pengharapan-pengharapan
yang diminta orang lain padanya sebagai seorang pemimpin perusahaan. Didalam
masalah peranan, sering dibedakan dalam peranan sosial dan peranan individual.
3. Peranan sosial
Adalah
pengharapan-pengharapan kemasyarakatan (sosial) tentang tingkah laku dan sikap
yang dihubungkan dengan status tertentu tanpa menghiraukan kekhususan orang
yang mendukung status itu.
4. Peranan perseorangan (individual)
Yaitu
pengharapan-pengharapan tingkah laku didalam status tertentu yang berhubungan
erat dengan sifat-sifat khusus dari individu-individu itu sendiri. Dapat
dikatakan bahwa peranan sosial itu merupakan suatu bagan normal, dimana bagan
ini sesuai dengan status individu di dalam situasi tertentu. Namun demikian di
dalamnya toh masih terdapat perbedaan-perbedaan misalnya ; pelayan A ramah,
pelayan B kejam, dosen A baik, sedang dosen B tidak baik, dan sebagainya.
Siapa yang menentukan peranan sosial
itu ?
Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa yang menentukan peranan sosial adalah kita sendiri dengan
jalan permufakatan atau tradisi. Jadi orang-orang menjadi anggota kelompok
itulah yang menentukan peranan sosial. Maka peranan sosial baru timbul bila
manusia hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kata lain; bahwa peranan
sosial, bisa hidup di dalam kelompok.
Dan karena
itulah peranan sosial baru bisa diketahui oleh manusia kalau ia mempelajari
atau mengalaminya. Dan memang belajar peranan sosial ini dimulai sejak anak
masih kecil, dan peranan yang dimainkan oleh anak erat sekali hubungan dengan
situasi-situasi tertentu yang dikenalnya.
E. KOHESI KELOMPOK (PERASAAN BERSAMA DALAM
KELOMPOK)
Telah kita
sadari bahwa pada manusia selalu ada kecenderungan untuk berkumpul. Mahasiswa
misalnya dapat memiliki sejumlah kelompok: organisasi mahasiswa, tim atletik,
atau kelompok yang lain. Didalam kelompok yang terdiri dari sekumpulan individu
akan tercermin semua atau sebagian ciri-ciri yaitu interaksi yang
berulang-ulang, kesadaran sebagai anggota kelompok, peranan yang timbal balik,
tujuan bersama kepuasan yang berasal dari hubungan antar anggota, struktur dan
jaringan komunikasi antara anggota dan pemimpin, dan perubahan tingkah laku
invidu sebagai hasil dari anggota kelompok. Sekumpulan orang yang memiliki
semua atau sebagian dari ciri tersebut adalah kelompok.keluarga termasukdalam
kategori ini. Di dalam kelompok terjadilah apa yang disebut, kohesi kelompok,
yaitu perasaan bahwa orang bersama-sama dalam kelompok. Leon festinger
memberikan definisi kohesi kelompok sebagai kekuatan yang memelihara dan
menjaga anggota dalam kelompok.
Manusia masuk
kedalam kelompok untuk berbagai-bagai alasan misalnya: oleh karena masalah
biaya, persaingan dalam hal permintaan barang dan juga waktu, perubahan di
dalam ciri keanggotaan misalnya, usia, perubahan dalam aktivitas dan tujuan
dalam kelompok. Untuk mengukurnya ini sering digunakan suatu cara atau
pendekatan yang disebut : sosiometri
Sosiometri ini
dikemukakan oleh jacob moreno (1934). Bentuk sosiometri moreno ini mengukur
kekuatan menarik (attraction) dan
menolak (repulsion) yang mengikat dan
membagi-bagi individu didalam kelompok. Sehingga di dalam menggunakan
sosiometri ini seorang peneliti akan menanyakan secara individual terhadap
anggota kelompok.
Kepada siapa mereka suka:
Bekerja
Berlibur
Menghadiri pertemuan dan sebagainya.
Dalam
penemuannya yang pertama moreno (1934) mengadakan penelitian terhadap
gadis-gadis yang berada di lembaga untuk anak nakal. Jawaban dari gadis-gadis
itu kemudian digambarkan yang kemudian terkenal dengan nama: sosiogram, Pada mulanya tujuan dari pada
metode ini adalah ingin mengetahui pola penerimaan dan penolakan, suka dan
tidak suka, yang terdapat di anggota-anggota dari suatu kelompok.
Tetapi sejak kerja moreno, banyak
peneliti yang mempergunakan sosiogram untuk berbagai tujuan. Misalnya ;
-penelitian kepemimpinan di dalam
kelompok
-pemecahan problem kepribadian dan
sebagainya.
Gambar pada halaman 109 menceritakan
perasaan dari anggota kelompok. Panah yang ditujukan dan diterima menggambarkan
pilihannya dan yang dipilih. Sedangkan dobel panah yaitu panah yang berujung
pangkal menggambarkan pilihan yang berbalas-balasan.
SOSIOGRAM
Kohesi didalam
kelompok digambarkan dengan sejumlah garis panah di dalam kelompok. Sosiogram
tidak hanya menunjukkan perbedaan sub group tetapi juga tingkatan-tingkatan
kelompok. Dalam gambar tersebut ditanyakan kepada siapa mereka paling suka, ED
ternyata anggota kelompok yang paling populer, ia sebagai bintangnya, karena ia
dipilih oleh: Myron, Joe, Frank, Cally, dan Penelope. Bertolak belakang dengan
Marry, ia paling tidak populer di dalam kelompoknya, ia tidak memilih siapa pun
dan tidak dipilih oleh siapa pun. Sedangkan Al dan Bob merupakan sub group,
pilihan yang berbalas-balasan dan terpisah. Disini tampak bahwa masing-masing
suka kepada seseorang saja Frank, Penelope, dan Ed bentuk sub group yang lain
karena mereka memilih berbalas-balasan antara satu dengan yang lain. Dengan
mengamati sosiogram ini seorang peneliti dapat memiliki gambaran tentang
struktur dan dinamika kelompok.
Kelompok dalam dan kelompok luar (in
group dan out group). Dimuka telah dijelaskan, karena timbulnya kebutuhan yang
bervariasi, maka timbullah banyak kelompok. Misalnya: kelompok A, B, C, D dan
sebagainya. Anggota di dalam kelompok A menganggap bahwa semua anggota yang
bergabung di dalam kelompok A sebagai in groupnya. Sedangkan anggota dan
kelompok B,C,D adalah out group bagi kelompok A. oleh karena itu setiap
kelompok memilikiin group dan out groupnya masing-masing. Jadi yang dimaksud
dengan in group adalah : persatuan individu dimana anggota-anggotanya memiliki
satu kesatuan akan klesetiaan dan kerja sama, persahabatan dan solidaritas.
Di dalam in
group anggota-anggotanya menunjukkan sentimen yang dalam, dalam bentuk perasaan
cinta, simpati, intim. Sikap solidaritas in group kadang-kadang dibela
mati-matian. Oleh karena itu korban jiwa seringterjadi di dalam persengketaan
antara kelompok, sedangkan bentuk yang lebih besar mungkin berupa perang
saudara. Hal ini terjadi akibat adanya solidaritas yang kuat antara anggota
kelompok. Di dalam in group orang merasa anggota
“kita”keluarga”kita”milik”kita”, peraturan”kita”dan sebagainya, ini dimaksud
untuk membedakan in groupnya dan out groupnya. Anggota atau kelompok dari out
groupnya di pandang sebagai orang asing, orang lain, dan bukan orang kita.
Hubungan dengan
out group bersifat dingin, bahkan tidak jarang bersikap permusuhan. Antara in
group dan out group timbul prasangka. In group kadang-kadang menciptakan
istilah-istilah atau kode-kode tertentu yang hanya diketahui oleh anggota in
group. Istilah-istilah atau kode-kode itu mungkin untuk in group merupakan
sesuatu yang lucu, yang memiliki arti spesifik dan menunjukkan keintiman, yang
bagi out group menimbulkan tanda tanya atau bahkan sesuatu yang sifatnya biasa
saja. Pengertian dan pemakaian istilah atau kode-kode dalam in group itu telah
didasari adanya pengakuan bersama.
Demikianlah,
peninjauan kepada masalah kepemimpinan akan selalu mencakup pengertian tentang
adanya manusia dan sekelompok manusia. Di satu pihak manusia berlaku sebagai
pemimpin, sedangkan di lain pihak sekelompok manusia akan menjadi pengikut atau
mereka yang dipimpin. Seorang individu lahir dan memulai dengan kehidupannya
yang pertama tanpa bekal pengetahuan yang dibawanya untuk menghargai kenyataan
hidup di dunia. Namun setiap individu mempunyai potensi kemampuan yang akan
tumbuh dan berkembang bila ia hidup dalam suatu lingkungan yang serasi,
sehingga terbentuklah kepribadiannya. Hal ini disebabkan karena untuk
kelangsungan hidupnya manusia perlu bantuan orang lain. Hal ini membuktikan
bahwa individu perlu mempunyai kelompok
serta lingkungan manusia untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia
yang sempurna. Dengan demikian antara individu yang satu dengan kelompoknya
mempunyai hubungan saling ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai
manusia.
Jelasnya: kohesi adalah pola nyata
dan suatu hubungan, mempertegas dan memeperkuat hubungan. Kohesi juga bersifat
subjektif, orang memiliki sesuatu kelompok serta nilai keanggotaan kelompok
berbeda yang satu dengan yang lain. Hampir semua orang menyadari bahwa
keanggotaan kelompok dalam keluarga, lebih berarti bagi seseorang dan pada
keanggotaan di dalam kelompok misalnya kelompok tempat kerja atau kelompok
profesinya. Kenyataan ini akan memberikan warna emosional dan memberikan arti
pada keanggotaan kelompok. Dalam hal ini keanggotaan kelompok menjadi bagian
dari identitas seseorang. Seseorang akan menyadari bahwa dirinya sebagai
seorang ibu, seorang pemimpi, seorang warga desa, dan sebagainya. Kohesi dapat
diciptakan secara cepat dan sementara, dan ini memungkinkan untuk diadakan
eksperimen. Eksperimen yang dilakukan oleh Abert Myers (1962) menunjukkan bahwa
ancaman meningkatkan kohesi kelompok. Dalam eksperimen ini Myers membentuk
sejumlah regu tembak senapan yang masing-masing regu terdiri atas 3 orang.
Beberapa regu dipertandingkan dengan
regu yang lain sedang beberapa regu tidak dipertandingkan. Hasilnya menunjukkan
bahwa regu yang dipertandingkan merasa lebih erat ikatannya dari regu yang
tidak dipertandingkan. Rupanya dipertandingkan dengan regu yang lain berarti
mereka menerima tekanan atau ancaman dari luar. Demikian , tekanan atau ancaman
dari luar akan mempengaruhi perkembangan kohesi kelompok.
F.
Bimbingan
Konseling dalam permasalahan kelompok social
Istilah sosialisasi merupakan
istilah yang digunakan untuk mewujudkan bahwa manusia sebagai makhluk social.
Sosialisasi merupakan bentuk dari perkembangan social yang dijalani oleh
manusia sebagai makhluk social. Dalam bersosialisasi tersebut seseorang akan
menjalani tiga proses, yaitu belajar berprilaku yang dapat diterima secara
social, memainkan peran social yang dapat diterima dan mengembangkan sikap
social. Dengan demikian berarti bahwa tidak semua manusia mampu menjalani
proses sosialisasi ini perlu dilakukan sehingga memungkinkan terwujudnya
kehidupan yang lebih efektif baik bagi manusia sebagai individu maupun sebagai
makhluk sosial.
Di sekolah misalnya, terjadi masalah
sebagai dampak ketidakmampuan seseorang untuk bersosialisasi dengan baik. Hal
ini ditandai dengan ketidakmampuan seseorang bertingkah laku sesuai dengan
aturan dan standar yang sudah disepakati bersama. Misalnya guru terlambat
datang kesekolah (dimaafkan), sedangkan siswa diberi sanksi jika terlambat.
Dipihak siswa misalnya, tidak menyerahkan tugas sesuai dengan waktu yang sudah
disepakati, melanggar aturan sekolah, dan sebagainya. Contoh lain siswa enggan
datang kesekolah karena merasa dikucilkanm merasa tidak diterima, merasa tidak
diperlakukan sama dengan siswa lainnya, sehingga berdampak kepada pencapaian
hasil belajar siswa. Kondisi seperti ini merupakan salah satu kondisi perlunya
layanan BK dari segi manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam upaya penyelesaian suatu
masalah, seorang konselor dapat melakukan berbagai cara yang dianggap tepat dan
sesuai dengan masalah yang sedang diatasinya. Seorang konselor dapat
menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara berkelompok atau bimbingan kelompok.
Penyelesaian dengan cara berkelompok ini memiliki manfaat dan tujuan tersendiri
yang akan dicapai dan dituju oleh konselor dan konseli.
Manfaat dari bimbingan kelompom
adalah seorang konselor dapat berkesempatan untuk berkontak secara langsung
dengan subjek, mendapatkan banyak informasi dari pengalaman orang lain yang
didapat secara langsung berdasarkan keterangan dari subjek. Konseli akan lebih
berani mengemukakan pandangannya saat berada dalam masyarakat serta konseli
memiliki kesempatan untuk berdiskusikan masalah yang sedang terjadi dan dapat
membantu dalam pengambilan keputusan tersebut.
0 Response to "Makalah Pisikologi Sosial"
Post a Comment