Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah Swt yang maha pengasih lagi maha
penyayang,Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kelompok bimbingan konseling islami.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembacanya, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan krtitik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Medan, 2 Oktober 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
pengantar
...............................................................................................1
daftar isi .........................................................................................................2
daftar isi .........................................................................................................2
BAB
I PENDAHULUAN
Latar belakang
...............................................................................................3
Rumusan masalah ..........................................................................................4
Tujuan ............................................................................................................4
Rumusan masalah ..........................................................................................4
Tujuan ............................................................................................................4
BAB
II PEMBAHASAN
Konsep
Manusia..............................................................................................5
Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain............................8
Tujuan Penciptaan Manusia............................................................................9
Fungsi dan Peranan Manusia dalam Islam......................................................11
Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah......................12
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................................15
Daftar Pustaka.................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Al-Qur’an
memberi keterangan tentang manusia dari banyak seginya, untuk menjawab
pertanyaan siapakan manusia itu?. Dari ayat-ayat Qur’an tersebut, dapat
disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk fungsional yang bertanggungjawab. Pada
surat al-Mu’minun ayat 115 Allah bertanya kepada manusia sebagai berikut :
“Apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu sia-sia, dan bahwa kamu tidak
akan dikembalikan kepada Kami?”. Dari ayat ini, menurut Ahmad Azhar Basyir,
terdapat tiga penegasan Allah yaitu: Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, Manusia
diciptakan tidak sia-sia, tetapi berfungsi, dan Manusia akhirnya akan
dikembalikan kepada Tuhan, untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang
dilakukan pada waktu hidup di dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah
relisasi daripada fungsi manusia itu sendiri. Berdasarkan fakta dan paparan
tersebut, maka diperlukan adanya suatu pemahaman lebih lanjut tentang hakekat
manusia menurut Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah konsep
manusia?
2. Apa persamaan dan
perbedaan manusia dengan makhluk lain?
3. Apa tujuan
penciptaan manusia?
4. Apa fungsi dan peranan
manusia dalam Islam?
5. Apa tanggung jawab
manusia sebagai hamba dan khalifah Allah??
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui konsep manusia
2.
Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan manusia dengan
makhluk lain
3.
Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia
4.
Untuk mengetahui fungsi dan peranan manusia dalam Islam
5.
Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah
Allah
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Manusia
Manusia
adalah salah satu makhluk Allah yang paling sempurna, baik dari aspek
jasmaniyah lebih-lebih rohaniyahnya. Karena kesempurnaannya itulah, maka untuk
dapat memahami, mengenal secara dalam dan totalitas dibutuhkan keahlian yang
spesifik. Dan hal itu tidak mungkin dapat dilakukan tanpa melalui studi yang
panjang dan hati-hati tentang “manusia “ melalui Al-Qur’an dan sudah tentu
harus dibawah bimbingan dan petunjuk Allah Ta’ala, serta berparagdima kepada
proses pertumbuhan dan perkembangan eksistensi diri yang terdapat pada para
Nabi, Rasul dan khususnya Nabi Muhammad SAW.
1.
Manusia
Menurut Pandangan Islam
Al-Qur'an
memperkenalkan tiga istillah yang digunakan untuk menunjukkan arti pokok
manusia, yaitu al-insan, basyar dan Bani Adam.
a) Al-
Insan
Kata al-insan dalam
al-Qur'an sebanyak 65 kali dipakai untuk manusia yang tunggal, sama seperti insan. Sedangkan untuk
jamaknya dipakai kata an-naas, unasi, insiya, anasi.
Hampir semua ayat yang menyebut manusia dengan menggunakan kata al-insan,
konteksnya selalu menampilkan manusia sebagai makhluk yang istimewa, secara
moral maupun spiritual yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Keunggulan manusia
terletak pada wujud kejadiannya sebagai makhluk yang diciptakan dengan kualitas ahsani taqwim, sebaik-baik
penciptaan. Kata
al-insan dipakai untuk menyebut manusia dalam konteks kedudukan manusia sebagai makhluk yang mempunyai
kelebihan-kelebihan. Pertama, manusia sebagai makhluk berfikir. Kedua, makhluk
pembawa amanat. Ketiga, manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab pada
semua yang diperbuat. Kata insan yang berasal dari kata al-uns, anisa, nasiya
dan anasa, maka dapatlah dikatakan bahwa kata insan menunjuk suatu pengertian
adanya kaitan dengan sikap,yang lahir dari adanya kesadaran penalaran. Kata
insan digunakan al-Qur'an untuk
menunjukkan kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda
antara seseorang dengan yang lain adalah akibat perbedaan
fisik, mental, dan kecerdasan. Karena manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan
dengan realitas hidup dan lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi
yang cukup tinggi, untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi
dalam kehidupannya, baik perubahan sosial maupun alamiah. Manusia menghargai
tata aturan etik, sopansantun, dan sebagai makhluk yang berbudaya, ia tidak
liar baik secara sosial maupun alamiah.
b) Basyar
Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata ini memberikan referensi kepada manusia sebagai makhluk biologis yang mempunyai bentuk tubuh yang mengalami pertumbuhan dan perekembangan jasmani. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang berarti kulit. "Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas,dan berbeda dengan kulit binatang yang lain". Al-Qur'an menggunakan kata inisebanyak 35 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dua) untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriyahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menyampaikan bahwa "Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu.
Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata ini memberikan referensi kepada manusia sebagai makhluk biologis yang mempunyai bentuk tubuh yang mengalami pertumbuhan dan perekembangan jasmani. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang berarti kulit. "Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas,dan berbeda dengan kulit binatang yang lain". Al-Qur'an menggunakan kata inisebanyak 35 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dua) untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriyahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menyampaikan bahwa "Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu.
[QS. al-Kahf (18): 110].
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ
إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ
رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًاوَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدً
Di sisi lain diamati
bahwa banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menggunakan kata basyar yang
mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui
tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan kedewasaan.
c) Al-Nas
Kata al-Nas, Kata ini mengacu kepada manusia
sebagai makhluk sosial. Manusia dalam arti al-nas ini paling banyak disebut
dalam al-Qur’an yaitu 240 kali. Bisa dilihat dalam seluruh ayat yang
menggunakan kata, Ya ayyuha nl-nas. Penjelasan
konsep ini dapat ditunjukkan dalam dua hal. Pertama, banyak ayat yang menunjukkan kelompok-kelompok
sosial dengan karakteristiknya masing-masing
yang
satu dengan yang lain belum tentu sama.
Ayat ini menggunakan kata wa mina n-nas
(dan diantara manusia). Kedua,
pengelompokkan manusia berdasarkan
mayoritas,
yang umumnya menggunakan ungkapan aktsara
n-nas (sebagian besar manusia).
1)
Asal
Kejadian Manusia
Asal usul manusia dalam pandangan
Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai
manusia
pertama. Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi dengan
segala karakter kemanusiaannya, yang memiliki sifat kesempurnaan lengkap dengan
kebudayaannya sehingga diangkat menjadi khalifah di muka bumi. Manusia
yang baru diciptakan Allah itu adalah Adam yang memiliki intelegensi yangpaling
tinggi dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya dan memiliki nilai-nilai
kemanusiaan. Sehingga manusia dapat membentuk kebudayaannya. Dalam al-Qur’an
dijelaskan tentang proses penciptaan manusia yang berawal dari percampuran
antara laki-laki dengan perempuan yang tahapan pembuahan sperma dalam janin
melalui lima tahap: al-nutfah,
al-‘alaqah, al-mudhgah, al-‘idham, dan al-lahm. Menurut
embriologi, proses kejadian manusia ini terbagi dalam tiga periode:
a)
Periode pertama, periode ovum. Periode
ini dimulai dari fertilasi (pembuahan) karenaadanya pertemuan antara sel
kelamin laki-laki (sperma) dengan sel perempuan (ovum), yang kedua intinya bersatu dan
membentuk suatu zat yang baru disebut zygote. Setelah fertislasi berlangsung, zygote
membelah menjadi dua, empat, delapan, enam belas sel dan seterusnya. Selama pembelahan ini,
zygote bergerak menuju ke kantong kehamilan
kemudian
melekat dan akhirnya
masuk ke dinding rahim,
Peristiwa ini dikenal dengan istilah
implantasi.
b)
Periode kedua, periode embrio yaitu
periode pembentukan organ. Terkadang organ tidak terbentuk dengan sempurna atau
sama sekali tidak terbentuk, misalnya jika hasil pembelahan zygote tidak
bergantung atau berdempet pada dinding rahim, Ini yang dapat mengakibatkan
keguguran atau kelahiran dengan cacat bawaan.
c)
Periode ketiga periode foetus yaitu
periode perkembangan dan penyempurnaan organ, dengan
pertumbuhan yang amat cepat dan berakhir dengan kelahiran.
B.
Persamaan
dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan
makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki
hasrat
dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan
dan kesadaran. Perbedaan diantara
keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia
dibanding dengan makhluk lain. Menurut
ajaran Islam, manusia dibanding dengan makhluk yang lain, mempunyai berbagai, antara lain ciri utamanya
yaitu:
a)
Makhluk yang paling unik, dijadikan
dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
b)
Manusia memiliki potensi (daya atau
kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman
kepada
Allah.
c)
Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi
kepada-Nya. Tugas manusia untuk mengabdi kepada Allah dengan tegas.
d)
Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi
khalifah-Nya di bumi.
e)
Di samping akal, manusia dilengkapi
Allah dengan perasaan dan kemauan atau
f)
kehendak. Dengan akal dan kehendaknya
manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi muslim, tetapi dengan akal
dan kehendaknya juga manusia tidak percaya, tidaktunduk dan tidak patuh kepada
kehendak Allah bahkan mengingkarinya (kafir).
g)
Secara individual manusia bertanggung
jawab atas segala perbuatannya. Sesuai dengan.
h)
Berakhlak. Berakhlak merupakan
utama dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Artinya, manusia
adalah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan
yang buruk.
C.
Tujuan
Penciptaan
Manusia
(QS.
adz-Dzariyat : 56)
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman
bahwa, kedudukan manusia dalam sistem
penciptaannya
adalah sebagai hamba Allah. Kedudukan ini berhubungan dengan hak dan kewajiban manusia di hadapan Allah
sebagai penciptanya. Dan tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah
SWT. Penyembahan manusia kepada Allah lebih
mencerminkan
kebutuhan manusia terhadap terhadap terwujudnya sesuatu kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Karena
manusia yang diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling canggih, mampu
menggunakan potensi yang dimilikinya dengan baik, yaitu mengaktualisasikan potensi
iman kepada Allah, menguasai ilmu pengetahuan, dan melakukan aktivitas amal
saleh, maka manusia akan menjadi makhluk yang paling mulia dan makhluk yang
berkualitas di muka bumi ini sesuai dengan fitrahnya masing-masing.
Secara rinci, sebab-sebab kemulian
manusia itu adalah:
a)
Bahwa manusia tidak berasal dari jenis
hewan sebagaimana dikatakan dalam teori
evolusi,
melainkan berasal dari Adam yang diciptakan dari tanah.
b)
Dibandingkan dengan makhluk lain,
manusia memiliki bentuk fisik yang lebih baik, sekalipun ini bukan perbedaan
yang fundamental (Q.S at-Tin:4).
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ
تَقْوِيمٍ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.
c)
Manusia mempunyai jiwa dan rohani, yang
didsalamnya terdapat rasio, emosi dan
konasi.
Dengan akal, manusia berfikir dan berilmu, dan dengan ilmu manusia menjadi maju. Bahkan dengan ilmu manusia
menjadi lebih mulia dari pada jin dan malaikat, sehingga mereka diminta oleh
Allah untuk sujud, menghormati kepada manusia, yakni Adam a.s. (Q.S al-Baqarah:
31-34).
d)
Untuk mencapai kemulian martabat manusia
tersebut, manusia perlu berusaha
sepanjang
hidupnya melawan hawa nafsunya sendiri yang mendorong pada kejahatan. Hal ini berbeda dengan binatang
yang hanya hidup hanya menuruti insting nafsunya karena
tidak mempunyai akal, dan malaikat yang selalu berbuat baik secara otomatis. karena
tidak memiliki hawa nafsu.
e)
Manusia diangkat oleh Allah sebagai
khalifah di muka bumi dengan tugas menjadi penguasa yang mengelola dan
memakmurkan bumi beserta isinya dengan sebaik baiknya (Q.S al-Baqarah : 30).
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي
جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ
فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
TerjemahArti:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
mukabumi". Mereka berkata mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau “Tuhan berfirman: " Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
f)
Diciptakannya segala sesuatu di muka
bumi ini oleh Allah adalah untuk kepentingan manusia itu sendiri (Q.S
al-Baqarah: 29).
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ
جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ
وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
g)
Manusia diberi beban untuk beragama
(Islam) sebagai pedoman dalam melaksanakantugas kekhalifaannya. Karenanya,
manusia akan diminta pertanggung jawaban atas pelaksanaan
tugasnya tersebut (Q.S al-Qiyamah: 36).
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
D. Fungsi dan Peranan Manusia dalam Islam
Dalam al-Qur’an, manusia berulang kali
diangkat derajatnya karena aktualisasi jiwanya secara positif. Al-Qur’an
mengatakan bahwa manusia itu pada prinsipnya condong kepadakebenaran sebagai
fitrah dasar manusia. Allah menciptakan manusia dengan potensikecendrungan,
yaitu cendrung kepada kebenaran, cendrung kepada kebaikan, cendrung
kepadakeindahan, cendrung kepada kemulian dan cendrung kepada kesucian.
unsur yang terdapat dalam diri manusia
yaitu rasa, akal dan badan harus seimbang,
apabila
tidak maka manusia akan berjalan pincang. Sebagai contoh; apabila manusia yang hanya menitik
beratkan pada memenuhi perasaannya saja, maka ia akan terjerumus dan
tenggelamdalam kehidupan spiritual saja, fungsi akal dan kepentingan jasmani
menjadi tidak penting.Apabila manusia menitik beratkan pada fungsi akal saja,
akan terjerumus dan tenggelam dalamkehidupan yang rasionalistis, yaitu hanya
hal-hal yang tidak dapat diterima oleh akal itulah yangakan dapat diterima
kebenaranya. Hal-hal yang tidak dapat diterima oleh akal, merupakan halyang
tidak benar. Sedangkan pengalaman-pengalaman kejiwaan yang irasional hanya dapatdinilai
sebagai hasil lamunan semata-mata. Selain perhatian yang terlalu
dikonsentrasikan padahal-hal atau kebutuhan jasmani atau badaniah, cendrung kearah kehidupan yang
materilistis dan positivistis. Maka al-Qur’an memberikan hudan kepada manusia, yaitu
mengajarkan agar adanyakeseimbangan antara unsur-unsur tersebut, yaitu unsur
perasaan terpenuhi kebutuhannya, unsurakal juga terpenuhi kebutuhannya,
demikian juga unsure jasmani terpenuhi kebutuhannya.
E. Tanggung jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat
amanat Allah, yang harus dipertanggung
jawabkan
di hadapanNya. Tugas hidup yang dipikul
manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil
Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam. Khalifah berarti wakil
atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadikhalifah berarti manusia
memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di mukabumi. Kekuasaan yang
diberikan kepada manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinyamengolah
serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya
sesuaidengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Agar manusia dapat
menjalankan kekhaliannya dengan baik, Allah mengajarkan kepada manusia
kebenaran dalam segala ciptaan Allah melalui pemahaman serta pengusaan terhadap
hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan Allah, manusia dapat menyusun
konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk sesuatu yang baru dalam alam
kebudayaan. Di samping peran manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi
memiliki kebebasan, ia juga sebagai hamba Allah (‘abdun). Seorang hamba Allah
harus taat dan patuh kepada perintah
Allah. Makna yang esensial dari kata
’abdun (hamba) adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan,
yang kesemuanya hanya layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan
dalamketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Di dalam Ensiklopedi Islam untuk
Pelajar (2005: 79), menurut ulama ada terdapat empat macam hamba, yaitu :
1)
Hamba karena hukum, yakni budak
2)
Hamba karena pencipataan, yaitu manusia
dan seluruh makhluk hidup
3)
Hamba karena pengabdian kepada Allah, yaitu manusia
yang beriman kepada Allah dengan ikhlas
4)
Hamba karena memburu dunia, yaitu
manusia yang selalu memburu kesenangan duniawidan melupakan ibadah kepada
Allah.
Manusia sebagai hamba
Allah (‘abd) adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah. kemulian manusia
dibanding dengan makhluk lainnya adalah karena manusia dikaruniai akal untuk
berfikir dan menimbang baik-buruk, benar-salah, juga terpuji-tercela, sedangkan
makhluk lainnya tidaklah memperoleh kelebihan seperti halnya yang ada pada
manusia. Namun, walaupun manusia memiliki kelebihan dan kemulian itu tidaklah
bersifat abadi, tergantung pada sikap
dan perbuatannya. Jika manusia memiliki amal saleh dan berakhlak mahmuda (yang
baik),maka akan dipandang mulia disisi Allah dan manusia yang lain, tapi jika
sebaliknya, manusia tersebut membuat kerusakan dan berakhlak mazmumah (yang
jahat), maka predikat kemuliannya turun ke tingkat yang paling rendah dan
bahkan lebih rendah dari hewan. Dua peran yang diemban oleh manusia di muka
bumi sebagai khalifah dan ‘abdun merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab
yang melahirkan dinamika hidup yang
saratdengan kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihak pada
nilai-nilai kebenaran.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia
merupakan makhluk yang diciptakan Allah dengan segala kesempurnaan dari makhluk
yang lainnya karena manusia dilengkapi dengan akal dan fikiran walaupun manusia
dengan makhluk lainnya sama-sama makhluk ciptaan Allah dan Allah menjadikan
manusia tidak sia-sia karena manusia tersebut dengan akal dan potensi yang
dimilikinya dapat menjadi khalifah dan ‘abdun. Allah menciptakan manusia hanya
untuk menyembah Allah semata yang memiliki peran yang sangat ideal yaitu
memakmurkan bumi dan memelihara serta mengembangkannya untuk kemaslahatan hidup
manusia. Namun Allah akan meminta pertanggung jawaban sesuai dengan peranan
manusia tersebut yang dilakukan selama di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Karim
Asy’arie, Musya, 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an,
Lembaga Studi Filsafat Islam
Ali,
Mohammad Daud, 1998. Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Persada
Abdullah, Burlinan, 2000. Ragam Perilaku Manusia Menurut Al-Qur’an,
Palembang: PT Kuala Musi Raharja
Basyir, Ahmad Azhar, 1984. Falsafah Ibadah Dalam Islam, Yogyakarta: Perpustakaan Pusat UII,
Yokyakarta
Hasan, Muhammad Tholchah, 2004. Dinamika Kehidupan Religius, Jakarta:
Listafariska Putra
HM Hamdani Bakran,
2008. Konseling dan Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Team AK GROUP
Shihab, M.Qurasih, 1996. Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan
0 Response to "Makalah Perbedaan Manusia Dan Mahluk Lain"
Post a Comment