Makalah Perbedaan Manusia Dan Mahluk Lain


Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah Swt yang maha pengasih lagi maha penyayang,Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok bimbingan konseling islami.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan krtitik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




                                                                                                Medan, 2 Oktober 2019


Penyusun





DAFTAR ISI


Kata pengantar ...............................................................................................1
daftar isi ....................................................................................................
.....2
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang ...............................................................................................3
Rumusan masalah .................................................................................
.........4
Tujuan .....................................................................
.......................................4
BAB II PEMBAHASAN
Konsep Manusia..............................................................................................5
Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain............................8
Tujuan Penciptaan Manusia............................................................................9
Fungsi dan Peranan Manusia dalam Islam......................................................11
Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah......................12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................................15
Daftar Pustaka.................................................................................................16





BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an memberi keterangan tentang manusia dari banyak seginya, untuk menjawab pertanyaan siapakan manusia itu?. Dari ayat-ayat Qur’an tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk fungsional yang bertanggungjawab. Pada surat al-Mu’minun ayat 115 Allah bertanya kepada manusia sebagai berikut : “Apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. Dari ayat ini, menurut Ahmad Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan Allah yaitu: Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, Manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi berfungsi, dan Manusia akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan, untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup di dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah relisasi daripada fungsi manusia itu sendiri. Berdasarkan fakta dan paparan tersebut, maka diperlukan adanya suatu pemahaman lebih lanjut tentang hakekat manusia menurut Islam.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apakah konsep manusia?
2.      Apa persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain?
3.      Apa tujuan penciptaan manusia?
4.      Apa fungsi dan peranan manusia dalam Islam?
5.      Apa tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah??

C.   Tujuan
1.         Untuk mengetahui konsep manusia
2.         Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
3.         Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia
4.         Untuk mengetahui fungsi dan peranan manusia dalam Islam
5.         Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah

  

BAB II
PEMBAHASAN
A.     Konsep Manusia
Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang paling sempurna, baik dari aspek jasmaniyah lebih-lebih rohaniyahnya. Karena kesempurnaannya itulah, maka untuk dapat memahami, mengenal secara dalam dan totalitas dibutuhkan keahlian yang spesifik. Dan hal itu tidak mungkin dapat dilakukan tanpa melalui studi yang panjang dan hati-hati tentang “manusia “ melalui Al-Qur’an dan sudah tentu harus dibawah bimbingan dan petunjuk Allah Ta’ala, serta berparagdima kepada proses pertumbuhan dan perkembangan eksistensi diri yang terdapat pada para Nabi, Rasul dan khususnya Nabi Muhammad SAW.

1.      Manusia Menurut Pandangan Islam
Al-Qur'an memperkenalkan tiga istillah yang digunakan untuk menunjukkan arti pokok manusia, yaitu al-insan, basyar dan Bani Adam.
a)      Al- Insan
Kata al-insan dalam al-Qur'an sebanyak 65 kali dipakai untuk manusia yang tunggal, sama seperti insan. Sedangkan untuk jamaknya dipakai kata an-naas, unasi, insiya, anasi. Hampir semua ayat yang menyebut manusia dengan menggunakan kata al-insan, konteksnya selalu menampilkan manusia sebagai makhluk yang istimewa, secara moral maupun spiritual yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Keunggulan manusia terletak pada wujud kejadiannya sebagai makhluk yang diciptakan dengan kualitas ahsani taqwim, sebaik-baik penciptaan. Kata al-insan dipakai untuk menyebut manusia dalam konteks kedudukan manusia sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan-kelebihan. Pertama, manusia sebagai makhluk berfikir. Kedua, makhluk pembawa amanat. Ketiga, manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab pada semua yang diperbuat. Kata insan yang berasal dari kata al-uns, anisa, nasiya dan anasa, maka dapatlah dikatakan bahwa kata insan menunjuk suatu pengertian adanya kaitan dengan sikap,yang lahir dari adanya kesadaran penalaran. Kata insan digunakan al-Qur'an untuk menunjukkan kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain adalah akibat perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan. Karena manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan dengan realitas hidup dan lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, baik perubahan sosial maupun alamiah. Manusia menghargai tata aturan etik, sopansantun, dan sebagai makhluk yang berbudaya, ia tidak liar baik secara sosial maupun alamiah.
b)      Basyar
Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun
perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata ini memberikan referensi kepada manusia sebagai makhluk biologis yang mempunyai bentuk tubuh yang mengalami pertumbuhan dan perekembangan jasmani. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang berarti kulit. "Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas,dan berbeda dengan kulit binatang yang lain". Al-Qur'an menggunakan kata inisebanyak 35 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dua) untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriyahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menyampaikan bahwa "Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu.
 [QS. al-Kahf (18): 110].
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًاوَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدً
Di sisi lain diamati bahwa banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan kedewasaan.
c)      Al-Nas
Kata al-Nas, Kata ini mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dalam arti al-nas ini paling banyak disebut dalam al-Qur’an yaitu 240 kali. Bisa dilihat dalam seluruh ayat yang menggunakan  kata, Ya ayyuha nl-nas. Penjelasan konsep ini dapat ditunjukkan dalam dua hal. Pertama, banyak ayat yang menunjukkan kelompok-kelompok sosial dengan karakteristiknya masing-masing yang satu dengan yang lain belum tentu  sama. Ayat ini menggunakan kata wa mina n-nas (dan diantara manusia). Kedua,  pengelompokkan manusia berdasarkan mayoritas, yang umumnya menggunakan ungkapan aktsara n-nas (sebagian besar manusia).

1)        Asal Kejadian Manusia
          Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai manusia pertama. Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi dengan segala karakter kemanusiaannya, yang memiliki sifat kesempurnaan lengkap dengan kebudayaannya sehingga diangkat menjadi khalifah di muka bumi. Manusia yang baru diciptakan Allah itu adalah Adam yang memiliki intelegensi yangpaling tinggi dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga manusia dapat membentuk kebudayaannya. Dalam al-Qur’an dijelaskan tentang proses penciptaan manusia yang berawal dari percampuran antara laki-laki dengan perempuan yang tahapan pembuahan sperma dalam janin melalui lima tahap: al-nutfah, al-‘alaqah, al-mudhgah, al-‘idham, dan al-lahm. Menurut embriologi, proses kejadian manusia ini terbagi dalam tiga periode:
a)      Periode pertama, periode ovum. Periode ini dimulai dari fertilasi (pembuahan) karenaadanya pertemuan antara sel kelamin laki-laki (sperma) dengan sel perempuan (ovum), yang kedua intinya bersatu dan membentuk suatu zat yang baru disebut zygote. Setelah fertislasi berlangsung, zygote membelah menjadi dua, empat, delapan, enam belas sel dan seterusnya. Selama pembelahan ini, zygote bergerak menuju ke kantong kehamilan kemudian melekat dan akhirnya masuk ke dinding rahim, Peristiwa ini dikenal dengan istilah implantasi.
b)      Periode kedua, periode embrio yaitu periode pembentukan organ. Terkadang organ tidak terbentuk dengan sempurna atau sama sekali tidak terbentuk, misalnya jika hasil pembelahan zygote tidak bergantung atau berdempet pada dinding rahim, Ini yang dapat mengakibatkan keguguran atau kelahiran dengan cacat bawaan.
c)      Periode ketiga periode foetus yaitu periode perkembangan dan penyempurnaan organ, dengan pertumbuhan yang amat cepat dan berakhir dengan kelahiran.

B.          Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
     Manusia pada hakekatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk lain. Menurut ajaran Islam, manusia dibanding dengan makhluk yang lain, mempunyai berbagai, antara lain ciri utamanya yaitu:
a)      Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
b)      Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah.
c)      Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Tugas manusia untuk mengabdi kepada Allah dengan tegas.
d)     Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.
e)      Di samping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau
f)       kehendak. Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi muslim, tetapi dengan akal dan kehendaknya juga manusia tidak percaya, tidaktunduk dan tidak patuh kepada kehendak Allah bahkan mengingkarinya (kafir).
g)      Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Sesuai dengan.
h)      Berakhlak. Berakhlak merupakan utama  dibandingkan dengan makhluk lainnya. Artinya, manusia adalah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk.

C.        Tujuan Penciptaan Manusia
(QS. adz-Dzariyat : 56)
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

   Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa, kedudukan manusia dalam sistem penciptaannya adalah sebagai hamba Allah. Kedudukan ini berhubungan dengan hak dan kewajiban manusia di hadapan Allah sebagai penciptanya. Dan tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah SWT. Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terhadap terwujudnya sesuatu kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Karena manusia yang diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling canggih, mampu menggunakan potensi yang dimilikinya dengan baik, yaitu mengaktualisasikan potensi iman kepada Allah, menguasai ilmu pengetahuan, dan melakukan aktivitas amal saleh, maka manusia akan menjadi makhluk yang paling mulia dan makhluk yang berkualitas di muka bumi ini sesuai dengan fitrahnya masing-masing.
          Secara rinci, sebab-sebab kemulian manusia itu adalah:
a)      Bahwa manusia tidak berasal dari jenis hewan sebagaimana dikatakan dalam teori evolusi, melainkan berasal dari Adam yang diciptakan dari tanah.
b)      Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki bentuk fisik yang lebih baik, sekalipun ini bukan perbedaan yang fundamental (Q.S at-Tin:4).
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Artinya:  Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
c)    Manusia mempunyai jiwa dan rohani, yang didsalamnya terdapat rasio, emosi dan konasi. Dengan akal, manusia berfikir dan berilmu, dan dengan ilmu manusia menjadi maju. Bahkan dengan ilmu manusia menjadi lebih mulia dari pada jin dan malaikat, sehingga mereka diminta oleh Allah untuk sujud, menghormati kepada manusia, yakni Adam a.s. (Q.S al-Baqarah: 31-34).
d)     Untuk mencapai kemulian martabat manusia tersebut, manusia perlu berusaha sepanjang hidupnya melawan hawa nafsunya sendiri yang mendorong pada kejahatan. Hal ini berbeda dengan binatang yang hanya hidup hanya menuruti insting nafsunya karena tidak mempunyai akal, dan malaikat yang selalu berbuat baik secara otomatis. karena tidak memiliki hawa nafsu.
e)      Manusia diangkat oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi dengan tugas menjadi penguasa yang mengelola dan memakmurkan bumi beserta isinya dengan sebaik baiknya (Q.S al-Baqarah : 30).
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
TerjemahArti: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di mukabumi". Mereka berkata mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau “Tuhan berfirman: " Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
f)       Diciptakannya segala sesuatu di muka bumi ini oleh Allah adalah untuk kepentingan manusia itu sendiri (Q.S al-Baqarah: 29).
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
g)      Manusia diberi beban untuk beragama (Islam) sebagai pedoman dalam melaksanakantugas kekhalifaannya. Karenanya, manusia akan diminta pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugasnya tersebut (Q.S al-Qiyamah: 36).
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى

D.     Fungsi dan Peranan Manusia dalam Islam
       Dalam al-Qur’an, manusia berulang kali diangkat derajatnya karena aktualisasi jiwanya secara positif. Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia itu pada prinsipnya condong kepadakebenaran sebagai fitrah dasar manusia. Allah menciptakan manusia dengan potensikecendrungan, yaitu cendrung kepada kebenaran, cendrung kepada kebaikan, cendrung kepadakeindahan, cendrung kepada kemulian dan cendrung kepada kesucian.
       unsur yang terdapat dalam diri manusia yaitu rasa, akal dan badan harus seimbang,
apabila tidak maka manusia akan berjalan pincang. Sebagai  contoh; apabila manusia yang hanya menitik beratkan pada memenuhi perasaannya saja, maka ia akan terjerumus dan tenggelamdalam kehidupan spiritual saja, fungsi akal dan kepentingan jasmani menjadi tidak penting.Apabila manusia menitik beratkan pada fungsi akal saja, akan terjerumus dan tenggelam dalamkehidupan yang rasionalistis, yaitu hanya hal-hal yang tidak dapat diterima oleh akal itulah yangakan dapat diterima kebenaranya. Hal-hal yang tidak dapat diterima oleh akal, merupakan halyang tidak benar. Sedangkan pengalaman-pengalaman kejiwaan yang irasional hanya dapatdinilai sebagai hasil lamunan semata-mata. Selain perhatian yang terlalu dikonsentrasikan padahal-hal atau kebutuhan jasmani  atau badaniah, cendrung kearah kehidupan yang materilistis dan positivistis. Maka al-Qur’an memberikan hudan kepada manusia, yaitu mengajarkan agar adanyakeseimbangan antara unsur-unsur tersebut, yaitu unsur perasaan terpenuhi kebutuhannya, unsurakal juga terpenuhi kebutuhannya, demikian juga unsure jasmani terpenuhi kebutuhannya.

E.      Tanggung jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah
       Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat Allah, yang harus dipertanggung jawabkan di hadapanNya. Tugas  hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadikhalifah berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di mukabumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinyamengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuaidengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Agar manusia dapat menjalankan kekhaliannya dengan baik, Allah mengajarkan kepada manusia kebenaran dalam segala ciptaan Allah melalui pemahaman serta pengusaan terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan Allah, manusia dapat menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk sesuatu yang baru dalam alam kebudayaan. Di samping peran manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi memiliki kebebasan, ia juga sebagai hamba Allah (‘abdun). Seorang hamba Allah harus taat dan patuh kepada perintah Allah. Makna yang esensial dari kata ’abdun (hamba) adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan, yang kesemuanya hanya layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalamketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Di dalam Ensiklopedi Islam untuk Pelajar (2005: 79), menurut ulama ada terdapat empat macam hamba, yaitu :
1)   Hamba karena hukum, yakni budak
2)   Hamba karena pencipataan, yaitu manusia dan seluruh makhluk hidup
3)    Hamba karena pengabdian kepada Allah, yaitu manusia yang beriman kepada Allah dengan ikhlas
4)   Hamba karena memburu dunia, yaitu manusia yang selalu memburu kesenangan duniawidan melupakan ibadah kepada Allah.
       Manusia sebagai hamba Allah (‘abd) adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah. kemulian manusia dibanding dengan makhluk lainnya adalah karena manusia dikaruniai akal untuk berfikir dan menimbang baik-buruk, benar-salah, juga terpuji-tercela, sedangkan makhluk lainnya tidaklah memperoleh kelebihan seperti halnya yang ada pada manusia. Namun, walaupun manusia memiliki kelebihan dan kemulian itu tidaklah bersifat abadi, tergantung pada sikap dan perbuatannya. Jika manusia memiliki amal saleh dan berakhlak mahmuda (yang baik),maka akan dipandang mulia disisi Allah dan manusia yang lain, tapi jika sebaliknya, manusia tersebut membuat kerusakan dan berakhlak mazmumah (yang jahat), maka predikat kemuliannya turun ke tingkat yang paling rendah dan bahkan lebih rendah dari hewan. Dua peran yang diemban oleh manusia di muka bumi sebagai khalifah dan ‘abdun merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang  saratdengan kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran.


  
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
       Manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah dengan segala kesempurnaan dari makhluk yang lainnya karena manusia dilengkapi dengan akal dan fikiran walaupun manusia dengan makhluk lainnya sama-sama makhluk ciptaan Allah dan Allah menjadikan manusia tidak sia-sia karena manusia tersebut dengan akal dan potensi yang dimilikinya dapat menjadi khalifah dan ‘abdun. Allah menciptakan manusia hanya untuk menyembah Allah semata yang memiliki peran yang sangat ideal yaitu memakmurkan bumi dan memelihara serta mengembangkannya untuk kemaslahatan hidup manusia. Namun Allah akan meminta pertanggung jawaban sesuai dengan peranan manusia tersebut yang dilakukan selama di dunia.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Karim
Asy’arie, Musya, 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an, Lembaga Studi Filsafat Islam
Assegaf, Abd.Rachman, 2005. Studi Islam Kontekstual, Yokyakarta: Gama Media
Ali, Mohammad Daud, 1998. Pendidikan Agama Islam, Jakarta:  PT Raja Grafindo
           
Persada
Abdullah, Burlinan, 2000. Ragam Perilaku Manusia Menurut Al-Qur’an, Palembang: PT Kuala Musi Raharja
Basyir, Ahmad Azhar, 1984. Falsafah Ibadah Dalam Islam,  Yogyakarta: Perpustakaan Pusat UII, Yokyakarta
Hasan, Muhammad Tholchah, 2004. Dinamika Kehidupan Religius, Jakarta: Listafariska Putra
HM Hamdani Bakran, 2008.  Konseling dan Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Team AK GROUP
Shihab, M.Qurasih, 1996. Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Perbedaan Manusia Dan Mahluk Lain"

Post a Comment