MAKALAH SEJARAH DAN PERKEMBANGAN  PERBANDINGAN AGAMA 




BAB I

PENDAHULUAN

A    A. Latar Belakang Masalah

Perbandingan agama merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang keberadaannya masih tergolong muda bila dibandingkan dengan ilmu sosial lainnya. Ilmu ini lahir dan diakui sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri pada bagian akhir pertengahan abad ke -19. Proses perjalanan ilmu perbandingan agama sehingga diakui sebagai ilmu yang berdiri sendiri memang cukup panjang. Hal ini dapat ditelusuri dari sejarah perkembangannya dimana sekitar abad ke – 5 sebelum masehi sudah ada para peneliti ( sarjana dan orientalist) yang melakukan  penelitian terhadap agama-agama di dunia ini, namun hasil penyelidikan mereka dikatakan masih belum sistematis, masih ada yang bersifat subyektif dan cenderung apologis.

Djam’anuri dalam bukunya “ Studi Agama-Agama Sejarah dan Pemikiran “ menyebutkan : Ada dua sarjana Eropa yang biasanya disebut sebagai “bapak” Ilmu perbandingan agama. Meskipun demikian F. Max Muller merupakan tokoh yang lebih universal dan paling terkenal, karyanya banyak ditulis pada dekade 1859-1869. Melalui bukunya, Introduction to the Science of Religion (1873).

Max Muller disebutkan banyak mengarang buku, karena alasan inilah banyak yang memilihnya sebagai “bapak” Ilmu perbandingan agama di dunia barat dibandingkan dengan C. P Tiele. F. Max Muller memang banyak melahirkan tulisan yang berkaitan dengan Ilmu perbandingan agama, pada tahun 1870-an ia menjadi supervisor dan editor penerbitan serial “ Sacred Books of the East”, yang terdiri dari 50 jilid.

     B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah sejarah dan perkembangan perbandingan agama di bagian Barat ?

2.      Bagaimanakah sejarah dan perkembangan perbandingan agama di bagian Timur ?

3.      Bagaimanakah sejarah  dan perkembangan perbandingan agama dibagian Indonesia?

C C. Tujuan

1.      Menegtahui dan memahami sejarah dan perkembangan perbandingan agama di Barat.

2.      Mengetahui dan memahami sejarah dan perkembangan perbandingan agama di Timur.

3.      Mengetahui dan memahami sejarah dan perbandingan agama di Indonesia.







BAB II

PEMBAHASAN

      A. Sejarah dan Perkembangan Perbandingan Agama di Bagian Barat

1.      Zaman Yunani dan Romawi

Herodotus adalah seorang sejarawan berkebangsaan Yunani, ia bisa dikatakan orang mula pertama yang menganggap pentingnya memperhatikan masalah agama-agama orang lain yang bukan bangsa Yunani. Ia hidup sekitar tahun 484-425 sebelum Masehi.[1] Herodotus seorang pengembara yang tekun, tidak kurang dari 50 bangsa dan suku pernah ia kunjungi. Setiap kali ia mengadakan kunjungan ke suatu bangsa atau suku, segala adat istiadat, kebiasaan dan agama, baik yang sekuler maupun agamis sebagian besar ia dokumentasikan dan dicatat secara rinci.

Ia melakukan pengembaraan dan pencatatan terhadap agama dan adat istiadat bangsa lain bukan lantaran untuk membuktikan bahwa agama dan kebudayaan serta agama yang ia anut (Yunani) adalah yang terbaik, meskipun ia tidak percaya kepada agama bangsa lain (selain agama Yunani). Agama serta adat istiadat yang ia temui selalu dicatat dan diperlakukan secara simpati, bukan antipati dan selalu dihormati.

Herodotus mencatat dewa-dewa yang menjadi sesembahan bangsa Mesir Kuno seperti Dewa Bapastis. Dewa Yunani Kuno seperti Dewa Artunis. Ia juga mencatat nyanyian penguburan dikalangan orang-orang Babilonia.[2] (semacam talqin-tahlil dalam Islam= penulis)

Herodotus tidak merumuskan suatu teori tentang perbandingan agama, tetapi dia mengusulkan suatu teori yang disebut teori perkembangan tarikh tiga taraf. Taraf pertama manusia,  taraf kedua taraf pahlawan dan taraf ketiga taraf dewa-dewa. Namun dalam teorinya itu ia tidak memberikan perincian, dia juga tidak mau berspekulasi tentang asal-usul dewa-dewa atau pun asal-usul agama pada umumnya.[3]

Apa yang dilakukan Herodotus, ia lebih banyak hanya menunjukkan data dripada menerangkan data, tapi tampaknya dalam uraiannya ia beupaya bersikap obyektif dan apa yang dilakukannya merupakan sumbangan yang besar terhadap ilmu perbandingan agama.

Penulis liannya selain Herodotus antara lain :

Berossus, ia seorang pendeta Bel dari Chaldea. Berossus telah menerbitkan buku dengan judul “Babylonika”. Disamping itu juga mengumpulkan mite-mite bangsa Asseria yang kemungkinan besar dasar-dasar informasinya berasal dari dokumen-dokumen asli, ia juga menulis dengan panjang lebar mengenai astrologi.[4] Sehingga karena sumbangannya itu mempercepat berkembangnya ilmu tersebut (astrologi).

Selanjutnya penulis lainnya adalah Hecatasus (365-275 SM), ia telah menulis  tentang ketentuan bangsa Mesir. Strabo seorang geografis [5]besar dalam karyanya “The Geography” yang terdiri dari 17 jilid dengan isi yang cermat ia melengkapi uraian gembaran mengenai agama Yunani Kuno dan agama-agama suku-suku yang bukan yunani pada waktu itu. Ia juga membedakan tiga bentuk dasar masyarakat. Yaitu : bentuk masyarakat perdusunan  nomadik, masyarakat petani menetap, dan masyarakat negara kota.

Penulis lainnya adalah Varro, ia menulis buku dengan judul “Roman Antiotios” sebanyak 40 jilid. Karangannya tersebut merupakan gudang informasi mengenai agama-agama kuno. Penulis lainnya adalah Cicero, ia adalah rekan Varro. Cicero adalah seorang penulis produktif. Ia sebagai ahli hukum, juga aktif dibidang politik dan ahli pidato.  Menurut pandangannya pada dasarnya ada dua macam hukum, ada hukum buatan manusia dan ada yang buatan Tuhan. Hukum Tuhan adalah abadi dan universal, berlaku disemua tempat dan segala zaman. Namun demikian kepercayaan agama dan praktik agama bisa saja berbeda.[6]

Selanjutnya penulis-penulis Kristen apologist, diantaranya adalah : Aristides dalam tulisannya ia mencoba menginterpretasikan tentang agama kafir, Yahudi dan Kristen. Clemant dari Alexandria, menulis tentang agama Buddha. Roger Bacon (1214-1294) menulis tentang agama- agama kafir  dan islam. Selanjutnya MarcoPolo yang menjelajah Asia Tengah pada tahun 1275 dan menghabiskan selama kurang lebih 17 tahun masa pengembaraannya telah banyak menambah  wawasan  tentang agama-agama Timur di Eropa pada waktu itu.

2.      Zaman Pencerahan

Pada zaman pencerahan mulai dijumapai lagi penyelidikan terhadap agama pagan.[7] Terutama disebabkan cara interpretasi Neo-Platonisme yang bersifat  alegoris. Pada tahun 1433 M Marcilio Fecino menyusun suatu karya “ Platenio teology”. Pada semua agama terdapat suatu kebiasaan tradisional, untuk mendapatkan keselamatan cukup dengan mengetahui tradisi tadi. Selanjutnya ia berpendapat semua agama itu sama nilainya.

Pada tahun 1520 M muncul buku buku tentang sejarah agama “ The Customs (adat/kebiasaan), Laws and Rites (upacara/tatacara) of all People. (Jean Boem) buku tersebut memuat tentang kepercayaan orang-orang Erofa, Asia dan Afrika.

Tokoh lainnya adalah Giovani Boccaccio dengan karya geneology (silsilah/ keturunan) of the Gods.

3.      Zaman Modern

Pada abad ke 15 dan 16 M itu dipandang sebagai perintis besar dalam studi-studi abad klasik, maka abad ke – 17 dan 18 M sebagai periode yang semakin luas dan pengkajian terhadap agama-agama semakin marak. Dalam proses perkembangan selanjutnya ilmu baru ini (ilmu perbandingan agama ) mendapat penghargaan kedudukan akademik. Untuk pertama kali lembaga pendidikan yang mengadakan jabatan dosen dalam ilmu perbandingan agama Universitas Geneva,Swiss pada tahun 1873.demikian pula di Universitas Zurich membentuk jabatan dosen dalam mata kuliah History of Religion and Biblical Geografi. Tidak berapa lama berselang ilmu perbandingan agama juga menyebar ke Negeri Belanda,pada tahun 1877 jabatan dosen mereka,C.P.Tiele diangkat sebagai guru besar di universitas Laiden dan Chantopie De La Sausaye menjadi guru besar di Universitas Amsterdam. Selanjutnya di Prancis,College de Grance sejak Desember 1879 telah membina jabatan dosen dalam sejarah agama dan sebagai pencentusnya adalah Albert Boville. Selanjutnya pada tahun 1886 Fakultas Teologi Katolik di Paris telah membuka suatu seksi dengan nama seksi ilmu ilmu agama. Kemudian ilmu perbandingan agama terus melebarkan sayapnya hingga sampai ke Belgia,pada tahun 1884 diperkenalkan mata kuliah ilmu perbandingan agama dalam kurikulum di Universitas Kebebasan di Brusel. Di Italia ilmu perbandingan agama keteki Baldessare Lablanca tahun 1886 di tunjuk untuk jabatan sejarah agama pada Universitas Roma. Di Swedia diawali dengan terbentuknya suatu jabatan bagi pengajar sejarah agama pada Fakultas Teologi Universitas Uspala tahun 1877. Selanjutnya di Jerman studi perbandingan agama dimulai pada tahun 1901 Adolf Von Harnack menyampaikan pidato pengukuhan sebagai dekan fakultas Teologi Universitas Berlin. Sedangkan di Inggris jika membicarakan ilmu perbandingan agama,mesti tertuju kepada kepada 2 nama,yaitu: Joseph Carpenter dan Andrew Martin Fairbain.  Carpenter pada tahun  1876 telah memberikan kuliah perbandingan agama pada Universitas London dan Fairbain memberi kuliah perbandingan agama pada Universitas Oxford juga pada tahun 1876.

Melalui proses yang cukup panjang akhirnya ilmu perbandingan agama diakui sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri sebagaimana ilmu-ilmu sosial lainnya pada bagian akhir pertengahan abad ke-  19.

Demikian secara garis besar pertumbuhan dan perkembangan Ilmu perbandingan agama dibelahan dunia Barat. Selanjutnya digambarkan juga bagaimana pertumbuhan dan perkembangannya didunia Timur.

B.     Dibelahan dunia Timur

Adapun buku-buku yang berkaitan dengan sejarah agama dan perbandingan agama juga ditulis oleh sarjana-sarjana muslim, diantara pra sarjana atau penulis dari belahan dunia Timur adalah : Ali bin Sahl Rabban al Tabari (wafat 854) dia adalah termasuk salah seorang pengarang buku Perbandingan Agama dengan karyanya yang berjudul Ad diin wad Daulah, yang  kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris oleh A. Mingana dari Manchester pada tahun 1922 dengan titel The Books Of Religion and Empire . dalam kitab itu menerangkan tentang kenabian, tentang mu;jizat Nabi Muhammad dan Nabi Isa dan mengatakan bahwa mujizat Nabi Muhammad itu melebihi mujizat Nabi Isa dan oleh karena itu seharusnya umat Kristiani mengakui kenabian Muhammad. Selanjutnya ia juga mengungkapkan  pasal yang terdapat dalam Perjanjian Lama tentang akan diutusnya nabi Muhammad.

Penulis lainnya adalah Ali ibn Hazm (994-1064), ia adalah penulis yang sangat produktif, tulisan/karangannya kurang lebih 400 buah buku. Karangannya ada yang berkaitan dengan sejarah, Teologi, Hadist, Logika dan sebagainya. Ali ibn Hazm membagi agam kristen kepada dua bagian, yaitu sekali tergolong Politeistis dan sekali golongan diantara agama-agama yang mempunyai kitab suci yang diwahyukan. Orang kristen yang politeistis adalah mereka yang memiliki kitab yang dipalsukan oleh orang-orang Kristen dan Yahudii. Ali ibn Hazm menemukan sebanyak 78 buah (ayat) yang menunjukkan adanya pertentangan antara satu pasal dengan pasal yang lain, yang meyakinkan akan kemustahilan kitab suci orang kristen sebagai  kitab yang diwahyukan oleh Allah. Pengetahuannnya tentang Bibel dan analisisnya yang kritis serta pengetahuannya yang luas tentang agama Kristen mengangkat dirinya sebagai seorang sarjana pertama dalam Ilmu perbandingan agama yang karyanya bersifat apologis.

Tokoh lainnya yang juga terkenal dalam Ilmu perbandingan agama adalah muhammad Abd. Karim Al- Syahrastani dari Persia (1071-1143). Ia membagi agama menjadi : 1. Islam, 2. Agama Yahudi dan Kristen (Ahlul Kitab), 3. Agama yang mendapat wahyu tapi tidak termasuk ahli kitab, 4. Agama menurut pemikiran dan ahli filsafat.[8] Kitabnya yang terkenal adalah al- Milal wa al-Nihal.

Pengarang lainnya yang terkenal adalah Muhammad Abduh (wafat 1905) ia sangat berpengaruh di Mesir, pernah sebagai dosen, penulis, dan pemimpin yang memperbarui al- Azhar sebagai Mufti besar di Mesir. Artikel Muhammad Abduh diterbitkan dengan judul Al- Islam wan Nasraniyyah ma’al Ilm wal madaniiyah. Tujuan tulisan tersebut adalah ingin menunjukkan bahwa agama Islam ialah memperkembangkan pengetahuan dan penyelidikan kebenaran.  Ia bertanya, adakah gangguan orang islam terpelajar sekarang ? seorang dapat melihat dimana saja bahwa orang Islam dengan senang hati memasuki sekolah-sekolah Kristen, akan tetapi orang Kristen tidak pernah masuk sekolah-sekolah Islam. Tulisan ini merupakan kritikan terhadap tulisan Farah Antun dalam  Majalah Al- jami’ah  yang menyerang agama Islam, bahwa Islam itu hanya menekankan kemajuan belajar, terutama pada masa ibnu Rusydi di Spanyol pada abad ke- 12.[9]

Meskipun diakui bahwa karya- karya sarjana  muslim tersebut juga tidak lepas dari sifat apologis. Hal ini tidak lepas dari situasi dan kondisi pada saat itu. Bisa jadi hal yang demikian mereka lakukan dalam rangka  mempertahankan Islam dari serangan sebagian para penulis barat/orientalist.

Kemudian kalau dibandingkan bagaimana  perkembangan Ilmu perbandingan agama di dunia barat dan dunia timur, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhannya di belahan barat lebih maju bila dibandingkan dengan perkembangannya di belahan dunia timur. Adapun faktor yang menyebabkan ilmu perbandingan agama di dunia  barat lebih maju adalah :

1.      Dibarat para sarjananya (SDM) lebih banyak, sehingga mudah untuk mengkoordinir tenaga;

2.      Didukung oleh dana yang memadai sehingga mudah untuk melakukan penelitian terhadap bermacam agama yang ada di seantero alam ini.

Sedangkan yang menyebabkan dibelahan timur kurang maju perkembangannya adalah :

1.      Keterbatasan SDM-nya

2.      Pada abad ke 18 dulu dunia  Timur dilanda oleh kolonialisme dan imerialisme, sehingga  tenaga, pikiran,biaya, dan perhatian banyak tercurah untuk membebaskan diri dari belenggu ppenjajah barat, waktu untuk melakukan penelitian, pengkajian, penulisan yang berkaitan dengan Perbandingan Agama kurang memungkinkan.

 

3.      Sejarah dan Perkembangan Perbandingan Agama di Indonesia

            Di Indonesia Ilmu Perbandingan Agama mulai diajarkan di Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1961, atau satu tahun setelah berdirinya IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada tahun 1964 terbitlah buku pertama tentang Ilmu Perbandingan Agama yang ditulis oleh Dr. A. Mukti Ali dengan judul Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan tentang Methodos dan Sistema). Setelah seperempat abad lamanya belum terbit lagi buku Ilmu Perbandingan Agama yang membahas tentang metode dan sistema.

Baru pada tahun 1986 terbitlah buku Ilmu Perbandingan Agama yang membahas tentang metode dan sistema yang dikarang oleh pengarang yang sama (Dr. A. Mukti Ali) dengan judul Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia. Memang selama seperempat abad itu telah terbit beberapa karangan yang membahas tentang perbandingan agama, tetapi kalau dibaca secara sekasama tampaklah bahwa uraian-uraiannya masih berbersifat apologis dan kurang ilmiah. Lebih tepat beberapa karangan tersebut disebut sebagai karangan teologis atau Ilmu Kalam. Sebab biasanya dalam karangan tersebut agama-agama selain Islam diteropong atau dinilai dari agama Islam. Secara garis besar dapatlah disimpulkan bahwa Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia kurang berkembang dengan baik. Adapun sebab-sebabnya antara lain sebagai berikut:

a)      Kekurangan bacaan ilmiah.

b)       Kekurangan kegiatan penelitian secara ilmiah.

c)       Kekurangan diskusi akademis.

d)      Masih rendahnya penguasaan bahasa asing dari sebagian besar para mahasiswa dan dosen, padahal hanya sedikit buku Ilmu Perbandingan Agama yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang membahas secara analitis.

Di samping itu ada bebrapa sebab yang bersifat fundamental, yaitu: Pertama, pemikiran ulama di Indonesia tentang Islam lebih banyak menekankan bidang fikih yang bersifat normatif. Kedua, setelah pemberontakan PKI, Isalam di Indonesia lebih banyak menekankan semangat dakwah, sehingga ilmu yang ditekankan ialah Ilmu Dakwah atau Missiologi Ketiga, karena Ilmu Perbandingan Agama lahir dari Barat sehingga menyebabkan salah sangka dan curiga di kalangan umat Islam. Keempat, para peserta kuliah Ilmu Perbandingan Agama kurang menguasai ilmu-ilmu bantu (Sejarah, Sosiologi, Antropologi, Arkeologi, dsb.). Di samping itu mereka kurang menguasai bahasa asing (Ali,1998: 17-21). Di samping itu Ilmu Perbandingan Agama kurang berkembang di Indonesia karena kurang dana, minimnya pertemuan ilmiah, dan kurang informasi tentang Ilmu Perbandingan Agama baik mengenai isinya maupun manfaatnya bagi kerukunan hidup beragama maupun untuk integrasi bangsa Indonesia.[10] 

4.      Perkembangan Ilmu Perbandingan Agama di Islam

Munculnya ilmu perbandingan agama dalam islam di tandai dengan munculnya tokoh-tokoh ilmu perbandingan agama seperti Ibnu Hazm Alandalusy (wafat 1013 M), As-Shahrastani (wafat 1153 M), Abu Royhan Al-Birruni (wafat 1048 M), Abu Hamid Al-Ghazali (wafat 1111 M).[11]

Ibnu Hazm Al-Andalusy merupakan tokoh ilmu perbandingan agama dengan Karangannya adalah Al-Fashl fil Milal Wal Ahwa Wa Nihal. Ibnu Hazm menjelaskan di dalam bukunya tentang pembagian Kristen menjadi dua golongan. Golongan politeistis dan golongan yang masih berpegangan teguh dengan ajarannya. Golongan politeistis adalah mereka yang ajarannya telah di selewengkan oleh Yahudi dan kaum mereka sendiri. Selain itu Ibnu Hazm mengungkapkan terdapat 78 pasal dalam kitab injil yang saling bertentangan sehingga dapat di simpulkan bahwa kitab Injil bukanlah berasal dari wahyu.[12]

Kecerdasan Ibnu Hazm terlihat dari pemahamannya terhadap perjanjian lama dan perjanjian baru yang tergambarkan dalam karya agungnya di atas. Selain itu karena kritikan yang tajam terhadap umat Kristen dan sumbangan yang besar terhadap ilmu perbandingan agama, para sarjana barat dan islamis barat memberikan pengakuan dan pengukuan terhadap karya-karyanya.[13]

Ilmu perbandingan agama dalam Islam selanjutnya di kembangkan oleh seorang theolog terkemuka yang telah mendapat epresiasi besar dari Timur maupun di Barat. Diapun telah berhasil merekam sejarah panjang pemikiran para filusuf, theolog, ahli hikmah termasyhur dari penjuru dunia serta berbagai bentuk agama, kepercayaan, sekte lainnya di luar Islam di dalam sebuah buku yang berjudul Al-Milal wa Al-Nihal.[14]

Namun perkembangan ini hanya bersifat apologis, yaitu jawab atas kritik Kristen terhadapap islam. Sebagaimana Ahmand As-sanhaji Al-qorafi yang menulis tentang Al-Ajwibah Al-Fakhirah an Al-As’ilah Al-Fajirah. Kitab ini berisi tentang jawaban atas buku yang dikarang oleh Uskup dari Sidon dengan judul Risalah ila Ahad Al-Muslim. Lalu Muhammad Abduh menulis buku Al-Islam Wa Al-Nasroniah Ma’a Al-Ilmi Wa Al-Madaniayah sebagai jawaban terhadap tulisan-tulisan Farah Antum dalam Al-Jami’ah.[15]

Ada dua faktor yang menybabkan ilmu perbandingan agama kurang berkembang dalam Islam di antar lain sedikitnya literatur-literatur orisinil yang berasal dari penilitian dan pengkajian langsung terhadap agama. Selain itu kurangnnya perhatian agama islam terhadap ilmu-ilmu yang bersifat empiris dan lebih mementingkan ilmu yang bersofat theologis, seperti Tauhid, Fiqh, Ilmu Kalam, Tasawuf dan Ulum Al-Hadits.[16]

 

BAB III

PENUTUP

      A. Kesimpulan

              Perkembangan Ilmu perbandingan agama di dunia barat dan dunia timur, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhannya di belahan barat lebih maju bila dibandingkan dengan perkembangannya di belahan dunia timur. Adapun faktor yang menyebabkan ilmu perbandingan agama di dunia  barat lebih maju adalah :

1.      Dibarat para sarjananya (SDM) lebih banyak, sehingga mudah untuk mengkoordinir tenaga;

2.      Didukung oleh dana yang memadai sehingga mudah untuk melakukan penelitian terhadap bermacam agama yang ada di seantero alam ini. Sedangkan yang menyebabkan dibelahan timur kurang maju perkembangannya adalah :

a)      Keterbatasan SDM-nya

b)      Pada abad ke 18 dulu dunia  Timur dilanda oleh kolonialisme dan imerialisme, sehingga  tenaga, pikiran,biaya, dan perhatian banyak tercurah untuk membebaskan diri dari belenggu ppenjajah barat, waktu untuk melakukan penelitian, pengkajian, penulisan yang berkaitan dengan Perbandingan Agama kurang memungkinkan.

Sedangkan di Indonesia Ilmu Perbandingan Agama mulai diajarkan di Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1961, atau satu tahun setelah berdirinya IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada tahun 1964 terbitlah buku pertama tentang Ilmu Perbandingan Agama yang ditulis oleh Dr. A. Mukti Ali dengan judul Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan tentang Methodos dan Sistema). Setelah seperempat abad lamanya belum terbit lagi buku Ilmu Perbandingan Agama yang membahas tentang metode dan sistem.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber- sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian, kritik maupun saran dari pembaca sangat penting bagi kami.

 

DAFTAR PUSTAKA

Adib Fuadi, Muhammad “Ilmu Perbadingan Agama”. Spirit for Education and Development, Yogyakarta: 2012.

Jirhanuddin, Perbandingan Agama (Pengantar Studi Memahami Agama- Agama), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

M. Darojat Ariyanto, Ilmu Perbandingan Agama (Isi, Perkembangan dan Manfaat Bagi seorang Muslim) SUHUF, Vol. XVIII, No. 02/Nopember 2006



[1] Zakiah Darajat dkk, Ilmu Perbandingan Agama jilid 2, hlm. 1-2

[2] Ibid, hlm. 2

[3] Ibid, hlm 3

[4] Astrologi: suatu ilmu pebintangan yang sering dibuat patokan untuk meramal nasib seseorang. Astronut : pengemudi pesawat ruang angkasa, astronom : seseorang yang ahli dalam ilmu astronomi. Astronomi : Ilmu yang mempelajari tentang bulan, matahari, bintang dan planet lainnya.

[5] Berkenaan dengan geografi, Geografi ialah ilmu yang mempelajari seluk-beluk tentang bumi, iklim, flora, fauna, penduduk dan hasil yang didapatkan (hewan)

[6] Ibid, hlm. 5-7

[7] Perihal (keadaan) tidak beragama, pada masa sebelum adanya (datangnya, masuknya) agama Kristen dan Islam, dan sebagainya.

[8]  Lihat Abdurrahman Japri, hlm. 21-23

[9] Lebih rinci apa yang diungkapkan Muhammad Abduh dalam artikelnya, lihat Zakiah Darajat dkk, hlm. 126-130

[10] M. Darojat Ariyanto, Ilmu Perbandingan Agama (Isi, Perkembangan dan Manfaat Bagi seorang Muslim) SUHUF, Vol. XVIII, No. 02/Nopember 2006,hlm. 119-120

[11] Adib Fuadi, Muhammad “Ilmu Perbadingan Agama”. Spirit for Education and Development, Yogyakarta: 2012. Hlm. 29

[12] Ibid,. Hlm. 163-165

[13] Ibid,. Hlm. 164-165

[14] Ibid,. Hlm. 166-167

[15]Ibid, hlm. 43

[16] Ibid,. Hlm. 44

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " "

Post a Comment