Makalah Pengertian, Tujuan, Dan Sistem Perbandingan Agama



KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.








Medan,  5 Oktober 2019

Penyusun





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.. 2
BAB I. 4
PENDAHULUAN.. 4
A.   LATAR BELAKANG.. 4
B.    RUMUSAN MASALAH.. 4
C.    TUJUAN.. 5
BAB II. 5
Pengertian, Tujuan, Dan Sistem Perbandingan Agama. 5
1.    Pengertian Perbandingan Agama. 5
2.    Metode Perbandingan Agama. 8
3.    Pokok-Pokok Ajaran Agama. 9
BAB III. 11
PENUTUP.. 11
A.      Kesimpulan. 11
DAFTAR PUSTAKA.. 12



 

BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
      Islam adaalah agama yang terakhir diantara agama besar didunia yang semuanya merupakan kekuatan raksasa yang menggerakkan revolusi dunia yang mengubah nasib bangsa. Selain itu, islam juga bukan merupakan agama yang terakhir melainkan agama yang melengkapi segalanya yang  mencakup agama yang datang sebelumnya.  
      Masalah tugas dan tujuan ilmu perbandingan agama merupakan masalah utama yang di hadapi dunia, terutama negara-negara yang sedang berkembang. ilmu perbandingan agama merupakan salah satu alat yang  tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam zaman berkemajuan teknik tinggi dunia sekarang terasa terlalu kecil karena hubungan manusia semakin dekat dan sempit.
      Hubungan antar kelompok dan antar manusia sering terjadi tukar-menukar informasi tentang ide, pikiran dan agama, tidak begitu aneh. Akibatnya berbagai soal selalu timbul. Soal pertemuan suatu ide, pikiran dan agama yang beraneka ragam memerlukan pemecahan dan harus di hadapi dengan  secara wajar, ilmu ini dapat memegang peranan.
      Ilmu ini juga berusaha mencari hubungan antar agama dan mencoba mengungkap kan terminologi  dan istilah agama dalam bahasa yang sederhana sehinga tidak membingungkan bagi mereka yang ingin memperdalam ilmu ini melalui agama yang di perlukan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana pengertian, tujuan, dan sistem perbandingan agama?
2.      Bagaimana metode perbandingan agama?
3.      Bagaimana pokok-pokok ajaran agama?

C.    TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuannya adalah untuk menjawab segala permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan, Dan Sistem Perbandingan Agama

1.      Pengertian Perbandingan Agama
Perbandingan agama adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari agama-agama (Religions-Wisseschaft). Adapun ilmu perbandingan agama memahami dan mempelajari fenomena keagamaan dari sudut kajian ilmiah yang mendalam.
Kata “perbandingan” bukan berarti membanding-bandingkan agama, sebagaimana yang banyak dibayangkan orang , melainkan mempunyai pengetian bahwa yang dipelajari adalah berbagai agama atau banyak agama. Begitupula kata “agama” dalam ilmu perbandingan agama mengandung pengertian universal. Artinya agama tersebut tidak ditujukan kepada salah satu agama yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang, seperti Islam dan Kristen saja, melainkan semua agama yang ada di dunia ini, baik local, nasional ataupun multi nasional , yang masih ada dan berkembang maupun yang pernah ada, yang dianut oleh manusia primitif maupun yang dianut oleh masyarakat modern.[1]
      Disiplin ilmu perbandingan agama bukanlah bertugas untuk mempelajari agama dari sudut kajian teologis atau dari sudut kepercayaan atau keyakinan, dan bukan pula bertujuan untuk mengadakan penilaian (judgement ): bahwa satu agama lebih sah dari pada agama lainnya. Ilmu perbandingan agama itu adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari dan mengkaji agama dari sudut atau pendekatan ilmu pengetahuan (sainstifik).[2]
      Jadi, ilmu perbandingan agama adalah ilmu yang membandingkan asal usul, struktur, dan ciri-ciri dari berbagai agama dunia, dengan maksud untuk menentukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya yang sebenarnya, sejauh mana hubungan antara satu agama dengan agama yang lain.
2.      Tujuan Perbandingan Agama
Perbandingan agama tidak bertujuan untuk memperkuat dan mengajarkan suatu kepercayaan yang dimiliki sekelompok manusia atau masyarakat. Begitu pula dengan ilmu ini tidak menyebarkan semangat dan gairah bagi mempertahankan serta mengembangkan kepercayaan tersebut[3] Tujuan perbandingan agama, bukanlah untuk membandingkan mana agama yang benar dan mana agama yang salah, tapi untuk mengungkapkan pengalaman religious-agama.
3.      Sistem Perbandingan Agama
Secara etimologi, sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang sinkron, berisi komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya. Jika demikian penjabaran tentang sistem agama, maka agama dapat dianalogikan sebagai suatu sistem. Sebagai sebuah sistem, agama tentunya mempunyai komponen atau unsur yang saling terkait.
Menurut Leight, Keller, dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
1.      Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi.
2.      Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3.      Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan Tuhannya, dan hubungan horizontal atau hubungan antar umat beragama sesuai dengan ajaran agama.
4.      Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
5.      Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama.
Berdasarkan unsur pokok yang telah dipaparkan diatas, sebuah agama sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal pokok yang menjadi ruang lingkup ajarannya, yaitu sistem kepercayaan, sistem peribadatan, dan sistem perilaku. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang disebut agama, bahkan menjadi tolok ukur apakah suatu agama layak disebut agama
Berdasarkan unsur pokok yang telah dipaparkan diatas, sebuah agama sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal pokok yang menjadi ruang lingkup ajarannya, yaitu sistem kepercayaan, sistem peribadatan, dan sistem perilaku. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang disebut agama, bahkan menjadi tolok ukur apakah suatu agama layak disebut agama.
1)      Sistem kepercayaan
Sistem ini mengandung ajaran tentang ketuhanan yang menjadi pokok kepercayaan dalam beragama. Yang dimaksud dengan kepercayaan ialah suatu keyakinan atau pengakuan terhadap eksistensi Tuhan yang menciptakan dan menguasai manusia beserta seluruh alam semesta.
Sistem kepercayaan merupakan substansi utama agama, bahkan menjadi dasar dalam beragama, karenanya kepercayaan dalam agama tanpa perlu penyelidikan terlebih dahulu akan kebenarannya. Hal inilah yang membedakan antara keagamaan dan keilmuan. Keagamaan berdasar dari kepercayaan, sedang keilmuan berdasar dari ketidakpercayaan yang kemudian diteliti kebenarannya. Oleh karena itulah sistem kepercayaan merupakan unsur utama agama, bahkan bisa dikatakan bukan agama jika tidak mengajarkan kepercayaan terhadap eksistensi Yang Maha Agung.
2)      Sistem Peribadatan
Sistem ini merupakan perwujudan dari sistem kepercayaan, karena didalamnya berisi peraturan dan pedoman tentang tata cara berhubungan dengan Tuhan, seperti peraturan dan tata cara penyembahan, pemujaan, atau doa-doa kepada-Nya. Jadi sistem peribadatan lebih terfokus pada pengaturan tentang hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya.
Sistem peribadatan juga merupakan substansi atau unsur agama, disamping sistem kepercayaan. Karena itu agama juga merupakan sumber dari segala sumber pengetahuan tentang tata cara peribadatan serta kewajiban lain yang harus diemban manusia sebagai bentuk pengabdian atau penghambaan terhadap Sang Maha Pencipta. Dengan demikian, suatu agama tidak layak disebut sebagai agama jika ajarannya tidak mengandung sistem peribadatan.
3)      Sistem Perilaku
Sistem ini mengatur tata hubungan manusia secara horizontal, atau yang lebih dikenal dengan sebutan akhlak (ethics). Dalam sistem ini, agama merupakan sumber pendidikan kemanusiaan, yang mengajarkan norma-norma atau nilai-nilai tentang baik dan buruk yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku yang luhur, baik terhadap dirinya sendiri, terhadap sesama manusia, terhadap makhluk lain dan seluruh alam semesta.
Kesimpulannya, sistem perilaku (akhlak) juga merupakan substansi agama, disamping sistem kepercayaan dan sistem peribadatan. Dengan kata lain, bukan agama jika ajarannya tidak mengedepankan aspek perilaku (akhlak), sebab akhlak merupakan pokok ajaran yang paling vital dan fundamental bagi kehidupan umat manusia, karena dalam sistem perilaku inilah terletak jati diri manusia.
Dari ketiga substansi agama tersebut dapat dipahami, bahwa agama adalah totalitas dari sistem kepercayaan, sistem peribadatan, dan sistem perilaku yang menjadi pedoman hidup untuk mencapai tujuan hidup yang hakiki, yaitu keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Inilah hakikat agama sebagai sebuah sistem.

2.      Metode Perbandingan Agama
Sebagai suatu ilmu, perbandingan agama pasti mengandung metode atau pendekatan yang berguna untuk memperoleh data atau informasi guna memudahkan pemahaman.
Menurut Jumhurul Umami, metode yang digunakan dalam penelitian agama yaitu:
1)   Metode Relevan
Penelitian agama adalah penelitian tentang agama dalam arti ajaran, belief(sistem kepercayaan) atau sebagai fenomena budaya dan agama dalam arti keberagamaan, perilaku beragama atau sebagai fenomena sosial. Karena itu diperlukan teori ilmiah yang relevan untuk penelitian agama.
2)   Metode teologis
Istilah teologi lahir dalam tradisi Kristen. Secara harfiah teologi berasal dari bahasa Yunani, theosdanlogos yang berarti ilmu ketuhanan. Pendekatan teologi dalam studi agama adalah pendekatan iman untuk merumuskan kehendak tuhan berupa wahyu yang disampaikan kepada Nabi-Nya agar kehendak tuhan itu dapat dipahami secara dinamis dalam konteks ruang dan waktu. Pendekatan ini disebut juga pendekatan normatif. Secara umum metode teologis dalam studi agama bersifat normatif idealistik
3)   Metode Sosiologis
Pendekatan ini menggunakan logika-logika dan teori sosiologi baik teori klasik maupun modern untuk menggambarkan fenomena sosial keagamaan serta pengaruh suatu fenomena terhadap lain. Menurut Keith A. Robert ada tiga pokok yang dipelajari oleh peneliti agama dengan metode sosiologis yaitu: Kelompok-kelompok dan lembaga keagamaan, perilaku individu dalam kelompok-kelompok tersebut, dan konflik antar kelompok agama.

4)   Metode Antropologi
Antropologi itu mengkaji tentang manusi serta budayanya.[4] Metode ini dilakukan dengan cara menggali data tidak hanya digunakan untuk meneliti masyarakat primitive melainkan juga masyarakat yang kompleks dan maju. Menganalisa simbolisme dalam agama dan mitos, serta mencooba mengembangkan metode baru yang lebih tepat untuk studi agama dan mitos. Khususnya tentang kebiasaannya, peribadatan, dan kepercayaan dalam hubungan-hubungan sosial.
5)        Metode Psikologis
Metode tersebut berusaha untuk memahami ketidaksadaran dan prosesnya. Psikologi agama ialah cabang psikologi yang menyelidiki sebab- dan ciri psikologis dari sikap-sikap beragama atau pengalaman religious dan berbagai fenomena dalam individu yang muncul dari atau penyertai sikap dan pengalaman tersebut.
6)        Metode Sejarah
Metode ini berusaha untuk menelusuri asal-usul dan pertumbuhan pemikiran atau ide-ide dan lembaga-lembaga agama melalui periode-periode perkembangan sejarah tertentu, serta memahami peranan kekuatan-kekuatan yang diperlihatkan oleh agama dalam periode tersebut. Bahan dalam kajian ini biasannya mempergunakan bahan primer dan sekunder, baik yang bersifat literer (filologis) atau non literer (arkeologis).
            Bila gejala keagamaaan terjadi dimasa lampau dan peneliti berminat mengetahuinya, maka peneliti dapat melakukan penelitian sejarah yakni melakukan rekonstruksi terhadap fenomena masa lampau baik gejala kegamaan yang terkait dengan masalah politik, social, ekonomi dan budaya. Apabila sejarah tersebut belum terlalu lama berlalu sehingga masih banyak saksi hidup, maka untuk merekonstruksinya peneliti dapat melakukan wawancara mendalam dengan pelaku sejarah dan saksi hidup. Juga dapat melakukan telaah kepustakaan, seperti Koran, majalah, arsip, dokumen-dokumen pribadi dan lain sebagainya.

3.      Pokok-Pokok Ajaran Agama
            Di dunia ini banyak sekali agama yang muncul dan eksis dalam kehidupan manusia. Ada agama primitif dan kontemporer, ada agama samawi dan non samawi dan ada pula agama non samawi danada pula agama missioari maupun non missionari. Dari banyak agama tersebut beberapa diantaranya termasuk dalam agama yang jumlah pengikutnya banyak dan ada pula agama yang muncul kemudian hilang karena banyak pengikutnya yang berbondong-bondong pindah ke agama lain. Berikut agama-agama yang menjadi popular di dunia dan pokok-pokok ajarannya.
a.       Islam
            Agama Islam merupakan agama samawi yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam semesta. Kitab sucinya adalah al Qur’an dan pemuka agamanya disebut Ulama’. Berikut pokok-pokok ajarannya:
1)      Rukun iman adalah kepercayaan Islam yang bersendi pada 6 hal yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat-malaikatNya, Iman kepada Kitab-kitabNya, Iman kepada Rasul-rasulNya, Iman kepada Hari Akhir dan Iman kepada Qadha’ dan Qadar.
2)      Rukun Islam adalah 5 rukun yang wajib dijalani oleh seorang muslim mukallaf yaitu Mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan mengerjakan haji bagi yang mampu.\
3)      Syari’at Ialah cara atau aturan atau kita biasanya menyebutnya dengan undang-undang Islam. Syari’at Islam Islam bersumber dari al Qur’an dan Hadits, dan dari Ijma’ (kesepakatan ulama’) dan qiyas. Dalam syari’at ada 5 hukum yaitu, wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah.
b.      Kristen dan Katolik
            Kristen adalah agama yang dibawa oleh Nabi Isa as. Awal mulanya agama ini juga disebut agama nasrani. Kitab sucinya adalah injil atau perjanjiann lama dan sekarang kita mengenalnya dengan Bijbel atau perjanjian baru. Sedangkan pemuka agamanya disebut pendeta untuk Kristen dan pastur untuk Katolik. Berikut pokok-pokok ajarannya:
1)      Syahadat 12 (Credo para Rasul) diantaranya “aku percaya akan Allah, Bapa yang maha kuasa, pencipta langit dan bumi”, “dan akan Yesus Kristus, Puteranya yang tunggal Tuhan kita”, “yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria”.
2)      Trinitas (tritunggal) adalah ajaran tentang 3 itu 1 dan 1 itu 3 dimana Bapa Allah, Anak Allah dan Roh Kudus adalah Tuhan.



c.       Hindu
            Hindu adalah agama yang berkembang di India yang sejatinya adalah agama Brahma yang sudah bercampur dengan anasir-anasir agama Budha kebudayaan Dravida. Kitab sucinya adalah Weda dan pemuka agamnya disebut Resi. Berikut pokok-pokok ajarannya:[5]
1)      Triwarsa atau tigav cita-cita hidup yaitu Darma (kewajiban terhadap aturan), Artha (kepentingan untuk mencari nafkah), Karma (kesenangan hidup) dan untuk aliran kebatinan ditambah dengan Mokhsa (kelepasan).
2)      Kasta atau golongan-golongan eksklusif yang berdiri sendiri dalam tatanan sosial yang berdasarkan pada kelahiran atau keturunan. Kasta ada 4 dari yang tertinggi yaitu Brahmana, Ksatrya, Waisya dan Sudra.
d.      Budha
            Budha merupakan agama yang dibawa oleh Sidharta Gautama. Kitab sucinya adalah Tripitaka. Agama ini terkenal dengan penderitaannya untuk hidup sangat sederhana yang pemuka agamnya disebut Biksu. Berikut pokok-pokok ajarannya:
1)      Dharma atau syahadat yaitu “saya berlindung diri di bawah Budha”, “saya berlindung diri di bawah Dharma”, dan “saya berlindung diri di bawah Sangha”.
2)      Kenyataan Utama Empat Caryastyani atau disebut dengan kebenaran yaitu, manusia hidup disertai penderitaan, yang menyebabkan penderitaan adalah keinginan, penderitaan dapat hilang dengan memadamkan keinginan dan memadamkan keinginan tercapai melalui delapan jalan atau asta arya margha


BAB III

PENUTUP


A.      Kesimpulan


1.      Kelompok adalah  sebagai suatu kumpulan dari  dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan terstruktur dan saling berinteraksi satu sama lain, sehingga mengakibatkan tumbuhnya rasa solidaritas antar sesama anggota.
2.      Menurut Homans dalam Abdul Rahmat mengemukakan bahwa ada tiga konsep tentang kelompok sosial, yaitu kegiatan, interaksi dan perasaan. Ketiga konsep tersebut dapat meningkatkan rasa solidaritas antar anggota kelompok.
3.      Masalah yang terjadi dalam hubungan antar kelompok dapat diselesaikan melalui pendidikan.  Di mana, dalam pendidikan diajarkan bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia dan bagaiamana menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemampuan dalam menyelesaikan masalah semakin mudah diatas




DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, Abdul. Sosiologi Pendidikan. Gorontalo: Ideas Publishing. 2012.
Idi, Abullah. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2013.
Nasution, S. Sosilogi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
Sajogyo; Pujiwati Sajogyo. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Gajah Mada University  Press. 1996.
Soekanto, Soerjono; Budi Sulistyowati. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2013.




[1] Dadang Khamad, Metode Penelitian Agama, Bandung : Pustaka Setia, 2000, hlm. 11
                [2] Ibid., hlm. 12
[3] Ali Anwar Yusuf, Ranguman Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 135
[4] Depag RI, Perbandingan Agama 1,  Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1983, 1983, hlm. 1

[5] Ibid., hlm. 84

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Pengertian, Tujuan, Dan Sistem Perbandingan Agama"

Post a Comment