ASUHAN KEPERAWATAN SISTIM PERSYARAFAN DENGAN GANGGUAN “TRAUMA MEDULA SPINALIS”


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena berkat rahmat dan hidayah-nyalah sehingga ASUHAN KEPERAWATAN SISTIM PERSYARAFAN DENGAN GANGGUAN “CIDERA MEDULLA SPINALISkami dapat terselesaikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kami yang telah mendoakan kami dan dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam penyelesaian asuhan keperawatan kami ini. tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman teman kami yang telah memberikan waktu, fikiran, dan partisipasinya dalam pembuatan asuhan keperawatan ini.
Kami sadar,makalah kami jauh dari kesempurnaan karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan maka dari itu kami meminta kritik dan saran dari para pembaca, guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya..




Medan, 23 April 2015
Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………  .    1
1.2 TUJUAN …………………………………………………………….. .    1
 BAB II KONSEP DASAR
2.1 DEFENISI ……………………………………………………………     2
2.2 ETIOLOGI …………………………………………………………..       2
2.3 PATOFISIOLOGI …………………………………………………..       2
2.4 TANDA DAN GEJALA …………………………………………….      3
2.5 KOMPLIKASI ………………………………………………………      3
2.6 PENATALAKSANAAN …………………………………………… .    4
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN ……………………………………………………          5
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN ………………………………...           7
3.3 INTERVENSI ……………………………………………………..          8
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN ……………………………………………………..   .    10
DAFTAR PUSTAKA




BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG
Trauma medula spinalis adalah trauma yang mengenai sumsum tulang belakang( spinal cort / medula spinalis) yang pada umumnya terletak pada intra-dural ekstra meduler. Selain itu juga ada yang terjadi pada ekstra dural serta intra-durel walaupun jumlahnya tidak banyak.
            Akibat medula spinalis akibat trauma adalah paling sering terjadi dan menjadi penyebab ketidak kemampuan dan kematian di united states. Kira-kira 10 % trauma sistem saraf mengenai medula spinalis. Diperkirakan lebih dari 100 ribu oarang menderita paralise Akibat cidera medula spinalis dan 10 ribu oarang atau lebih terkena cidera dalam satahun. Kebanyakan orang yang cedera medula spinalis adalah pria berumur 18 sampai 25 tahun.
              Kecelakaan medula spinalis terbesar disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, tempat yang paling sering terkena cidera adalah regio servikalis dan persambungan thorak dan regio lumbal.
            Lesi trauma yang berat dari medula spinalis dapat menimbulkan transaksi dari medula spinalis atau merobek medula spinalis dari satun tepi ketepi yang lain pada tingkat tertentu disertai hilangnya fungsi.

2.1 TUJUAN
1. tujuan umum
Untuk pemahaman asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma medula spinalis.
2. Tujuan khusus
       1.    Memahami anatomi fisiologi medula spinalis.
       2.    Memahami koonsep dasar tentang trauma medula spinalis.
       3.    Dapat melaksanakan pengkajian pada pasien dengan trauma medula spinalis.
       4.    Merumuskan diagnosa keperawatan.

  


BAB II
KONSEP DASAR


2.1 DEFINISI           
            Trauma medula spinalis adalah trauma yang mengenai sumsum tulang belakang( spinal cort / medula spinalis) yang pada umumnya terletak pada intra-dural ekstra meduler. Selain itu juga ada yang terjadi pada ekstra dural serta intra-durel walaupun jumlahnya tidak banyak.
Trauma Medula Spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebebkan transeksi lengkap dari medula spinalis dengan quadriplegia ( Fransisca B.Batticaca,2008 : 30 ).

2.2 ETIOLOGI
1.Kecelakaan lalu lintas / jalan raya ( Penyebab paling sering ).
2.Kecelakaan dalam olah raga.
3.Luka tembak / tusuk.
4.Jatuh dari pohon / bangunan / tangga.
5.Kejatuhan benda keras.

2.3 PATOFISIOLOGI
Akibat suatu trauma mengenai vertebrata mengakibatkan patah tulang belakang.paling banyak survikalis lumbalis.fraktur dapat berupa  patah tulang sederhana kompresi dislokasia,sedangkan pada sumsum tulang belakang dapat berupa memar / kontusio laelrasi dg / tanpa perdarahan.blok syaraf simpatis pelepasan mediator  kimia iskemia,dan inpok semia syok spinal gangguan fungsi kandung kemih.
Lokasi cedera medula spinalis umumnya mengenai C1 dan C2,C4,C6, dan T11 atau L2.Mekanisme terjadinya cidera sebagai berikut.
1).  Fleksi-rotasi ,dislokasi,dislokasi fraktur,umumnya mengenai torakulumbal,terjadi pada T12-L1.Fraktur lumbal a/ fraktur yang terjadi pada dhaerah vertebra bawah.bentuk cedera ini mengenai ligamen,kerusakan pembuluh darah,fraktur vertebra,dan mengakibatkan iskemia pada medula spinalis.
2). Hiperekstensi, umumnya mengenai klien dengan usia dewasa yg memiliki perubahan degeneratif vertebra,usia muda yangmendapat kecelakaan lalu lintas dan usia muda yang mengalami cedera  seperti menyelam.
3). Kompresi, cedera kompresi sering disebabkan karena jatuh atau melompat dari ketinggian,dengan posisi kaki atau bokong ( duduk).tekanan mengakibatkan fraktur vertebra dan menekan medula spinalis.

2.4 TANDA DAN GEJALA
Trauma ini umumnya mempunyai gejala klinis yang hampir kebanyakan satu sama lainnya, baik intradural extra-meduler, extraduller atau intra-duller yaitu sebagai berikut:
1.Gejala-gejala radikular :hipertensi,nyeri akar
2.Gejala penekanan
3.gejala sensorik
4.Peninggian reflek fisiologis dan timbul reflek patologis.
5.Sindrom Bladder-Rectum Incontinensia urin, retensio urin, konstipasi
6. gangguan saraf simpatis : reflek pilomotor (merinding), reflk vasomotor (pucat kalau kulit     ditusuk), berkeringat.

      2.5 KOMPLIKASI
1.      Neurogenik shock.
2.      Hipoksia.
3.      Gangguan paru-paru
4.      Instabilitas spinal
5.      Orthostatic Hipotensi
6.      Ileus Paralitik
7.      Infeksi saluran kemih

2.6 PENATALAKSANAAN
1.      Farmakoterapi
Berikan steroid dosis tinggi (metilpredisolon) untuk melawan edema medela. Tindakan Respiratori
a.       Berikan oksigen untuk mempertahankan PO2 arterial yang tinggi.
b.      Terapkan perawatan yang sangat berhati-hati untuk menghindari fleksi atau eksistensi leher bila diperlukan inkubasi endrotakeal.
c.       Pertimbangan alat pacu diafragma (stimulasi listrik saraf frenikus) untuk pasien dengan lesi servikal yang tinggi

2.  Reduksi dan Fraksi skeletal
a.       Cedera medulla spinalis membutuhkan immobilisasi, reduksi, dislokasi, dan stabilisasi koluma vertebrata.
b.      Kurangi fraktur servikal dan luruskan spinal servikal dengan suatu bentuk traksi skeletal, yaitu teknik tong /capiller skeletal atau halo vest.
c.       Gantung pemberat dengan batas sehinga tidak menggangu traksi

 3. Tindakan bedah :
Laminektomi,dilakukan Bila :
a.       Deformitas tidak dapat dikurangi dengan fraksi
   b.Terdapat ketidakstabilan signifikan dari spinal servikal
c.  Cedera terjadi pada region lumbar atau torakal
d.   Status Neurologis mengalami penyimpanan untuk mengurangi fraktur spinal atau
    dislokasi atau dekompres medulla.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 PENGKAJIAN
A.Identitas
Trauma medula spinalis dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin.

B.Keluhan utama
Keluhan utama yang menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan adalah nyeri,kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas,inkontinensia defekasi dan urine,deformitas pada daerah trauma.

C.Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai tulang belakang akibat dari kecelakaan lalu lintas,olah raga,jatuh dari pohon atau bangunan,luka tusuk,luka tembak dan kejatuhan benda keras.
Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien atau bila klien tidak sadar tentang penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alkohol yang sering terjadi pada beberapa klien yang suka kebut-kebutan.

D.Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit degeneratif pada tulang belakang,seperti osteoporosis,osteoartritis,spondilitis,spondilolistesis,spinal stenosis yang memungkinkan terjadinya kelainan pada tulang belakang.



E.Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah dalam keluarga px ada yang menderita hipertensi,DM,penyakit jantung untuk menambah komprehensifnya pengkajian.
F.Riwayat psiko-sosio
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga.
Apakah            ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan,rasa cemas,rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.

G.Pola aktivitas
-Aktifitas dan istirahat
* Kelumpuhan otot ( terjadi kelemahan selama syok spinal ) pada bawah lesi.
* Kelemahan umum / kelemahan otot ( Trauma dan adanya kompresi saraf ).
-Makanan / cairan
* Mengalami distensi yang berhubungan dengan omentum.
* Peristaltik usus hilang ( ileus paralitik ).
-Eliminasi
* Inkonti nensia defekasi berkemih.
*Retensi urine
-Hygien
* Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

H.Pemeriksaan fisik
* Keadaan umum,TTV,status kesadaran pada klien dengan cidera spinal stabil tidak mengalami perubahan,tetapi pada klien yang diindikasikan cedera spinal tidak stabil dapat mengalami perubahan.
* Inspeksi adanya deforamitas pada leher / punggung.
* Kaji adanya memar ( Pada fase awal cedera ) baik pada leher,muka dan bagian belakang telinga,tanda memar pada wajah,mata / dagu merupakan salah satu tanda adanya cedera hiper ekstensi pada leher.
* Pemeriksaan reflek
-Reflek patela biasanya melemah karena kelemahan pada otot hamstring.
-Reflek bulbokavernosus didapatkan positif menandakan adanya syok spinal.
-Pemeriksaan s.perkemihan dan pencernaan terdapat incontinensia defekasi dan mikturisi.
* Pemeriksaan lokalis :
a).look ~ adanya perubahan warna kulit,abrasi dan memar pada punggung.
b).feel ~ prosesus spinosus di palpasi untuk mengkaji adanya suatu celah yang dapat diraba akibat sobeknya ligamentum posterior menandakan cedera yang tidak stabil sering didapatkan adanya nyeri tekan pada area lesi.
c).move ~ gerakan tulang punggung,spinal tidak boleh dikaji.disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan & kelumpuhan pada seluruh ekstemitas bawah.
                                                                                                                                             
I.Pemeriksaan diagnostik
1.Foto Rontgen posisi AP,lateral dan oblig dilakukan u / menilai :
* Diameter anteroposterior kanal spinal.
* Kontur,bentuk dan kesejajaran vertebra.
* Pergerakan frogmen tulang dalam kanal spinal.
* Keadaan simetris dari pedikel dan prosesus spinosus.
* Ketinggian ruangan diskus inter vertebralis.
2.CT scan dan MR 1 untuk menunjukkan tingkat penyumbatan kanalis spinalis.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
   1. Aktual / resiko tinggi pola napas tdk efektif b/d kelemahan otot-otot pernapasan,kelumpuhan otot      diafragma.
2. Nyeri b/d kompresi akar saraf,spasme otot / tekanan di dhaerah distribusi ujung saraf
3. Hambatan mobilitas fisik b/d paraplegia sekunder dari kompresi spinal.
4. Gangguan pemenuhan eliminasi urine b/d gangguan fungsi miksi sekunder dan kompresi medula spenalis.

3.3 INTERVENSI
1.Diagnosa : Aktual / Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b/d kelemahan otot-otot pernapasan,kelumpuhan otot diafragma.
Tujuan :
 Dalam waktu 2 X 24 jam tidak terjadi ketidak efektifan pola nafas
Kriteria Hasil :
 RR dalam batas normal ( 12-20x / menit) tidak ada tanda-tanda sianosis,analisa gas darah dalam batas normal,pemeriksaan kapasitas paru normal.
Intervensi :
1.Observasi fungsi pernapasan,catat frekuensi pernapasan,dispnea atau perubahan tanda-tanda vital
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dapat menunjukkan terjadinya spinal syok.
2.Pertahankan perilaku tenang,bantu klien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia,yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan / ansietas.
3.Pertahankan jalan napas; posisi kepala tanpa gerak.
R/ Klien dengan cedera sevikalis akan membutuhkan bantuan u/ mencegah aspirasi / mempertahankan jalan napas.
4.Observasi warna kulit
R/ Menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan segera.
   5.Lakukan pengukuran kapasitas vital,volume tidal, dan kekuatan pernapasan.
R/ Menentukan fungsi otot-otot pernapasan.

2.Diagnosa : Nyeri b/d kompresi akar saraf,spasme otot/tekanan di dhaerah distribusi ujung saraf.
Tujuan :
Dalam waktu 1X24 jam nyeri berkurang / hilang atau teradaptasi.
Kriteria hasil :
 Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang / dapat diadaptasi,skala nyeri 0-1 ( 0-4 ) dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan nyeri,klien tidak gelisah.

Intervensi :
 1.Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non-invasif.
R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangai nyeri.
2.Lakukan manejemen nyeri keperawatan :
* Ajarkan tehnik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri muncul.
R/ Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia spinal.  *Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
R/ Distraksi ( pengalihan perhatian ) dalam menurunkan stimulus internal.
*Lakukan manajemen sentuhan
R/ Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri.
*Pasang korset lumbosakra
R/ Penahan lumbal yang lembut dapat memberi keringanan pada lumbal karena titik beratnya ditarik ke dekat tulang belakang.
3.Kolaborasi dengan dokter,pemberian analgesik
R/ Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang


BAB IV
PENUTUP


4.1 KESIMPULAN
Trauma medula spinalis adalah trauma yang mengenai sumsum tulang belakang( spinal cort / medula spinalis) yang pada umumnya terletak pada intra-dural ekstra meduler. Selain itu juga ada yang terjadi pada ekstra dural serta intra-durel walaupun jumlahnya tidak banyak.
            Akibat medula spinalis akibat trauma adalah paling sering terjadi dan menjadi penyebab ketidak kemampuan dan kematian di united states. Kira-kira 10 % trauma sistem saraf mengenai medula spinalis. Diperkirakan lebih dari 100 ribu oarang menderita paralise Akibat cidera medula spinalis dan 10 ribu oarang atau lebih terkena cidera dalam satahun. Kebanyakan orang yang cedera medula spinalis adalah pria berumur 18 sampai 25 tahun
Cedera Medula Spinalis / cedera tulang belakang adalah cedera mengenai servikalis,vertebralis dan lumbalis akibat trauma : jatuh dari ketinggian,kecelakakan lalu lintas,kecelakakan olah raga,dsb




DAFTAR PUSTAKA

      Batti caca, Fran sisca B .2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan
                                system persyarafan.Jakarta : Salemba Medika

      Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media
                            Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

       Muttaqim, Arif .2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
                                       saraf . Jakarta : Salemba Medika.

       Http :/ Tulus-Andi . blog spot . com/2009. Asuhan Keperawatan Spinal cord
                                   injury.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN SISTIM PERSYARAFAN DENGAN GANGGUAN “TRAUMA MEDULA SPINALIS”"

Post a Comment