Makalah Pisikologi Agama


Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah Swt yang maha pengasih lagi maha penyayang, Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,hidayah,dan inayahnya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang psikologi agama .
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya , untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar lebih baik lagi .Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan krtitik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




                                                                                                Medan, 20 September 2019


Penyusun





DAFTAR ISI
Kata pengantar ..................................................................................................1
daftar isi ............................................................................
................................2
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang ..................................................................................................3
Rumusan masalah ........................................................................
....................4
Tujuan .....................................................................
.........................................4
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian psikologi agama..............................................................................5
Perkembangan psikologi agama.......................................................................7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................11
Daftar Pustaka...................................................................................................12









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia adalah suatu mahluk psiko-sosial dan karena itu maka suatu pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur psikologik, dan social. Menurut robert thouless, psikologi agama yaitu ilmu yang bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap perilaku  keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian terhadap perilaku bukan keagamaan saja.
Belajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama mana yang paling benar, tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya , bagaimana prilaku dan kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya. Mengapa manusia ada yang percaya Tuhan ada yang tidak, apakah ketidak percayaan ini timbul akibat pemikiran yang ilmiah atau sekedar naluri akibat terjangan cobaan hidup, dan pengalaman hidupnya.
Agama adalah juga fenomena sosial. Agama juga tak hanya ritual, menyangkut hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya belaka, tapi juga fenomena di luar kategori pengetahuan akademis. Sebagian manusia mempercayai agama, namun tidak pernah melakukan ritual. Yang lain mengaku tidak beragama, namun percaya sepenuhnya terhadap Tuhannya. Di luar itu semua, kita sering menyaksikan, dalam kondisi tertentu semisal kesulitan hidup atau tertimpa musibah-- manusia cenderung berlari kepada agama. Sebaliknya, pada saat dirinya hidup dalam kondisi normal, mereka seringkali tidak peduli terhadap agama, bahkan mengingkari eksistensi Tuhannya.



B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam makalah ini dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Apa pengertian psikologi agama ?
2. Bagaimana perkembangan psikologi agama ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah psikologi agama sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian psikologi agama
2. Mengetahui perkembangan psikologi agama


  

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Psikologi Agama
Psikologi agama menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua kata ini memilki pengertian yang berbeda. Psikologi merupakan suatu titik pandang para pemikir yaitu suatu cara bagaimana orang bijak memandang kehidupan. Sebagai gagasan-gagasan dari mereka yang mengetahui kehidupan secara lebih menyeluruh.
Menurut asal katannya, Psikologi berasal dari bahasa yunani kuno Psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Dari beberapa pendapat ahli, psikologi itu merupakan ilmu jiwa yang membicarakan tentang jiwa. Akan tetapi oleh karna jiwa itu sendiri tidak nampak, maka yang dapat dilihat atau diobservasi ialah perilaku atau aktifitas-aktifitas yang merupakan penjelmaan kehidupan jiwa itu. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku maupun aktifitas yang lain. Karena itu psikologi merupakan suatu ilmu yang meneliti serta mempelajari tentang perilaku atau aktivitas-aktivitas. Perilaku atau aktifitas disini adalah dalam pengertian yang luas, yaitu meliputi perilaku yang menampak, juga perilaku yang tidak menampak. Jiwa adalah sangat abstrak dan tidak dapat diikuti oleh panca indra.[1]
Firman Allah dalam Q.S Al-Isra’ (17): 85 yang artinya “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang jiwa (ruh) maka, katakanlah bahwa ruh itu urusan Tuhan. Dan kamu tidak diberi pengetahuan (tentang jiwa) kecuali sedikit.”
            Sedangkan agama Menurut Harun Nasution pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu (Din) dari bahasa arab dan (religi) dalam bahasa erops. Din (Semit) berarti  undang-undang atau hukum. Sedangkan dari kata (Latin) religi, relegere atau religare berarti mengumpulkan, membaca dan mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak; gam= pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-temurun.[2]
Diriwayatkan dari sebuah hadits Nabi yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat diceritakan seorang lelaki menemui dan bertanya kepada Nabi, ‘Ya Rasulullah, apakah agama itu ?’ Rasulullah bersabda “akhlak yang baik”. Kemudian ia mendatangi Nabi dari sebalah kanannya dan berkata ‘Ya Rasulullah, apakah agama itu ?’ Nabi bersabda “akhlak yang baik”. Kemudian ia mendatangi Nabi dari belakang dan berkata ‘ apakah agama itu ?’ Rasulullah menoleh kepadanya dan bersabda, “belum jugakah engkau mengerti ?, Agama itu akhlak yang baik, sebagai misal janganlah engkau marah.” (At-Targhib wa Al-Taghrib 3:405)
Selanjutnya Harun Nasution merumuskan ada empat unsur yang terdapat dalam agama, yaitu:
a.       Kekuatan gaib, yang diyakini berada diatas kekuatan manusia.
b.      Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia.
c.       Respons yang bersifat emosionil dari manusia.
d.      Paham akan adanya yang kudus (sacred) dan suci.
Psikologi agama menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, adalah ilmu yang mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindak agama orang itu dalam hidupnya. Sedangkan Thouless menyatakan bahwa persoalan pokok dalam psikologi agama adalah kajian terhadap kesadaran agama dan tingkah laku agama.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Disamping itu, psikologi agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
Psikologi agama, dengan demikian merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya, serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi. Jadi, penelaahan tersebut merupakan kajian empiris.
B.     Sejarah Perkembangan Psikologi Agama
            Berdasarkan sumber Barat, para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama populer sekitar abad ke-19. Sekitar masa itu psikologi yang semakin berkembang digunakan sebagai alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat membantu pemahaman cara bertingkah laku, berpikir, dan mengemukakan perasaan keagamaan (Robert H. Tholules, 1992:1). Menurut Tholuless, sejak terbitnya buku The Varieties of Religious Eksperoence tahun 1903 bahwa langkah awal dari kajian psikologi agama mulai di akui para ahli psikologi dan dalam jangka waktu 30 tahun kemudian. Sejak saat itu, kajia-kajian tentang psikologi agama nampaknya tidak hanya terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut kehidupan keagamaan secara umum, melainkan juga masalah-masalah khusus. Di tanah air sendiri tulisan mengenai psikologi agama ini baru dikenal sekitar tahun 1970, yaitu oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat.
            Seperti yang dimaklumi, bahwa psikologi agama tergolong cabang psikologi yang berusia muda. Berdasarkan informasi dan berbagai literatur, dapat disimpulkan bahwa kelahiran psikologi agama sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang. Selain itu, pada tahap-tahap awalnya psikologi didukung oleh para ahli psikologi dari berbagai disiplin ilmu.
            Sebagai disiplin ilmu boleh dikatakan bahwa psikologi agama dapat dirujuk dari karya penulis Barat, diantara lain, karya Stanley Hall yang memuat kajian mengenai agama, suku-suku primitif dan mengenai konfersi agama. Kajian sosiologi dan antropologi budaya ini, menampilkan sisi kehidupan masyarakat suku primitif dan sikap hidup mereka terhadap sesuatu yang dianggap sebagai yang dikodrati (supernatural).
            Sumber-sumber Barat umumnya merujuk awal kelahiran psikologi agama adalah dari karya Edwin Diller Starbuck dan Willian James. Buku yang berisi pengalaman keagamaan berbagai tokoh ini kemudian dianggap sebagai yang menjadi perintis awal kelahiran psikoloi agama menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Psikologi agama diakui sebagai disiplin ilmu, cabang dari psikologi seperti ilmu psikologi yang lainnya.
            Sebaliknya, di dunia Timur khususnya di wilayah-wilayah kekuasaan Islam, tulisa-tulisan yang memuat kajian tentang hal serupa belum sempat dimasukkan. Padahal, tulisan Muhammad Ishaq Ibn Yasar di abad ke-7 M berjudul Al-Siyar wa al-Maghazi memuat  berbagai fragmen dari biografi Nabi Muhammad. Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan penyebab mengapa tulisan-tulisan yang memuat tentang kajian serupa tidak dijadikan sebagai disiplin ilmu psikologi agama.
1.      Sejak masa kemunduran negara-negara Islam, perhatian para ilmuan terhadap kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan mulai menurun, karna bagaimana pun pengembangan ini memerlukan biaya yang cukup banyak. Seiring dengan kemunduran Islam di bidang politik, dengan negara Barat mulai menjadi negara-negara modern. Dengan demikian, negara-negara Islam yang berhadapan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan perjajahan Barat disibukkan oleh permasalahan politik.
2.      Sejak penyerangan bangsa mongol ke pusat peradaban Islam (Baghdad) dan kekalahan Islam di Andalusiya, terjadi permusuhan karya para ilmuan muslim.
3.      Sikap kurng terpuji dari para ilmuan Barat sendiri (terutama setelah zaman kemunduran Islam) yang umumnya kurang menghargai karya-karya ilmuan muslim.
4.      Karya-karya ilmuan muslim di zaman klasik umum ditulis oleh para ilmuan yang dianggap hanya berkonotasi keagamaan seperti Mufassyirin (ahli tafsir), Muhaddisin (ahli hadist), Fuqaha (ahli fiqh) ataupun Ahl Al-Hikmat (filosof). Dengan demikian karya-karya mereka diidentikkan dengan ilmu-ilmu yang murni agama Islam atau filsafat.
Terlepas darimana alasan dan penyebab yang paling tepat, memang setelah zaman kemunduran umat Islam secara politis, kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di pelopori oleh Barat. Dengan demikian tidak mengherankan, jika ilmu-ilmu modern termasuk psikogi agama tumbuh dan berkembang sebagai sebuah disiplin ilmu yang independen, yang diakui terinformasikan sebagai produk ilmuan Barat. Dan baru-baru setelah negara-negara Islam bebas dari kungkungan para penjajah Barat secara bertahap muncul karya-karya ilmuan muslim.
Adapun di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang profesi keilmuan, keagamaan, dan bidang kedokteran. Diantara karya-karya awal bersangkutan adalah buku Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa (1965), KARYA Prof. dr. H. Aulia, Islam dan Psikosomatik (1975), karya K.H. S.S Djam’an, dan Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama (1982), karya Dr. Nico Syukur Dister.
Adapun pengenalan psikologi agama di lingkungan perguruan tinggi (IAIN) dilakukan oleh Prof. Dr. H. A.Mukti Ali dan Prof. Dr. Zakiah Darajat. Akan tetapi, buku-buku yang khusus mengena psikologi agama banyak dihasilkan oleh Prof. Dr. Zakiah Darajat, antara lain: Ilmu Jiwa Agama (1970), Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (1970), dan Kesehatan Mental. Selain itu tokoh ini pun banyak menghasilkan buku-buku yang mengacu kepada kajian psikologi agama.
Sejak menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, perkembangan psikologi agama dinilai cukup pesat dibandingkan usianya yang masih tergolong muda. Hal ini antara lain disebabkan selain kajian psikologi agama menyangkut kehidupan manusia secara pribadi, maupun kelompok. Bidang kajian mencakup permasalahan yang menyangkut berkembang usia muda. Selain itu sesuai dengan bidang cakupannya, ternyata psikologi agama termasuk ilmu terapan yang banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan psikologi agama yang cukup pesat ini antara lain ditandai dengan terbitnya sebagai karya tulis, baik berupa buku maupun artikel dan jurnal yang memuat kajian tentang bagaimana  peran agama dan kehidupan manusia. Dengan demikian, psikologi agama kini telah memasuki bidang kehidupan manusia., sejak dari rumah tangga, sekolah, instusi keagamaan, rumah-rumah sakit, pantii asuhan, panti jompo, dan bahkan ke lembaga kemasyarakatan.[3]




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut asal katannya, Psikologi berasal dari bahasa yunani kuno Psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Dari beberapa pendapat ahli, psikologi itu merupakan ilmu jiwa yang membicarakan tentang jiwa. Akan tetapi oleh karna jiwa itu sendiri tidak nampak, maka yang dapat dilihat atau diobservasi ialah perilaku atau aktifitas-aktifitas yang merupakan penjelmaan kehidupan jiwa itu.
Sedangkan agama Menurut Harun Nasution pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu (Din) dari bahasa arab dan (religi) dalam bahasa erops. Din (Semit) berarti  undang-undang atau hukum. Sedangkan dari kata (Latin) religi, relegere atau religare berarti mengumpulkan, membaca dan mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak; gam= pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-temurun.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Disamping itu, psikologi agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
Berdasarkan sumber Barat, para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama populer sekitar abad ke-19. Sekitar masa itu psikologi yang semakin berkembang digunakan sebagai alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat membantu pemahaman cara bertingkah laku, berpikir, dan mengemukakan perasaan keagamaan (Robert H. Tholules, 1992:1). Adapun di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang profesi keilmuan, keagamaan, dan bidang kedokteran. Diantara karya-karya awal bersangkutan adalah buku Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa (1965), KARYA Prof. dr. H. Aulia, Islam dan Psikosomatik (1975), karya K.H. S.S Djam’an, dan Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama (1982), karya Dr. Nico Syukur Dister.


DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Prof. Dr. Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: C.V AND. 2010
Nata, Prof. Dr. H. Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2016
Syamsul Arifin, Drs. Bambang, Psikologi agama, Bandung: C.V Pustaka Setia. 2008



[1] Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: C.V AND. Hlm  5-7
[2] Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2016. Hlm 9-10
[3] Syamsul Arifin, Drs. Bambang, Psikologi agama, Bandung: C.V Pustaka Setia. 2008. Hlm 31-35

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Makalah Pisikologi Agama"