KATA PENGANTAR
PujisyukurkitapanjatkankehadiratTuhan
Yang MahaEsakarenaberkatrahmatdanhidayah-Nyalahsehingga “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN”CA COLON”, kami dapatterselesaikan.
Kami
mengucapkanterimakasihkepadakedua orang tua kami yang telahmendoakan kami
dandosenpembimbing yang telahmembimbing kami dalampenyelesaianasuhankeperawatan
kami ini.Taklupajuga kami ucapkanterimakasihkepadatemanteman kami yang telahmemberikanwaktu,fikiran,danpartisipasinyadalampembuatanasuhankeperawatanini.
Kami sadar,makalah kami jauhdarikesenpurnaankarena kami
hanyalahmanusiabiasa yang takluputdarikesalahanmakadariitu kami
memintakritikdan saran dariparapembaca,gunakesempurnaanmakalah kami
selanjutnya..
Medan, 25 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ ......... i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ......... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... ......... 1
A.
Latar Belakang............................................................................................. ......... 1
B.
Rumusan Masalah ...................................................................................... ......... 2
C.
Tujuan .......................................................................................................... ......... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... ......... 3
A.
Pengertian..................................................................................................... ......... 3
B.
Anatomi
Fisiologi......................................................................................... ......... 4
C.
Etiologi ......................................................................................................... ......... 5
D.
Patofisiologi................................................................................................... ......... 6
E.
Klasifikasi..................................................................................................... ......... 7
F.
Manifestasi.................................................................................................... ......... 7
G.
Pertimbangan Gerentologi......................................................................... ......... 8
H.
Stadium Klinis.............................................................................................. ......... 8
I.
Komplikasi.................................................................................................... ......... 9
J.
Pemeriksaan Penunjang............................................................................. ......... 9
K.
Penatalaksanaan Medis.............................................................................. ......... 10
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN............................................... ......... 12
A.
Pengkajian.................................................................................................... ......... 12
B.
Prioritas Masalah Keperawatan................................................................. ......... 14
C.
Diagnosa Keperawatan............................................................................... ......... 14
D.
Intervensi Dan Rasional.............................................................................. ......... 15
BAB IV PENUTUP ............................................................................................... ......... 20
A.
Kesimpulan .................................................................................................. ......... 20
B.
Saran ...................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor usus halus jarang terjadi,
sebaliknya tumor usus besar atau rektum relative umum. Pada kenyataannya, kanker
kolon dan rektum sekarang adalah
tipe paling umum kedua dri
kanker internal di Amerika
serikat. Ini adalah penyakit
budaya barat. Diperkirakan bahwa
150.000 kasus baru kanker
kolorektal di diagnosis di negara ini
setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang
individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal.
Insidensnya meningkat
sesuai dengan usia (kebanyakan
pada pasien yang berusia
lebih dari 55 tahun)
dan makin tinggi pada individu
dengan riwayat keluarga
mengalami kanker kolon, penyakit
usus inflamasi kronis atau polip.
Perubahan pada persentase distribusi
telah terjadi pada tahun
terakhir. Insidens kanker pada sigmoid
dan area rektal telah menurun,
sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang
terdiagnosa setiap tahunnya, kira- kira
setengah dari jumlah tersebut
meninggal setiap tahunnya, meskipun
sekitar tiga dari empat
pasien dapat diselamatkan dengan
diagnosis dini dan tindakan
segera. Angka kelangsungan hidup
di bawah lima tahun
adalah 40% sampai 50%, terutama
karena terlambat dalam diagnosis
dan adanya metastase. Kebanyakan
orang asimtomatis dalam jangka
waktu lama dan mencari bantuan
kesehatan hanya bila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon
dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor
resiko telah teridentifikasi,
termasuk riwayat penyakit atau riwayat
kanker kolon atau polip dalam
keluarga, riwayat usus inflamasi kronis dan diet tinggi
lemak, rotein dan daging serta rendah serat.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa dan bagaimana pengertian,
etiologi, klasifikasi, stadium, pathway,
patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Kolon.
C. TUJUAN
Mahasiswa mampu
untuk memahami pengertian, etiologi,
klasifikasi, stadium, pathway,
patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan
pada klien dengan Ca Kolon.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Tumor
adalah suatu benjolan
atau struktur yang menempati
area tertentu pada tubuh,
dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat
jinak atau ganas (FKUI, 2008 : 268).
Kanker adalah
sebuah penyakit yang ditandai dengan
pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel
ini untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat
yang jauh (metastasis). Pertumbuhan
yang tidak teratur ini
menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan
mutasi di gen vital yang mengontrol
pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon
adalah suatu bentuk keganasan
dari masa abnormal/neoplasma yang
muncul dari jaringan epithelial
dari colon (Brooker, 2001 : 72).
Kanker kolon/usus
besar adalah tumbuhnya sel
kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle &
Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel
yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon
dan menginvasi jaringan sekitarnya
(Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa pengertian diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon
adalah suatu pertumbuhan tumor
yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon
(usus besar).
B. ANATOMI
FISIOLOGI
Usus besar atau kolon dalam
anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
a) Kolon asendens
(kanan)
b) Kolon transversum
c) Kolon desendens
(kiri)
d) Kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus
besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu
penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan
pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Usus buntu atau sekum (Bahasa
Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari
usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis
reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
Rektum (Bahasa Latin: regere,
"meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung
usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material di dalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material
akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan.
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di
ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan
dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
C. ETIOLOGI
Terdapat beberapa etiologi utama
kanker yaitu:
1. Diet :
kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran,
buah-buahan), kebiasaan makan makanan
berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
a.
Adenoma di kolon :
degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
b.
Familial poliposis : polip
di usus mengalami degenerasi maligna
menjadi karsinoma
c.
Kondisi ulserative : Penderita colitis
ulserativa menahun mempunyai risiko terkena
karsinoma kolon.
3. Genetik :
Anak yang berasal dari
orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 ½
kali lebih banyak daripada anak – anak yang orangtuanya sehat
(FKUI, 2001 : 207).
4. Radiasi dan
paparan zat kimia dan senyawa lain yang berpotensi menimbulkan reaksi
karsinogenik.
D.
PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma
(muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat
menjadi ganas dan menyusup sertamerusak jaringan normal serta meluas ke dalam
struktur sekitarnya. Sel kanker dapatterlepas dari tumor primer dan menyebar ke
dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke
dalam lumen dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi
anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan polipoid atau
lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan kolon asendens. Secara
histologis, hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma (terdiri atas
epitel kelenjar ) dan dapat mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda – beda.
Tumor dapat menyebar:
a) secara infiltratif
langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih
b) melalui
pembuluh limfe ke kelenjar perikolon dan Mesokolon
c) melalui
aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal.
Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat
reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke kelenjar
limfe.
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut
modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 : 209) :
a. A :
kanker hanya terbatas pada
mukosa dan belum ada metastasis.
b. B1 : kanker telah
menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
c. B2 : kanker telah
menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
d. C1 :
kanker telah mengadakan metastasis
ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat
buah.
e. C2 : kanker telah
mengadakan metastasis ke
kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
f. D :
kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran
yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap
penyakit dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol
adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala
paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahu
penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering
dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena
(feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah
kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram,
penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya datah merah segar dalam
feses.
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah
evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare
bergantian serta feses berdarah.
a) Colon Asendens :
nyeri, adanya massa, perubahan peristaltik usus, anemia
b) Colon Transversum :
nyeri, obstruksi, perubahan pergerakan usus dan anemia.
c) Colon Desendens
: nyeri, perubahan pergerakan usus, terdapat darah merah terang pada
feses, obstruksi.
d) Rectum : terdapat
darah di dalam feses, perubahan peristaltik usus, ketidaknyamanan rectal.
G. PERTIMBANGAN
GERONTOLOGI
Insidens karsinoma kolon dan rektum meningkat sesuai
usia. Kanker ini biasanya ganas pada lansia kecuali untuk kanker prostatik pada
pria. Gejala sering tersembunyi. Keletihan hampir selalu ada, akibat anemia
defisiensi besi primer. Gejala yang sering dilaporkan oleh lansia adalah nyeri
abdomen, obstruksi, tenesmus dan perdarahan rektal. Kanker kolon pada lansia
berhubungan erat dengan karsinogen diet. Kekurangan serat adalah faktor
penyebab utama karena hal ini menyebabkan pasase feses melalui saluran usus
menjadi lama, sehingga terpajan karsinogen cukup lama. Kelebihan lemak diyakini
mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai
sifat karsinogen.
H. STADIUM KLINIS
Stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan
system TMN (Tambayong, 2000 : 143).
TIS
: Carcinoma in situ
T1
: Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2
: Sudah mengenai otot dinding
T3
: Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4
: Sama dengan T3 dengan fistula
N
: Limfonodus terkena
M
: Ada metastasis
I. KOMPLIKASI
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus
parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh
darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan
mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan
syok.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Endoskopi
: pemeriksaan endoskopi perlu
dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
b) Radiologis
: Pemeriksan radiologis yang
dapat dilakukan antara lain adalah
foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto
dada dilakukan untuk melihat
apakah ada metastasis kanker ke
paru.
c) Ultrasonografi (USG)
: Sulit dilakukan untuk
memeriksa kanker pada kolon,
tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya
metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
d) Histopatologi
: Biopsy digunakan
untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu
ditentukan diferensiansi sel.
e) Laboratorium
: Pemeriksaan Hb
penting untuk memeriksa kemungkinan pasien
mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).
K. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila sudah pasti
karsinoma kolon, maka kemungkinan
pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah
penangan yang paling efektif
dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih
awal dan masih belum
metastatis, tetapi tidak menjamin semua
sel kanker telah terbuang. Oleh sebab
itu dokter bedah biasanya juga
menghilangkan sebagian besar jaringan
sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi
memakai sinar gelombang
partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau
sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah
yang ditumbuhi tumor, merusak
genetic, sehingga membunuh kanker. Terapi
radiasi merusak sel-sel yang
pembelahan dirinya cepat, antara
alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung
& usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh
menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.
3. kemotherapy
Chemotherapy memakai obat
antikanker yang kuat, dapat
masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk
kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau
dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam
obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus
(FKUI, 2001 : 211).
BAB III
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal
dan dasar dalam proses
keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono,
1994 : 10). Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000)
riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
Kelemahan, kelelahan/keletihan
Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,
tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi:
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda: Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3. Integritas
ego:
Gejala:
Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan
religius/spiritual)
Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat,
pembedahan)
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Gejala: Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
Perubahan bising usus, distensi abdomen
TEraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5. Makanan/cairan:
Gejala:
Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian
zat aditif dan bahan pengawet)
Anoreksia, mual, muntah
Intoleransi makanan
Tanda: Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala: Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat
tergantung proses penyakit
7. Keamanan:
Gejala: Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda: Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8. Interaksi
sosial
Gejala:
Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
Riwayat kanker dalam keluarga
Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
B.
Prioritas Masalah Keperawatan
1. Dukungan proses adaptasi dan
kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis
optimal
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang
penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian,
diagnosa keperawatan utama mencakup yang berikut :
1. Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
2. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi
usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan
usus.
Ditandai dengan: Peningkatan bunyi usus/peristaltic
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
4. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
D. Intervensi Dan
Rasional
1. Diagnosa : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan
dehidrasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
dapatmempertahan hidrasi adekuat.
Kriteria Hasil : membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian
kapiler baik, tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine
dengan tepat
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1)
Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang berat
badan tiap hari.
2)
Kaji tanda vital (TD, Nadi, Suhu)
3) Observasi
kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian
kapiler lambat
4)
Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring; hindari kerja
5)
Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar
6) Kolaborasi
pemberian cairan paranteral, transfusi darah sesuai indikasi
7)
Kalaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Antiemetik, mis, trimetobenzamida
(Tigan); hidroksin (Vistaril); proklorperazin (Compazine), Antipiretik, mis,
asetaminofen (Tyenol), Vitamin K
|
Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan
Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau
efek kehilangan cairan
Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi
Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan
cairan usus
Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vit.
K dan merusak koagulasi, potensial resiko pendarahan
Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk
memperbaiki kehilangan/ anemia
Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut, Mengontrol
demam, Merangsang pembentukan protrombin hepatik, menstabilisasi koagulasi
dan menurunkan resiko perdarahan
|
2.
Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen
usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Tujuan: Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
diare atau penurunan frekuaensi defekasi.
Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi
kembali normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan
dekat tempat tidur, pasang tirai dan segera buang feses setelah defekasi).
2. Tingkatkan/pertahankan asupan
cairan per oral.
3. Ajarkan
tentang makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetuskan diare.
4. Observasi
dan catat frekuensi defekasi, volume dan karakteristik feses.
5. Observasi
demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas
dan kelesuan.
6. Kolaborasi
pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, antikolinergik,
kortikosteroid).
|
Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda sehingga perlu diantisipasi
dengan menyiapkan keperluan klien
Mencegah timbulnya maslah kekurangan cairan.
Membantu klien menghindari agen pencetus diare.
Menilai perkembangan masalah.
Mengantisipasi tanda-tanda bahaya perforasi dan peritonitis yang
memerlukan tindakan kedaruratan.
Antibiotika untuk membunuh /menghambat pertumbuhan agen patogen biologik,
antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus dan menurunkan sekresi
digestif, kortikosteroid untuk menurunkan proses inflamasi.
|
3. Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan
kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
nyeri hilang atau skala nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
2.
Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis lutut fleksi
3.
Berikan tindakan yang nyaman ( pijatan punggung, ubah posisi) & aktivitas
senggang
4.
Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Berikan aktivitas tenggang
5.
Berikan obat sesuai indikasi, mis, analgesik
|
Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesic
Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan menigkatkan
kemampuan koping.
Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian,
sehingga menurunakan nyeri dan ketidak nyamanan
Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.
|
4. Diagnosa
: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan
usus.Tujuan: setelsh dilskuksn tindakan keperawwatn selama 3x24 jam di
harapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
klien melaporkan selera makannya meningkat
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Pertahankan tirah baring selama fase
akut/pasca terapi.
2.
2. Bantu
perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
3.
Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk
yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa).
4.
4. Kolaborasi
pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
5.
Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
|
Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi.
Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.
Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status
hipermetabolisme klien keganasan.
Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia;
pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen
amalbasorbsi.
Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan
saluran cerna.
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit hemoroid dan Ca kolorektal adalah penyakit
yang menyerang bagian kolon dan rectum .Resiko terkena kedua penyakit tersebut
dapat diturunkan dengan menjaga gaya hidup individu tersebut.
B. Saran
Dianjurkan untuk selalu mengkonsumsi makanan yang
bayak mengandung serat, kecukupan nutrisi tubuh sebaiknya dipenuhi secara
seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah,Edisi
8,Vol.2. Jakarta: EGC
Doenges dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta:
EGC
Price & Wilson. 2006. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Ed.6. Jakarta: EGC
Prayuda hendi, Muhammad. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ca
Colon. Inhttp://www.scribd.com. Lustupdate 13 november 2011
Malini, eva. 2009. Askep Hemeroid Pasien Hemeroid dan Ca
Colorectal. Inhttp://www.scribd.
com
. Lustupdate 27 november 2011
0 Response to "Makalah Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pencernaan “CA COLON “"
Post a Comment