PERKEMBANGAN SUPERVISI




Assalamu'alaikum. Wr. Wb    
Segala puji dan syukur bagi Allah swt., atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun hasil makalah kami ini, meskipun kami akui masih jauh dari kata sempurna. Shalawat dan salam, semoga Allah hadiahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam sebagai pembawa syariat Islam untuk diimani,dipelajari, dan dihayati serta di amalkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Maksud kami menyusun tugas ini dalam rangka menyelesaikan tugas yang diemban mata kuliah Supervisi Pendidikankepada kami, dengan segenap Ridho Allah kami berusaha menyelesaikannya. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ahmad Mukhlasin, M.Pd. selaku Dosen pada mata kuliah Supervisi Pendidikan.
Dalam penyusunan tugas ini, kami berusaha untuk memaparkannya secara sederhana, praktis, dan sistematis agar mudah dipahami oleh teman-teman mahasiswa.Mudah-mudahan hasil tugas yang kamipaparkan dapat dimengerti sehingga proses pembelajaran kita tidak terhambat karena ketidak pahaman.
Karena kami tak luput dari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam hasil makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kami perbaiki dikemudian hari.
                                                           

Medan, 11 November 2019
           

                                                                                    Penyusun




Kata Pengantar................................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A.    Latar Belakang.................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C.     Tujuan Penulisan................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2
A.    Perkembangan Supervisi Pendidikan................................................. 2
B.     Kendala Dalam Supervisi Pendidikan...........................................................
C.     Solusi dalam masalah perkembangann supervise Pendidikan..............
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A.    Kesimpulan...........................................................................................
B.     Saran ....................................................................................................
Daftar Pustaka .................................................................................................


Supervisi pendidikan dapat didefinisikan secara etimologis, supervisi berasal dari bahasa  Inggris  supervision.  Super  berarti  di  atas,  sedangkan  vision  berarti  penglihatan/melihat. Dan jika diartikan secara bebas, maka supervision dapat pula dimaknai sebagai melihat dari atas.
Supervisi adalah strategi manajemen yang terdiri atas serangkaian kegiatan untuk memastikan bahwa mutu yang diharapkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi memenuhi standar yang telah ditentukan.
Praktek supervisi selalu berubah seiring dengan tumbuhnya kesadaran para pemangku kepentingan untuk meningkatkan penjaminan mutu. Kesadaran akan pentingnya meningkatkan mutu terkait pada peran, fungsi, dan pembagian tugas dalam organisasi. Pelaksanaannya selalu terkait pada konsistensi lembaga, kegiatan akademik, profesionalisme, dan kesungguhan penyelenggara pendidikan akan pentingnya memastikan bahwa mutu yang diharapkan dapat terus terjaga sejak langkah perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauannya
B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat disimpulkan dari latar belakang diatas yaitu sebagai berikut:
1.      Bagaimana Perkembangan Supervisi Pendidikan ?
2.      Bagaimana Kendala Dalam Supervisi Pendidikan?
3.      Bagaimana Solusi Dalam Masalah Perkembangan Supervise Pendidikan?
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya yaitu:
1.      Untuk Memahami Bagaimana Perkembangan Supervisi Pendidikan.
2.      Untuk Memahami  Bagaimana Kendala Serta Solusinya.
3.      Untuk Memahami Solusi Dalam Masalah Perkembangan Supervise Pendidikan.


A.  Perkembangan Supervisi Pendidikan
Supervisi pada awalnya merupakan bagian dari aktivitas manajemen pemerikasaan atau inspeksi oleh pihak eksternal. Kepala sekolah harus menunjukkan bukti kinerja pelaksanaan tugasnya. Pendidik harus menunjukkan bagaimana membelajarkan siswa, menerapkan kurikulum, dan menyerap pelajaran. Pada decade ini tema memeriksa tertanam kuat dalam praktek supervisi.
Pada dekade awal abad kedua puluh, seiring dengan gerakan dalam bidang industri yang menerapkan model manajemen, supervisi semakin berrkembang dengan semakin berpusat pada siswa. Hal ini dipengaruhi oleh berkembangnya teori-teori kurikulum yang berkembang di Eropa seperti Friedrich Froebel, Johan Pestalozzi, Johan Herbart, serta filsuf Amerika terkemuka John Dewey. Pekembangan ini jelas sangat berpengaruh terhadap perkembangan sekolah.
Perkembangan lebih jauh dengan berkembangnya berbagai penelitian dalam bidang pendidikan, pengawasan sering terjebak pada kegiatan mengevaluasi guru secara ilmiah yang simultan dengan mengembangkan model pembelajaran yang mekanistis , mengulang, dan meningkatkan partisipasi untuk lebih meningkatkan ragam tanggapan siswa yang tumbuh dari rasa ingin tahu. Perkembangan ini telah menyebabkan meningkatnya standar persyaratan sistem pembelajaran. Pendekatan supervisi yang ilmiah telah memunculkan ketegangan psikologis guru yang cendrung lebih memperhatikan aspek pragmatis.[1]
Paradigma mekanistik dibangun berdasarkan paradigma lingkungan yang berfokus pada empat komponen dasar, yaitu hubungan antara sistem alam dan sosial, mengintegrasikan nilai kemanusian dengan alam, menggunakan teknologi dalam mengembangkan alternatif, dan mengembangkan kegiatan pembelajaran dalam siklus kehidupan manusia.
Sampai kini ketegangan antara pengawas dengan pendidik akibat dari pengawasan yang menggunakan pendekatan ilmiah tidak pernah pudar. Oleh karena itu berkembanglah pemikiran lanjut untuk mengembangkan supervisi dengan pendekatan yang lebih fleksibel, dialogis, kolaboratif, melibatkan hati secara alamiah, dan lebih komunikatif. Supervisi menjadi bagian dari usaha meningkatkan mutu penerapan kewenangan profesional.
Perkembangan selanjutnya adalah berkembangnya konsep supervisi klinis. Awalnya konsep itu dikembangkan oleh profesor Harvard Morris Cogan dan Robert Anderson serta mahasiswa pascasarjana mereka. Supervisi dan supervisi klinis mengintegrasikan unsur objektif dan ilmiah melalui pengamatan kelas yang bersifat kolegial, menekankan pada aspek pembinaan, serta didasari dengan perencanaan rasional, pelaksanaan yang fleksibel dengan pendekatan utama membantu memecahkan masalah yang terdapat pada pembelajaran siswa.
Tahun 1969 Robert Goldhammer mengusulkan pelaksanaan supervisi klinis dalam lima tahap, yaitu: (1) Pertemuan pra-observasi antara pendidik dan pengawas untuk menyepakati komponen-komponen kegiatan yang akan menjadi materi analisis; (2) observasi kelas; (3) catatan analisis supervisor untuk bahan kajian dari hasil observasi; (4) pertemuan pendidik dengan supervisor pasca observasi; dan (5) pertemuan para pengawas untuk membahas hasil pertemuan akhir dengan para pendidik.
Di samping itu, Cogan menegaskan bahwa pelaksanaan supervisi hendaknya berlangsung dalam hubungan kolegial, terfokus pada kepentingan guru dalam meningkatkan standar pembelajaran siswa, dan dengan sistem pengamatan yang tidak menghakimi.[2]
Pada era tahun 1970-1980-an, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kurikulum berubah pandang dengan lebih menekankan pada struktur disiplin akademik. Tak lama setelah itu, perspektif baru yang berhasil dirumuskan dari produk penelitian dalam konteks pengembangan sekolah efektif dan kelas efektif, dan belajar efektif. Pada periode ini ini tercatat nama Madeline Hunter yang berhasil mengadaptasi hasil penelitiannya pada bidang psikologi belajar dengan memperkenalkan, quasi-ilmiah atau dikenal juga dengna istilah analisis konsteks. Quasi-eksperimen selanjutnya menjadi sangat populer dan berkembang menjadi metode penelitian dalam ilmu sosial.
Para akademisi selanjutnya mengikuti siklus sebagaimana Cogan dan Goldhamer rumuskan yaitu proses supervisi dilakukan secara dialogis dan replektif. Pendekatan supervisi ini kemudian banyak diterapkan. Lebih jauh pendekatan ini telah menjadi pemicu muncul model supervisi teman sejawat dengan difasilitasi hubungan kolegial antar guru dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK).
 supervisi klinis menjadi salah satu cara yang sangat efektif dalam membantu memecahkan masalah yang guru dalam memperbaiki pekerjaannya, namun mengingat jumlah guru yang semakin banyak maka pelaksanaannya memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang besar sehingga hal ini menjadi mustahil diperlakukan kepada semua guru.
Sejalan dengan berkembangnya kebutuhan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu siswa belajar dan peningkatan mutu guru.,Thomas Sergiovanni dan Robert Starratt (1998) mengembangkan sistem supervisi multi proses. Konsep ini menekankan akan pentingnya mengingkatkan mutu pengawas supaya dapat mendorong pertumbuhan mutu guru. Pelaksanaan supervisi dilakukan multi tahun serta multi proses. Sistem supervisi memperlakukan pendidik dan tenaga pendidik menigkatkan mutu profesinya dalam satu siklus yang terdiri atas bergai komponen kegiatan. Siklus dapat dikembangkan dalam 3 sampai 5 tahun, tergantung pada kebutuhan. Pendidik dan tenaga kependidikan mendapat perlakuan satu model atau banyak perlakuan formal, seperti evaluasi diri, supervisi teman sejawat, pengembangan kurikulum, penelitian tindakan kelas, lesson study (peningkatan mutu profesi melalui perbaikan mutu pelaksanaan tugas secara ilmiah), penelitian tindakan penerapan strategi pembelajaran baru, pemagangan, dan menggabung dalam proyek pembaharuan sekolah.
Sergiovanni and Starratt juga menegaskan pentingnya setiap tindakan itu memberikan dampak pada meningkatnya kemampuan profesi pada indikator yang terukur. Juga dari sisi ruang lingkup kegiatan terluas adalah membuka peluang pendidik dan tenaga kependidikan untuk berpartisipasi secara sengaja pada agenda pembaruan seluruh sekolah. Hal itu dimaksudkan agar dapat merangsang pertumbuhan kompetensi profesional supervisi dalam konteks sistem sekolah yang lebih besar.
Belakangan para ahli juga menemukan model perbaikan pelaksanaan tugas yang berbasis kepakaran guru dalam kegiatan lesson study yang sudah lama berkembang dan efektif digunakan Jepang dalam memperbaiki tugas profesinya dalam kelas. Yang menarik dari strategi ini, fokus kajian tidak berkonsentrasi pada masalah yang guru hadapi dalam kelas, namun lebih fokus pada indentifikasi keunggulan guru dalam mempengaruhi siswa belajar dalam kelas. Peningkatan diarahkan pada menambah kekuatan itu sehingga menjadi lebih berarti.
B.       Kendala Dalam Supervisi Pendidikan
Kendala dalam supervisi pendidikan dapat di bagi menjadi dua, yaitu problem internal dan problem eksternal.
1.         Problem Internal
Pengawasan internal ialah suatu penilaian yang objektif dan sistematis oleh pengawas internal atas pelaksanaan dan pengendalian organisasi. Pengawasan internal menekankan pada pemberian bantuan kepada manajemen dalam mengidentifikasi sekaligus merekomendasi masalah inefisiensi maupun potensi kegagalan sistem dan program. Adapun problem internal dalam pengawasan atau supervise pendidikan meliputi:
a.    Sumber Daya Guru
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan (pre-service education) maupun program dalam jabatan (inservice education). Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus menerus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional. Selain itu, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Itulah sebabnya ulasan mengenai perlunya supervisi pendidikan itu bertolak dari keyakinan dasar bahwa guru adalah suatu profesi.[3] Namun, terkadang guru merasa memiliki otonomi untuk melakukan apa saja tanpa merasa perlu supervisi yang mereka anggap intervensi dari kepala sekolah, pengawas, dinas pendidikan atau yayasan sekolah. Sehingga hal ini menjadi problem bagi para supervisor untuk melakukan pengawasan karena kurang mendapat respon dari guru.
b.    SDM Pimpinan Lembaga Pendidikan
Kepala sekolah yang merasa memiliki otonomi melakukan apa saja dalam lingkup sekolah tanpa merasa perlu melakukan atau memperoleh supervisi. Demikian juga pengawas dan yayasan, juga merasa bahwa guru atau kepala sekolah telah memiliki otonomi dan dianggap tahu apa yang harus dilakukan, sehingga, pengawas seringkali melaksanakan supervisi hanya untuk memenuhi tugas semata.
c.    SDM Tenaga Administrasi
Administrasi pendidikan dalam adalah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu baik personel,spiritual maupun material yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan. Agar kegiatan dalam komponen administrasi pendidikan dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan,kegiatan tersebut harus dikelola melalui suatu tahapan proses yang merupakan daur (siklus). Karena itu seorang tenaga administrasi atau administrator dalam pendidikan harus mempunyai kemampuan serta skill yang cukup.
d.   Anak Didik
Menurut ilmu jiwa, anak merupakan individu yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. Maksudnya berbeda antar yang satu dengan yang lain. Ciri-ciri dari murid itu harus diketahui oleh guru.[4] Menurut George E. Hill dalam risetnya menjelaskan beberapa problematika anak didik antara lain: kebanyakan murid-murid Nampak kurang berinisiatif dalam bekerja, kebanyakan murid nampaknya kurang punya minat dalam belajar.
2. Problem Eksternal
a.    Struktur Organisasi Pengawas
Jika dilihat secara mikro, pada dasarnya struktur organisasi pengawas sekolah yang sudah berjalan selama ini merupakan sumber munculnya permasalahan dalam kepengawasan kependidikan. Namun, apabila dilihat secara makro, masih terdapat beberapa hal yang harus ditinjau kembali. Kondisi yang masih dirasakan oleh para guru dan kepala sekolah adalah bahwa jabatan pengawas sekolah seolah senioritas, memiliki kekuasaan lebih. Sebaliknya masih ada yang beranggapan bahwa pengawas lebih rendah dari pada kepala cabang dinas pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu mereka menginginkan keberadaan pengawas hendaknya ditempatkan dengan struktur yang benar, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
b.      Pola Pengawasan
Sebagian guru menyatakan bahwa pola pengawasan yang ada pada saat ini kurang memuaskan, karena masih ada pengawas yang masih kurang sesuai dengan bidangnya, kurang memahami tugasnya dan kurang menguasai materi. Tidak berbeda dengan pandangan para guru kepala sekolah juga menyatakan pola pengawasan saat ini masih kuurang memuaskan.
c.       Kesejahteraan
Jabatan pengawas sekolah atau biasa dengan istilah supervisor kurang di minati atau boleh dikata menjadi supervisor tidak sejahtera. Jabatan sebagai seorang supervisor hanya menjadi jabatan buangan atau pelarian sehingga kompetensi supervisor masih kurang berkualitas. Perhatian pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan supervisor dalam hal pemberian tunjangan khusus atau penghasilan tambahan bagi supervisor masih rendah karena belum adanya peraturan pemerintah mengenai tunjangan khusus tersebut.[5]
C.  Solusi dalam masalah perkembangann supervise Pendidikan
Hamalik mengatakan supervisi nampaknya menjadi penentu yang utama untuk memutuskan kurikulum, menyeleksi pola-pola organisasi sekolah, fasilitas belajar, dan menilai proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan solusi yang tepat agar apa yang menjadi tujuan utama dari pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah dalam penerapan kurikulum di sekolah dapat sepenuhnya tercapai.[6]
Kepala sekolah selaku supervisor pendidikan yang memiliki otoritas tertinggi di sekolah harus mengupayakan beberapa cara dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi, antara lain:
1)      Dilakukan pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior.
Pelaksanaan supervisi terutama pada aspek pembelajaran tidak dapat dilakukan seorang diri oleh kepala sekolah tanpa bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, kepala sekolah yang notabene pimpinan sekolah yang memiliki otoritas tertinggi memiliki keleluasaan untuk melakukan delegasi wewenang. Kegiatan supervisi pada aspek pembelajaran dapat dilimpahkan kepada guru yang dianggap senior berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria guru senior yang dipilih adalah dilihat dari masa kerja, prestasi kerja, kompetensi, dan kualifikasinya, misal guru yang bergelar S2. Kegiatan supervisi oleh guru supervisor terhadap rekannya sering disebut dengan pembimbingan teman sejawat dalam kegiatan belajar mengajar.
2)      Pemberian motivasi kepada para guru akan pentingnya supervisi pendidikan.
Kurangnya persiapan dari guru dalam pelaksanaan supervisi, lebih diakibatkan karena kuranganya motivasi dari dalam guru sendiri akan pentingnya supervisi pendidikan. Motivasi yang minim itu juga disebabkan kerena anggapan yang telah melekat dalam diri guru bahwa supervisi hanyalah kegiatan yang semata-mata untuk mencari-cari kesalahan. Pemberian motivasi dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya dengan menyelipkan pengarahan atau motivasi pada saat rapat guru, lokakarya, atau bahkan secara langsung dengan individunya.
Selain itu, pembinaan secara psikologis juga dilakukan kepada diri masing-masing guru yang ditunjuk sebagai supervisor bahwa dirinya memang memiliki capability yang lebih dibanding dengan guru lain, seperti kelebihan dalam hal prestasi kerja, kedisiplinan, ulet, penuh inisiatif, dan lain sebagainya, sehingga diharapkan dengan cara itulah akan muncul kepercayaan diri dari guru supervisor.
Serta ditambah lagi dengan melaksanakan fungsi supervisi pendidikan, seperti memberi contoh atau suri tauladan yang baik dari kepala sekolah maupun guru senior yang ditunjuk sebagai supervisor, serta melakukan pembinaan atau perbaikan secara menyeluruh terhadap kemampuan profesional guru dengan memperhatikan ketepatan teknik supervisi dan prinsip-prinsip supervisi yang diterapkan. Sehingga diharapkan hal tersebut dapat memunculkan kepercayaan maupun motivasi dari guru yang akan disupervisi olehnya.
3)      Pembinaan oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior yang ditunjuk sebagai supervisor dan membentuk tim penilai supervisi.
Kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dalam KTSP adalah keterbatasan waktu dan tenaga dari kepala sekolah apabila kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi pendidikan seorang diri. Oleh karena itu, kepala sekolah menunjuk guru-guru yang dianggap telah senior untuk membantunya melakukan supervisi pendidikan. Namun dalam prakteknya masih terdapat beberapa guru senior kurang paham akan prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Sehingga dalam pelaksanaannya unsur subjektifitas cenderung masih tinggi. Oleh karena itu kepala sekolah perlu memberi motivasi maupun pengarahan kepada para guru supervisor yang isinya mengenai perlunya menerapkan prinsip-prinsip supervisi pendidikan dan pembentukan tim penilai supervisi yang terdiri dari 2 (dua) atau 3 (tiga) orang yang tujuannya tidak lain adalah untuk menetralisir unsur subjektifitas yang terjadi oleh guru yang berperan supervisor.
4)      Dilakukan koordinasi secara intens kepada seluruh elemen sekolah.
Pergantian kepala sekolah sebanyak empat kali dalam lima tahun menjadi kendala yang cukup fatal bagi pengelolaan dan kemajuan sekolah. Hal tersebut berdampak pula pada rutinitas kegiatan supervisi pendidikan. Upaya dari kepala sekolah untuk mensikapi keadaan tersebut adalah dengan melakukan koordinasi secara intensif kepada seluruh elemen sekolah, termasuk koordinasi yang baik antara guru supervisor dengan guru yang akan mendapat supervisi.
5)      Mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai
Sarana dan prasarana merupakan sesuatu yang penting disemua tempat kegiatan belajar mengajar, karena itu, dalam rangka mensukseskan program pengajaran yang efektif tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang memadai. seorang guru akan lebih semangat dengan situasi dan kondisi fasilitas sarana dan prasarana yang sudah lengkap. Sarana dan prasarana adalah suatu perlengkapan/ peralatan yang harus dimiliki oleh setiap sekolah pada umumnya. sedangkan prasarana mengikuti sarana. Dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, sarana seperti perpustakaan yang merupakan tempat menggali pengetahuan yang seluas-luasnya dan seorang guru akan merasa lebih mudah dalam mencari buku pegangan mengajar. Kaitannya dengan upaya peningkatan profeasionalisme guru, sarana merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, karena sarana itu pendukung lancarnya PBM.
6)      Menerapkan disiplin terhadap tata tertib guru
Disiplin merupakan ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsungAdapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan kedisiplinan yaitu faktor kepribadian, dan lingkungan.
Kepala sekolah harus mengingatkan kepada semua tenaga pengajarnya untuk melakukan kedisiplinan, misalnya agar menjalankan aturan-aturan sebagai berikut:
a)      Guru harus mengisi daftar hadir yang sudah disediakan
b)      Guru harus berpakain rapi sebagaimana layaknya seorang guru
c)      Guru harus bersipat jujur, adil, terbuka dan demokratis
d)     Guru harus membuat perangkat pembelajaran yang telah ditentukan oleh kepala sekolah
e)      Guru harus menjaga kode etik guru indonesia
f)       Guru harus menjaga nama baik sekolah
g)      Guru harus taat pada aturan sekolah yang berlaku
h)      Apabila kehadiran guru kurang dari 60% maka akan dikenakan sanksi.
i)        Mengadakan evaluasi ketenagaan.
Evaluasai merupakan suatu bentuk perbaikan dari apa yang sudah dilakukan, di dalam pengevaluasian itu, terjadi suatu proses yang akan menghantarkan kepada perubahan yang lebih baik. disamping itu kepala Sekolah mengadakan evaluasi ketenagaan demi kelancaran PBM.
Evaluasi merupakan salah satu faktor yang mampu memberikan motivasi dan dorongan kepada guru agar lebih baik dan selalu meningkatkan perkembangan kemampuannya. disisi lain evaluasi ialah mserangkaian kegiatan yang dimana membuat para guru terkadang gelisah, guru yang seperti ini biasanya guru yang tertutup atau kurang humor/ pendiam. Adapun yang harus dilakukan kepala Sekolah adalah mendekatinya. kaitannya dengan upaya yang harus dilakukan kepala madarsah ialah evaluasi ketenagaan dalam menghadapi kendala dalam pelaksanaan supervisi pendidikan.
Musyawarah guru mata pelajaran merupakan program yang sangat penting untuk mecapai target yang ditetapkan, karena dengan adanya MGMP maka diharapkan semua guru mata pelajaran akanmemperoleh peningkatan pengetahuan dan keahlian dalam sistem belajar mengajar di kelas sehigga kualitas guru semangkin baik.
Supervisi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu supervisi akademik dan supervisi manajerial. Supervisi akademik adalah supervisi terhadap guru dalam proses belajar mengajar meliputi perencanaan program, pelaksanaan program pembelajaran dan  evaluasi program pembelajaran. Sedangkan supervisi manajerial adalah program supervisi terhadap kinerja kepala sekolah di masing-masing satuan pendidikan. Dalam praktiknya, supervisi akademik diberikan oleh kepala sekolah kepada guru dalam rangka memperbaiki kinerja, hal ini berdasarkan pernyataan Pupuh Fathurrohman (2011:8) bahwa pada dasarnya supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh kepala sekolah untuk melaksanakan penilaian dan supervisi dari segi teknis pendidikan dan administrasi dalam bentuk arahan bimbingan dan contoh pelaksanaan mengajar.

Demikianlah penyusunan makalah ini. Kami selaku penyusun makalah sangatlah menyadari bahwa isi dan sistematika penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan untuk proses penyusunan makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.













A. Sahertian, Piet. 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Purwanto, M. Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual (Jakarta: Rineka Cipta.
Getteng, Abd. Rahman. 2014. Menuju Guru Profesional Beretika.
Yogyakarta: Graha Guru.
Aziz, Hamka Abdul. 2012. Karakter Guru Profesional. Jakarta: Al Mawardi.
Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Maunah, Binti. 2008. Supervisi Pendidikan Islam, (teori dan prakteknya).(Tulungagung: STAIN Tulungagung Press)
Piet A.Sahertian. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervsi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rieneka Cipta.
Subari. Supervisi. 1994. Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.



[1] Maunah, Binti, Supervisi Pendidikan Islam, (teori dan prakteknya), (Tulungagung: STAIN Tulungagung Press), 2008, hal. 23

[2] Purwanto, M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, hal. 46
[3] Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.2.
[4] Ibid
[5] Piet A.Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervsi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia,( Jakarta: Rieneka Cipta, 2000), h. 1

[6] Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 131.

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "PERKEMBANGAN SUPERVISI"