BAB I
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan
penelitian realistis yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya.
(Keliat, BA,
1998).
Waham
adalah kepercayaan yang telah salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan
latar belakang intelektual dan budaya.
(Standart Keperawatan Jiwa,
hal 32)
Waham
Kebesaran adalah : kelainan dimana mempunyai keyakinan yang berlebihan yang
disampaikan secara berulang-ulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
(Stuart and Sudden, 1995)
B.
Jenis-jenis Waham
1. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap sesuatu agama secara
berlebihan dengan bertindak yang tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Waham Kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran
dirinya atau kekuasaannya.
3. Waham Somatik
Klien yakin bahwa bagian tubuhnya terganggu, terserang
penyakit atau didalam tubuhnya terdapat binatang.
4. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia ini atau sudah
meninggal dunia, yang disampaikan perilaku berulang-ulang yang tidak sesuai
kenyataan.
5. Waham Curiga
Klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang
sedang mengancam dirinya yang disampaikan perilaku berulang-ulang yang tidak
sesuai kenyataan.
6. Waham Sisip Pikir
Klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan / dimasukkan kedalam pikirannya.
7. Waham Siar Pikir
Klien
yakin bahwa orang lain mengetahui isi pikirannya padahal dia tidak pernah
menanyakan pikirannya kepada orang tersebut.
8. Waham Kontrol Pikir
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari
luar (Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga)
Proses Terjadinya Waham
1. Disfungsi psikologi dan mekanisme yang spesifik yang
mendasar proses penyakit yang akhirnya akan menimbulkan suatu persepsi salah.
2. Mengetahui isi waham tersebut.
3. Hipotesa yang mengatakan bahwa terjadinya waham oleh
karena terjadinya disfungsi fisiologis dan biokemis yang spesifik mendasari
suatu penyakit dan disfungsi ini akhirnya menimbulkan persepsi atau
interpretasi yang salah akan menyebabkan timbulnya waham.
4. Hipotesa lain mengatakan bahwa timbulnya waham ialah
isitilah sebagai hasil dari pertahanan yang memungkinkan klien untuk mengatakan
rangsangan yang menyakitkan yang mengancam diri.
5. Kecenderungan memalsukan realitas atas dasar-dasar
luapan kekecewaan.
6. Daya pikir kritis menjadi berat sebelah dan tidak mampu
mengadakan koreksi.
7. Individu memproyeksikan pikiran dan keinginan negatif /
tidak dapat diterima bagian eksternal.
8. Individu mencoba mengingkari ancaman dari persepsi
diri atau objek realitas dengan menyalah gunakan kesan terhadap kejadian.
9. Perasaan diancam oleh lingkungan cemas, merasa sesuatu
yang tidak menyenangkan terjadi.
10. Individu mencoba memberi pembenaran / rasional / alasan
interpretasi personal tentang realita pada diri sendiri / orang lain.
C. Etiologi
1. Faktor-faktor Predisposisi :
1. Faktor-faktor Predisposisi :
a. Faktor Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologik yang maladaptif
yaitu :
·
Penelitian
pencitraan sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak lebih luas dalam perkembangan
skizoprenia paranoid pada daerah frontal, temporal dan limbik paling
berhubungan dengan perilaku psikotik.
·
Beberapa
perilaku otak dikaitkan dengan skizoprenia seperti :
o
Dopamin
neurotransmitter yang berlebihan
o
Ketidakseimbangan
antara dopamin dan neurotransmitter
o
Masalah-masalah
pada sistem reseptor dopamine
b. Faktor Psikologi
Teori psikologi untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif
belum didukung oleh penelitan. Sayangnya teori psikologik terdahulu menyalahkan
sebagai penyebab gangguan ini. Sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya
keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional.
c. Faktor Sosial Budaya
Stress yang
menumpuk dapat menunjang terhadap awitan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai
gangguan utama.
2. Stressor
Pencetus
· Biologis
1. Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
proses informasi.
2. Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
· Stress Lingkungan
Secara biologis mengatakan ambang toleransi terhadap
stress yang berinteraksi dengan stress lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
· Pemicu Gejala
Pemicu merupakan prekusor dan stimulus yang sering
menimbulkan episode baru satu penyakit, pemicu biasanya terdapat pada respon
neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan sikap dan
perilaku individu.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Karakteristik
Perilaku
Karakteristik
perilaku yang terdapat pada waham kebesaran adalah ;
·
Usaha
bunuh diri atau membunuh orang lain.
·
Menolak
makanan / obat.
·
Tidak
ada perhatian terhadap perawatan diri.
·
Gerakan
tidak terkontrol.
·
Mudah
tersinggung.
·
Isi
pembicaraan tidak sesuai dengan pembicaraan.
·
Tidak
bisa membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata.
·
Menghindar
dari orang lain.
·
Mendominasi
pembicaraan.
·
Menjalankan
kegiatan keagamaan secara berlebihan perubahan kegiatan sexual.
·
Bicara
kasar, cepat.
Masalah Keperawatan
·
Perubahan
isi pikir ; waham kebesaran.
·
Kerusakan
komunikasi verbal.
·
Gangguan
konsep diri ; harga diri rendah.
·
Koping
individu dan kelauarga inefektif.
·
Regiment
terapeutik inefektif.
·
Intoleransi
aktivitas.
Tujuan
·
Klien
tidak menciderai diri sendiri, orang lain setelah terbina hubungan saling
percaya.
·
Klien
mampu membina dan mempertahankan hubungan akrab dengan orang lain tanpa
perasaan tertekan atau terancam.
·
Klien
dapat mempertahankan keseimbangan nutrisi, cairan dan eliminasi.
·
Klien
dapat melakukan asuhan mandiri.
Tindakan
Keperawatan
Adapun
rencana tindakan keperawatan pada pasien perubahan isi pikir ; waham kebesaran
meliputi :
1. Psikoterapeutik
a. Bina hubungan saling percaya
·
Bicara
dengan pasien secara jujur, singkat, dan jelas, mudah dimengerti dan tentang
topik yang nyata.
·
Dengarkan
pernyataan tentang wahamnya tanpa menentang dan menyetujui.
·
Perhatikan
dengan cermat ungkapan pasien.
·
Katakan
pada pasien bahwa perawat mengerti perasaannya.
b. Bantu dan bimbing pasien untuk menemukan cara
menyelesaikan masalah (koping) yang konstruktif :
·
Tanyakan
kepada pasien tentang perasaannya apabila terjadi waham apa yang dilakukan
untuk mengatasinya serta manfaat dari cara yang dilakukannya.
·
Bicara
dengan pasien pada saat terjadi waham yaitu pada saat sendiri pada malam hari
dan saat tidak terjadi waham seperti saat bicara dengan orang lain.
·
Bersama
pasien merencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya waham.
·
Beri
kesempatan pada pasien untuk mencoba cara yang telah dipilihnya.
·
Beri
penghargaan atau pujian atas keberhasilan pasien.
c. Bantu pasien meningkatkan harga dirinya ;
·
Libatkan
pasien dalam kegiatan individu, kemudian secara bertahap dalam kelompok yang
lebih besar.
·
Berikan
pasien kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
·
Beri
umpan balik pujian atas keberhasilan pekerjaan yang tercapai.
2. Pendidikan Kesehatan
a. Bimbing pasien untuk mengontrol wahamnnya.
· Sarankan kepada pasien agar segera memberitahukan pada
perawat bila wahamnya timbul.
· Bersama pasein membuat rencana kegiatan sesuai minat,
bakat dan kemampuan klien.
· Bimbing klien melakasanakan rencana kegiatan yang
telah dibuat.
· Beri informasi kepada klien tempat dimana dia minta
bantuan apabila sulit mengendalikan diri saat wahamnya timbul.
b. Ikut sertakan keluarga dalam mengatasi masalah pasien.
·
Jelaskan
pada pasien bahwa pikiran dan perilaku pasien merupakan perlindungan diri
terhadap perasaan tidak amannya dan diluar kesadaraanya.
·
Jelaskan
pada keluarga tanda-tanda meningkatnya waham dan jelaskan cara mengatasinya.
3. Kegiatan Hidup Sehari-hari
a. Bimbing pasien memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
· Jelaskan pada pasien bahwa makan dan minum yang cukup
penting untuk kesehatan.
· Ajak klien makan ke ruang makan.
· Bujuk pasien untuk makan, bila menolak makan.
· Ajak klien makan bersama dengan klien lain.
· Pantau pola makan klien apabila tidak memenuhi kebutuhan
kolaborasi dengan tim medis / tim gizi.
b. Bimbing pasien dalam melakukan asuhan mandiri
·
Sertakan
pasien dalam kegiatan yang dimulai dapat disesuaikan dengan baik dalam waktu
singkat.
·
Bantu
pasien memilih kegiatan yang dilakukan bersama orang lain.
·
Anjurkan
dan bimbing klien berdioa sebelum tidur.
·
Berikan
pujian atas keberhasilan klien.
·
Bimbing
klien melakukan kegiatan.
4. Terapi Somatik
a. Beri obat-obatan sesuai dengan program medis
·
Sediakan
dan beri klien obat sesuai dengan 5 benar, yaitu nama, obat, dosis, waktu, dan
cara.
·
Tanyakan
alasan bila klien menolak minum obat serta beri pengertian pada klien.
·
Bicarakan
dengan dokter dan tim farmasi jika klien tetap menolak minum obat untuk
mengganti dengan bentuk lain.
·
Ajak
klien berbicara untuk meyakinkan bahwa obat sudah betul-betul diminum.
·
Catat
hasil pemberian obat dan respon pasien.
5. Lingkungan Terapeutik
a. Siapkan lingkungan sosial
·
Panggil
pasien sesuai nama panggilan yang disukainya.]
·
Sediakan
dan gunakan papan nama petugas.
·
Kenalkan
nama setiap berinteraksi dengan pasien.
·
Sertakan
klien dalam kegiatan kelompok secara bertahap.
·
Kenalkan
klien pada tempat-tempat umum disekitar rumah sakit.
b. Sediakan lingkungan tanda pegenal.
·
Kenalkan
kembali namanya bila pasien memanggil tidak sesuai dengan sebenarnya.
·
Ikutsertakan
klien dalam kegiatan kelompok jika klien sudah dapat beradaptasi.
·
Beri
pujian atas keberhasilan klien.
6. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada pelaksanaan asuhan keperawatan dengan
perubahan isi pikir ; waham kebesaran adalah :
1. Klien dapat mengontrol emosinya dan perilaku dalam
berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya.
2. Klien merasa aman dan dapat berinteraksi dengan orang
lain dan lingkungan.
3. Berat badan klien sesuai dengan kriteria dan pola
eliminasi teratur.
4. Klien memperlihatkan penampilan yang rapi dan bersih.
5. Klien mengatakan tidak akan membunuh orang lain.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian
I. Identitas
Klien
Nama :
Tn. S
Umur : 47 tahun
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Ruang
Rawat : Angrek
sibayak
Tanggal
dirawat : 02
Februari 2010
Tanggal
Pengkajian : 04 Februari 2010
No. RM :
00 11 83
II. Alasan
Masuk
Klien susah tidur, tertawa sendiri, berteriak-teriak mengatakan bahwa
bapak / ayah kandungnya tuhan.
III. Faktor
Predisposisi
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa.
2. Pengobatannya kurang berhasil.
3. Klien pernah jadi korban aniaya fisik pada usia ± 22
tahun (saat di bangku kuliah). Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual.
Klien tidak teratur minum obat dan jarang diajak kontrol ke RSJ oleh keluarga
ketika usia 30 tahun. Klien tidak pernah
berurusan dengan hukum / tidak ada catatan kriminal.
Penjelasan : Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa
lalu dan masuk lagi ke RSJ Medan. Klien sudah 3 kali masuk RSJ karena klien
tidak minum obat dan klien jarang / tidak mau diajak kontrol dan mengalami
penolakan di lingkungannya. Os pernah jadi korban penganiayaan fisik, dan os
tidak pernah berurusan dengan hukum.
Masalah keperawatan :
o
Koping
keluarga infektif
o
Koping
individu inefektif
o
Regiment terapeutik inefektif
4. Dalam anggota keluarga tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
5. Klien mengalami
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan karena dia merasa bukan anak
orangtuanya dan kontak mata klien kurang serta klien sering menunduk.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri ; HDR
IV. Fisik
Tanda Vital
TD : 120/70 mmHg RR : 20 x/i
HR : 80 x/I Suhu : 37oC
Ukur
TB : 165 cm
BB : 46 kg
Masalah keperawatan :
tidak ada masalah.
HUBUNGI ADMIN UNTUK LANJUTANNYA :sorsir.123@gmail.com
0 Response to "Makalah waham jiwa "
Post a Comment